KECERDASAN AGRARIS: REINTERPRETASI KEJADIAN 1:26-30; 2:15 DARI PERSPEKTIF TEOLOGI AGRARIA
DOI:
https://doi.org/10.53800/0g3xs634Keywords:
ecotheology, Kejadian 1-2, konflik agraria, Norman Wirzba, teologi agrariaAbstract
Abstract
This article aims to respond to agrarian issues that are currently struggling with churches and society in several regions in Indonesia. The texts of Genesis 1:28-30 and Genesis 2:15 often raise problems with ecological implications because of their contrasting meanings. Mastering and subduing creation in Genesis 1:28-30 tends to be counter-ecological, while Genesis 2:15 is pro-ecological. The author examines these two texts from the perspective of Norman Wirzba's Agrarian theology. The research results show that these two texts meet in efforts to manage natural potential and protect its vulnerability from damage. Genesis 1:28-30 constructs intelligent mastery or comprehensive and balanced insight into creation, and Genesis 2:15 constructs the act of cultivating natural potential and protecting its vulnerabilities from damage. These two texts are the starting point for constructing church services in responding to agrarian issues.
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk merespons isu agraria yang menjadi pergumulan gereja dan masyarakat masa kini di beberapa daerah di Indonesia. Teks Kejadian 1:28-30 dan Kejadian 2:15 kerap menimbulkan masalah implikasi ekologis karena maknanya yang kontras. Menguasai dan menaklukkan ciptaan dalam Kejadian 1:28-30 cenderung kontra ekologi, sedangkan Kejadian 2:15 bersifat pro ekologi. Penulis mengkaji kedua teks ini dalam perspektif teologi Agraria dari Norman Wirzba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua teks ini berjumpa dalam upaya mengelola potensi alam dan melindungi kerentanannya dari kerusakan. Kejadian 1:28-30 mengonstruksikan penguasaan secara inteligensi atau wawasan komprehensif dan berimbang terhadap ciptaan, dan Kejadian 2:15 mengonstruksikan tindakan mengolah potensi alam dan melindungi kerentanannya dari kerusakan. Kedua teks ini menjadi titik tolak mengonstruksikan pelayanan gereja dalam merespons isu-isu agraria.
Downloads
References
Adamson, G. (2018). Fewer, Better Things: The Hidden Wisdom of Objects. New York: Bloomsbury.
Amalia, R., Dharmawan, A. H., Prasetyo, L. B., and Pacheco, P. (2019). Perubahan Tutupan Lahan Akibat Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit: Dampak Sosial, Ekonomi dan Ekologi. Jurnal Ilmu Lingkungan, 17(1), 130–139. Retrieved from https://doi.org/10.14710/jil.17.1.130-139
Arnold, B. T. (2009). Genesis. New York: Cabridge University Press.
Barlian, R. R., and Kristiani, A. B. (2020). Pengembangan Jiwa Kewirausahaan dalam Program Gereja Mitra di Gereja Kristen Abdiel Kasih Karunia Cengkong, Tuban, Jawa Timur. Geneva, 2(2), 56–75. Retrieved from https://www.sttiaa.ac.id/e-journal/index.php/geneva/article/view/32
Bible Works. (2015).
Coote, R. B., and Ord, D. R. (2015). Sejarah Pertama Alkitab: Dari Eden sampai Kerajaan Daud berdasarkan Sumber Y. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Darius, G. (2022). Membaca dan Menafsir Kejadian 1:26-28 dalam Fungsi Kosmis Budaya Toraja untuk Membangun Paradigma Misi Kontekstual-Ekologis. Melo, 2(1), 36–46. Retrieved from https://doi.org/10.34307/mjsaa.v2i1.38
Hermansah, T. (2007). Teologi Agraria: Rekonstruksi Konsep. Refleksi, 9(1), 109–130. Retrieved from https://doi.org/10.15408/ref.v9i1.37062
Kavusa, K. J. (2021). Creation as a Cosmic Temple: Reading Genesis 1:1-2:4a in Light of Willie van Heerden’s Ecological Insights. Journal of Semitics, 30(1), 1–23. Retrieved from https://doi.org/10.25159/2663-6573/8761
Keraf, S. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup : Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan, Bersama Fritjof Capra. Yogyakarta: Kanisius.
Lisdayani, E., and Ameliyani. (2021). Dampak Industri Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Lingkungan Di Desa Paya Kulbi, Aceh Tamiang. Pros. SemNas. Peningkatan Mutu Pendidikan, 2(1), 101–105. Retrieved from https://semnasfkipunsam.id/index.php/semnas2019/article/view/92
Listijabudi, D. K. (2019). Bergulat di Tepian. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Longman III, T. (2016). Panorama Kejadian: Awal Mula Sejarah. Jakarta: Scripture Union Indonesia.
Mailendra, and Buchori, I. (2019). Kerusakan Lahan Akibat Kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin di Sekitar Sungai Singingi Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota, 15(3), 174–188. Retrieved from https://doi.org/10.14710/pwk.v15i3.21304
Ngedi, M. D. (2019). Praktik Kewirausahaan Gereja: Upaya Gereja Pentakosta dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Wamena. Visio Dei, 1(1), 19–37. Retrieved from https://doi.org/10.35909/visiodei.v1i1.8
Nggada, P. A., and Malgwi, Y. I. (2021). A Contextual Reading of Avad and Shamarin Genesis 2:15 within Environmental Protection and Degradation. Jos Journal of Religion and Philosophy, 3(2), 75–83. Retrieved from https://acjol.org/index.php/jjrp/article/view/4041
Ottuh, J. A. (2022). Christianity and Environmental Care in Nigeria: The Role of Christians in Addressing Indiscriminate Refuse Disposal. Pharos Journal of Theology, 103(1), 1–15. Retrieved from https://www.pharosjot.com/uploads/7/1/6/3/7163688/article_15_vol_103_2022_nigeria.pdf
Paninggiran, Y. (2018). Konsep Abodah Sebagai Dasar Bagi Teologi Pertanian. Tumou Tou, 5(2), 132–135. Retrieved from https://www.ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/tumoutou/article/view/72
Panjaitan, F. (2020). Membangun Teologi Pertanian Melalui Pembacaan Lintas Tekstual Injil Matius dan Kosmologi Jawa. Bonafide, 1(1), 44–64. Retrieved from https://doi.org/10.46558/bonafide.v1i1.8
Pasang, A. (2019). Ekologi Penciptaan dalam Kejadian 1-3 sebagai Landasan Evaluasi Kritis terhadap Perilaku Ekologis Para Teolog Reformed Indonesia Masa Kini. Excelsis Deo, 3(1), 67–76. Retrieved from https://doi.org/10.51730/ed.v3i1.2
Purba, J. L. P., Prastowo, H. F., and Rimun, R. (2022). Kajian Hermeneutis Ungkapan “Sungguh Amat Baik” dalam Kejadian 1:31 Ditinjau dari Perspektif Redemptive-Historical Approach. Charisteo, 1(2), 122–133. Retrieved from http://e-journal.anugrah.ac.id/index.php/JCH/article/view/14
Putri, A. F. J., Valensia, M. V., Purnama, R., and Manik, J. D. N. (2023). Dampak Kerusakan Lingkungan Biotik, Abiotik, dan Sosial Budaya Akibat Pertambangan Timah Ilegal di Kecamatan Mentok. Sentri, 2(10), 4473–4481. Retrieved from https://doi.org/10.55681/sentri.v2i10.1689
Saputra, J. A. (2022). Ekologi Konservasif. Amanat Agung, 18(1), 43–69. Retrieved from https://doi.org/10.47754/jaa.v18i1.528
Singgih, E. G. (2020). Agama dan Kerusakan Ekologi: Mempertimbangkan “Tesis White” dalam Konteks Indonesia. Gema Teologika, 5(2), 113–136. Retrieved from https://doi.org/10.21460/gema.2020.52.614
Sulistyaningsih, R. (2021). Reforma Agraria di Indonesia. Perspektif, 26(1), 57–64. Retrieved from https://doi.org/10.30742/perspektif.v26i1.753
Tunliu, A., and Pono, M. R. (2022). Kompastani GMIT: Sebuah Upaya Pemberdayaan Ekonomi Jemaat. Conscientia, 1(1), 29–40. Retrieved from https://ojs.theologi.id/index.php/conscientia/article/view/3
Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. , Pub. L. No. 5 (1960). Indonesia.
Wijaya, W. K. (2011). Allah Sang Petani, Bertani Sebagai Usaha Berteologi: Belajar dari YBSB dan SPTN HPS. Gema Teologi, 35(1/2), 1–13. Retrieved from http://journal-theo.ukdw.ac.id/index.php/gema/article/view/127
Wirzba, N. (2022). Agrarian Spirit: Cultivating Faith, Community, and the Land. Notre Dame, Indiana: University of Notre Dame Press.
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.