PENDALAMAN PENDIDIKAN AGAMA
HINDU MELALUI JALUR NONFORMAL DI PIMPINAN CABANG KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA
INDONESIA DENPASAR
I Dewa Gede Darma Permana*
Ni Made Nandasari**
Ni Nyoman Rasti
Darmayanti***
*Universitas
Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali Indonesia
**Universitas Hindu Negeri I
Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Bali, Indonesia
***Universitas Hindu Negeri I
Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Bali, Indonesia
*E-mail: darma.permana@student.undiksha.ac.id
**E-mail: nimadenandasari132@gmail.com
***E-mail: rastidharma@gmail.com
Abstract
The challenge of moral degradation among students raises a significant question about the role of
spirituality in Religious Education. Moreover, Hindu Religious Education is a compulsory course that is
offered for only one semester through formal channels. Based on these
problems, the Branch Leadership of the Indonesian Hindu Dharma Student Union Denpasar (PC KMHDI Denpasar) aims to initiate
a regeneration process that provides a deeper understanding of religious teachings
through non-formal channels.
Although it has been implemented, there has never been concrete research
on the success
of the deepening
effort. Therefore, this research is
presented with the primary purpose
of addressing three problem formulations related to the
urgency, essence, and form of
implementing deepening
Hindu Religious Education through non-formal channels in PC
KMHDI Denpasar. This research
uses a qualitative method with a descriptive
naturalistic approach. Primary data sources were obtained through observation and interview processes, as well as secondary data through literature and documentation studies, which were then analyzed using
the Miles and Huberman basis. The results of this study found
that the deepening of Hindu Religious Education through non-formal channels in PC
KMHDI Denpasar is carried out with a tiered
and structured regeneration system. In conclusion, this program can provide an
understanding of the essence and
implications of deepening Hindu Education through non-formal channels, which can foster
a sense of religion, humanism, and solidarity, among others. These
results and discussions serve as a role model for an inclusive, non-formal education forum enabling a moderate young generation to fulfill
their obligations to the state
(Dharma Negara) and religion
(Dharma Agama).
Keywords: Deepening;
Hindu Religious Education;
Nonformal.
Abstrak
Tantangan degradasi moral di kalangan
mahasiswa menghadirkan pertanyaan besar bagi eksistensi spiritualitas yang
dihadirkan oleh Pendidikan Agama. Terlebih lagi, Pendidikan Agama Hindu selama
ini menjadi mata kuliah wajib yang hanya diberikan selama satu semester lewat
jalur formal. Berdasar atas problematika tersebut, Pimpinan
Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar berusaha
menghadirkan proses kaderisasi untuk memberikan pendalaman ajaran agama melalui
jalur nonformal. Meskipun sudah terlaksana, belum pernah ada meneliti secara
konkret tentang keberhasilan usaha pendalaman tersebut. Oleh karena itu,
penelitian ini dihadirkan dengan tujuan utama menjawab tiga buah rumusan
masalah yang berkaitan dengan urgensi, esensi, dan wujud implementasi
pendalaman Pendidikan Agama Hindu lewat jalur nonformal di PC KMHDI Denpasar.
Penelitian ini memakai metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik
deskriptif. Sumber data primer diperoleh melalui proses observasi dan
wawancara, serta data sekunder melalui studi kepustakaan dan dokumentasi, yang
kemudian dianalisis memakai basis Miles dan Huberman.
Hasil penelitian ini memperoleh temuan bahwa, pendalaman Pendidikan Agama Hindu
lewat jalur nonformal di PC KMHDI Denpasar dilaksanakan dengan sistem
kaderisasi berjenjang dan terstruktur. Sebagai konklusi, program ini mampu
memberikan esensi dan implikasi wujud pendalaman Pendidikan Agama Hindu lewat
jalur nonformal yang mampu mengembangkan rasa religius, humanis, dan
solidaritas antar sesama. Hasil dan pembahasan ini turut berkontribusi sebagai role model wadah pendidikan nonformal yang inklusif, serta
mampu membentuk generasi muda moderat dalam menjalankan kewajiban terhadap
negara (Dharma Negara) dan kewajiban terhadap agama (Dharma Agama).
Kata Kunci: Pendalaman; Pendidikan
Agama Hindu; Nonformal
PENDAHULUAN
Melalui identitas sebagai makhluk religius, masyarakat Indonesia tidak
bisa dilepaskan dari ajaran keagamaan. Agama dijadikan penuntun sekaligus
pedoman untuk menjalani kehidupan yang lebih baik (Kafaabillah & Noorzeha, 2022). Tanpa adanya agama, masyarakat Indonesia dipercaya akan kehilangan arah
serta melupakan nilai yang juga turut serta dalam menyertai perjuangan
kemerdekaan. Tidak salah, apabila Founding Fathers mencetuskan Sila Pertama Pancasila serta Pasal
29 UndangUndang Dasar (UUD) Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk
memperkuat keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sekaligus menjamin keberadaan
agama di Indonesia (Nahuddin & Prastyo, 2020).
Penanaman ajaran agama di
Indonesia diperkuat lagi dengan adanya Pendidikan Agama di setiap jenjang
pendidikan formal. Dimulai dari Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, hingga
Sekolah Menengah, Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran wajib yang tidak luput
diberikan kepada siswa. Lebih lanjut dalam Kurikulum Nasional Pendidikan
Tinggi, Pendidikan Agama juga hadir sebagai Mata Kuliah Wajib bagi mahasiswa di
setiap jurusan (Hambali & Asyafah, 2020). Melalui data tersebut, membentuk manusia berakhlak mulia sudah
seyogyanya dapat tercapai dengan mudah selaras dengan tujuan pendidikan
nasional.
Pada kenyataannya, kondisi
empiris pada hari ini belum mencerminkan tercapainya tujuan akan hadirnya
pendidikan agama di Indonesia secara utuh. Meskipun telah hadir secara masif di
lingkup pendidikan formal, bangsa Indonesia masih saja diiringi oleh oknum
oknum warga negara yang melanggar norma norma agama (Drastawan, 2021). Terlebih
lagi, sebagian besar pelaku kejahatan dan tindak kriminalitas juga tidak lepas dimulai
dari degradasi etika dan moral pada diri pemuda atau mahasiswa (Permana, 2023). Hal ini
pun memunculkan sebuah tantangan besar dari sisi praktis ajaran agama itu
sendiri, agar dapat didalami, diresapi, sekaligus diimplementasikan secara
nyata oleh kalangan generasi muda yang mulai mengalami perubahan dari sisi
aktivitas keagamaan (Astawa, 2018).
Kehadiran wadah pendalaman pendidikan agama Hindu melalui jalur nonformal
bisa menjadi solusi yang dapat diberikan untuk menjawab tantangan degradasi
etika dan moralitas di kalangan pemuda tersebut. Pimpinan Cabang Kesatuan
Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar menjadi salah satu
organisasi kemahasiswaan di kota Denpasar yang menyediakan jalur pendidikan
nonformal untuk mengkader dan membentuk mahasiswa
Hindu menjadi pribadi yang luhur. Pendalaman Pendidikan Agama Hindu lewat jalur
nonformal di PC KMHDI Denpasar diberikan secara lebih luwes dan fleksibel oleh
akademisi, dan langsung menyentuh pengabdian di lingkup masyarakat (Tim Penyusun, 2024). Dengan
demikian, fenomena ini bisa menjadi substansi yang penting dan menarik untuk
ditelaah secara lebih mendalam.
Apabila menimbang
dari sisi definisi, Pendidikan Nonformal menjadi salah satu jenis pembelajaran
yang terlaksana di luar sekolah secara sistematis (Syaadah et al.,
2022). Konsep ini
dipegang kuat dalam proses pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur
nonformal di PC KMHDI Denpasar, yang juga diperkuat dengan proses kaderisasi
berjenjang. Melalui proses observasi di tahap pra
penelitian, diketahui pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal
di PC KMHDI Denpasar digagas oleh mahasiswa Hindu yang menjadi pengurus
organisasi, serta melibatkan dosen, praktisi, dan sesama mahasiswa Hindu.
Pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal di PC KMHDI Denpasar juga
disertai dengan basis nilai ideologi yang kuat. Ideologi ini berdasar atas
keseimbangan antara kewajiban terhadap agama dan juga negara (Tim Penyusun,
2023). Sehingga,
pendalaman Pendidikan Agama Hindu tidak hanya terbatas pada ranah teoritis
semata. Melainkan sudah komitmen dituangkan dalam bentuk aksi nyata melalui
program kerja yang telah disepakati bersama.
Mendasarkan pada
penelitian relevan yang telah ada berkaitan dengan pendalaman Pendidikan Agama Hindu
melalui jalur nonformal, Widiada dkk. (2023) pernah menelaah keberadaan Pasraman Nonformal Semara Ratih terhadap penanaman
Pendidikan Agama Hindu di Desa Tukadmungga. Melalui
jenis penelitian kualitatif, hasil penelitian mampu menunjukkan keberadaan Pasraman Nonformal Semara Ratih dalam membentuk dan
memperkuat pondasi mental dan karakter generasi muda
Hindu yang berbasis konsep Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Meskipun demikian,
penelitian tersebut belum menyentuh secara holistik peran dan unsur kepemudaan
yang terlibat dalam proses pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur
nonformal.
Berkaitan dengan
peran pendidikan nonformal sebagai bagian dalam proses penanaman nilai nilai
keagamaan, Astuti dkk. (2023) juga sempat membuat sebuah penelitian
yang menelaah khusus tentang Pendidikan Nonformal sebagai proses dalam
menanamkan nilai nilai Islam pada anak. Menggunakan metode penelitian
kualitatif, penelitian ini menunjukkan hasil yang positif bahwa pendidikan
nonformal bisa membantu memperkaya dan meluaskan ilmu yang tidak diperoleh pada
pendidikan formal. Hasil ini tentu selaras dengan usaha yang dilakukan oleh PC
KMHDI Denpasar sebagai wadah pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur
nonformal. Meskipun terdapat juga perbedaan, dimana penelitian ini mengerucut
pada cara atau upaya penguatan nilai nilai agama Islam, bukan pada Pendidikan
Agama Hindu.
Berdasar atas
latar belakang yang telah dipaparkan, serta diperkuat dengan dua penelitian
relevan, peneliti dalam hal ini mencoba untuk menelaah secara lebih mendalam
tentang pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal di PC KMHDI
Denpasar. Penelitian ini disusun dengan menjabarkan rumusan masalah tentang urgensi
pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui Jalur Nonformal, esensi pendalaman
Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal di PC KMHDI Denpasar, serta
terakhir menelaah wujud implementasi pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui
jalur nonformal di PC KMHDI Denpasar. Melalui pembahasan tersebut, penelitian
ini diharapkan mampu hadir dengan manfaat sebagai pedoman teoritis dan praktis
bagi mahasiswa dan pemuda dalam mendalami pendidikan agama, serta mengisi wadah
pendidikan nonformal yang berdampak positif untuk kehidupan keumatan dan
kebangsaan.
METODE
Penelitian yang
menganalisis tentang pendalaman Pendidikan Agama Hindu lewat jalur nonformal di
Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar
ini memakai jenis penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah naturalistik deskriptif, dimana apa yang
ditemukan di lapangan dijabarkan secara nyata tanpa dibuat buat. Metode yang
dipilih demikian, dirasa tepat untuk menelaah setiap rumusan masalah, baik
tentang urgensi pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal,
esensi pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal oleh PC KMHDI
Denpasar, serta wujud implementasi pendalaman Pendidikan Agama Hindu yang
dilakukan oleh PC KMHDI Denpasar melalui jalur nonformal.
Dari sisi waktu
penelitian, riset dilakukan dengan durasi kurang lebih 3 Bulan, dari sejak
Bulan Januari sampai Maret 2025 bertempat khusus di Kota Denpasar. Subjek
penelitian diarahkan kepada kader PC KMHDI Denpasar yang telah merasakan proses
kaderisasi dan terlibat dalam pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur
nonformal secara masif. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data
primer dan sekunder, dimana data primer berasal dari hasil proses observasi selama
program kerja berlangsung, dan proses wawancara. Khusus wawancara, informan dipilih
menggunakan teknik Purposive Sampling dari kader PC KMHDI Denpasar terutama
Ketua Bidang, yang menaungi program
kerja dan dianggap mampu memberikan informasi secara tepat.
Sebagai tambahan, penelitian ini juga memakai sumber data sekunder yang
didapatkan melalui studi kepustakaan dan dokumentasi tentang wujud program
kerja yang telah dilaksanakan oleh PC KMHDI Denpasar untuk memberikan
pendalaman Pendidikan Agama Hindu.
Dalam tahap
analisis data, informasi yang sudah diperoleh sebagai data mentah dianalisis
secara bertahap dan mendalam melalui basis Miles dan Huberman.
Pada langkah pertama, dilakukan tahap reduksi dimana data yang telah
dikumpulkan tentang pendalaman pendidikan nonformal di PC KMHDI Denpasar
dipangkas atau disaring untuk menyajikan hasil dan pembahasan yang tepat untuk
menjawab rumusan masalah. 2) Pada langkah kedua, dilakukan tahap penyajian
dimana data hasil dan pembahasan penelitian dipaparkan secara deskriptif sesuai
pendekatan. 3) Pada langkah ketiga, dilakukan tahap verifikasi dimana
dilaksanakan proses penyimpulan sebagai konklusi penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Urgensi Pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui Jalur Nonformal
UndangUndang
Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan
bangsa (Widyana,
2018). Lebih
lanjut, Mahatma Gandhi juga pernah mengemukakan bahwa, Education
without character is useless. Berdasarkan dua
definisi tersebut, selayaknya pendidikan membimbing manusia menuju pengetahuan
material dan rohani yang seimbang. Pendidikan akan dianggap sia sia apabila
hanya tertuju pada tujuan duniawi sementara tidak mampu mengembangkan karakter manusia
itu sendiri.
Pendidikan
Agama adalah jawaban dari tantangan keseimbangan antara pengetahuan material
dan rohani tersebut. Merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
55 Tahun 2007, pada Bab I mengenai ketentuan umum pasal 1 disebutkan bahwa,
Pendidikan Agama merupakan bagian dari sisi pembelajaran yang mampu memberikan
pengetahuan untuk membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya. Pendidikan Agama ini terlaksana secara
formal melalui hadirnya mata pelajaran/kuliah pada semua jalur dan jenjang
pendidikan (Suradarma,
2019).
Dasar tersebut pula yang menghadirkan mata pelajaran dan mata kuliah
Pendidikan Agama Hindu, sebagai sebuah upaya sadar dan terencana untuk
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, serta keterampilan
peserta didik agar memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) (Apriani, 2022). Meskipun
demikian setiap jenjang pendidikan formal memiliki alokasi waktu yang berbeda.
Pemberian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di jenjang sekolah SD hingga
SMA cenderung lebih lama dibandingkan dengan mahasiswa di jenjang perkuliahan
yang hanya menerima satu semester saja. Hal ini tentu mempengaruhi proses
pendalaman peserta didik di Perguruan Tinggi terhadap pengamalan ajaran dari
Pendidikan Agama Hindu itu sendiri.
Menurut Pitriani dkk. (2023), hasil
belajar Mata Kuliah Pendidikan Agama Hindu pada ranah kognitif mahasiswa
tergolong masih rendah. Hal ini dilihat dari penilaian hasil Ujian Akhir
Semester Mata Kuliah Pendidikan Agama Hindu pada semester ganjil tahun akademik
2021/2022. Bersamaan dengan hasil belajar, sikap dan minat belajar mahasiswa
pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Hindu juga tergolong masih rendah. Mata
kuliah masih dianggap sebagai pelengkap, tidak penting, dan tergolong tidak
membutuhkan wadah lebih untuk mengaplikasikannya. Padahal dari sisi afektif (sikap)
dan psikomotorik (keterampilan), Pendidikan Agama Hindu juga perlu
pendalaman dan bermanfaat sebagai tuntunan mahasiswa dalam menjalani kehidupan
sehari hari.
Selain itu secara kontekstual, tantangan pendalaman Pendidikan Agama
Hindu juga mengarah dalam lingkup praktis. Banyak generasi muda yang mulai
menampakkan sikap dan perilaku yang melenceng dari tatanan etika dan moralitas (Permana,
2021). Lebih
lanjut di kota kota besar seperti Denpasar, para remaja Hindu juga
merefleksikan perubahan sikap dalam menjalankan aktivitas keagamaan (Astawa,
2018). Perubahan mengarah kepada perilaku yang mulai
enggan menjalankan aktivitas keagamaan dan mulai apatis terhadap nilai nilai
ketuhanan. Dengan demikian, tentu perlu langkah solutif
dalam membumikan kembali ajaran agama Hindu dengan metode yang lebih diterima
oleh kalangan generasi muda.
Masih
sedikitnya wadah untuk mendalami dan mengimplementasikan ajaran Pendidikan
Agama Hindu melalui jalur nonformal juga bisa menjadi salah satu indikasinya.
Padahal jika hanya mengandalkan jadwal di kampus, tentu penghayatan pendidikan karakter yang
diperoleh oleh mahasiswa melalui Mata Kuliah Pendidikan Agama Hindu tidak dapat
meresap secara maksimal (Apriani, 2022). Oleh
karena itu, penting untuk memaksimalkan dan lebih memantapkan pengetahuan dan
wawasan yang peserta didik, dengan tersedianya wadah pendalaman Pendidikan
Agama Hindu untuk mahasiswa melalui jalur nonformal di luar Mata Kuliah. Wadah
ini juga bisa diarahkan untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, baik
itu pembelajaran, penelitian, dan khususnya pengabdian secara lebih luwes dan
terbuka.
Dari sisi
esensi, wadah pendidikan nonformal juga telah diakui sebagai bagian dari proses
pembelajaran yang mengarah langsung kepada masyarakat. Pendidikan ini
bisa dilakukan secara terstruktur dan berjenjang di luar pendidikan
formal secara lebih fleksibel (Aprilianto
et al., 2022). Berdasar
atas kenyataan tersebut, sudah seharusnya
wadah atau organisasi dapat menjadi salah satu
bagian atau jalan untuk membumikan Pendidikan Agama Hindu.
Terlebih lagi dari sisi aksiologi, jalur
ini juga memiliki kelebihan, terkhusus untuk pendalaman Pendidikan Agama Hindu
berdasarkan fungsi dan tujuannya, antara lain sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal atau sebagai
alternatif pendidikan. Wadah nonformal saat ini berfungsi sebagai penambah dan
pelengkap pengetahuan keagamaan bagi umat Hindu terutama bagi anak-anak dan
generasi muda, baik secara teori
maupun praktik. Disamping itu, pendalaman ajaran agama Hindu melalui jalur nonformal juga dipandang
mampu mengembangkan potensi mahasiswa secara lebih luwes dan fleksibel dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional dalam rangka mendukung
eksistensi Pendidikan Agama Hindu sepanjang hayat.
Esensi Pendalaman
Pendidikan Agama Hindu melalui Jalur Nonformal di PC KMHDI Denpasar
Pendidikan merupakan pondasi utama dalam
pembentukan karakter dan kepribadian individu. Dalam konteks ini, pendidikan
agama memiliki peran yang signifikan dalam menanamkan nilai-nilai moral dan
etika kepada anak sejak usia dini. Agama Hindu sebagai salah satu agama tertua
di dunia, memiliki ajaran yang kaya akan nilai-nilai kehidupan yang luhur dan
mulia (Adnyana, 2021).
Nilai-nilai seperti Dharma (kebenaran dan kewajiban), Ahimsa
(tanpa kekerasan), dan Satya (kejujuran) adalah beberapa dari sekian
banyak ajaran yang dapat membentuk karakter anak menjadi individu yang
berintegritas dan bertanggung jawab.
Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 disebutkan, bahwasanya Pendidikan
Keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama
dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya. Secara
spesifik mengenai Pendidikan Keagamaan Hindu, dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa
Pendidikan Keagamaan Hindu adalah jalur pendidikan formal dan nonformal.
Pendalaman
Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal bagi mahasiswa di Pimpinan
Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar dimulai
dari kegiatan Kaderisasi Tahap 1 (KT1). Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
Elni Yuniati selaku Ketua Bidang Kaderisasi PC KMHDI Denpasar sebagai berikut:
KT1 merupakan bagian dari kaderisasi pokok,
yang berfungsi sebagai tahap pendidikan utama dalam sistem kaderisasi KMHDI.
Berbeda dengan Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) yang hanya berperan sebagai
pengenalan organisasi, KT1 adalah proses pendidikan yang dirancang untuk
membentuk anggota yang mampu berpikir kritis dan analitis melalui penguatan
pola pikir filosofis dan ideologis. (wawancara, 28 Januari 2025).
Dari hasil wawancara tersebut juga dapat
diketahui bahwa, KT1 di PC KMHDI Denpasar juga bertujuan untuk menciptakan
kader yang tidak hanya memahami ajaran Hindu secara teori, tetapi juga mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan sosial dan akademik. Dalam KT1,
mahasiswa diberikan pendidikan partisipatif, yang
tidak hanya berbasis ceramah tetapi juga diskusi, studi kasus, dan praktik
langsung. Dengan metode ini, mahasiswa Hindu diharapkan dapat menjadi individu
yang berkarakter, memiliki wawasan luas, serta siap berkontribusi dalam
pengembangan umat dan bangsa.
Selain
sebagai wadah pendidikan nonformal, KT1 juga menjadi prasyarat utama bagi
anggota KMHDI yang ingin melanjutkan ke jenjang kaderisasi berikutnya, yaitu
Kaderisasi Tahap 2 (KT2) dan Kaderisasi Tahap 3 (KT3) (Tim
Penyusun, 2022). Lebih
lanjut, Elni Yuniati selaku penanggung jawab program kerja di Bidang Kaderisasi
ini juga menambahkan bahwa, sistem ini memastikan bahwa setiap kader memiliki
pemahaman yang kuat sebelum melanjutkan ke tahapan lebih lanjut dalam
organisasi. Dengan adanya KT1 sebagai
tahap awal kaderisasi, mahasiswa Hindu memiliki kesempatan untuk mendalami
Pendidikan Agama Hindu secara sistematis dan berkelanjutan. Pendidikan
nonformal yang diterapkan dalam KT1 menjadi pelengkap bagi pendidikan formal di
perguruan tinggi, sehingga menghasilkan kader Hindu yang berkualitas, berjiwa
pemimpin, dan siap menjalankan Dharma Agama (kewajiban kepada agama)
serta Dharma Negara (kewajiban kepada negara) (Tim
Penyusun, 2022).
Dalam
Kaderisasi Tahap 1 (KT1) yang diselenggarakan oleh PC KMHDI Denpasar, mahasiswa
diperkenalkan dengan Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, yang terdiri dari Tattwa (filsafat), Susila (etika), dan Upacara
(ritual) (Tim
Penyusun, 2022). Pemahaman
mendalam tentang ketiga aspek ini bertujuan membentuk kader Hindu yang mampu
mengintegrasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Disamping
itu, penjabaran juga diarahkan dalam membentuk kader militan yang mampu
berdampak secara nyata di bidang keagamaan dalam lingkungan masyarakat.
Tattwa merupakan landasan filsafat dalam agama Hindu yang membahas hakikat
kehidupan dan konsep ketuhanan. Dalam KT1, mahasiswa diajarkan tentang Panca
Sraddha, yaitu lima keyakinan utama dalam Hindu,
yaitu Brahman sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan sumber segala kehidupan, Atman
sebagai jiwa yang abadi dan bagian dari Brahman, Karma Phala sebagai hukum sebab akibat yang menentukan
perjalanan hidup seseorang, Punarbhawa yang
menjelaskan konsep reinkarnasi atau kelahiran kembali, serta Moksa
sebagai tujuan akhir berupa pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian (Mustawan,
2022). Pemahaman
tentang Tattwa membantu mahasiswa
mengembangkan wawasan spiritual dan pandangan hidup yang selaras dengan ajaran
Hindu.
Selain itu,
mahasiswa juga mempelajari Susila, yang berkaitan dengan nilai-nilai
etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa Hindu di PC KMHDI
Denpasar diajarkan konsep Tri Kaya Parisudha,
yang menekankan pentingnya menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Selain itu, pemahaman tentang Asta Brata, delapan sifat kepemimpinan
Hindu yang diambil dari karakter para dewa, juga diberikan untuk membentuk
pribadi yang berbudi luhur dan berintegritas tinggi (Nadra,
2022). Dengan
memahami Susila, mahasiswa Hindu diharapkan mampu mengamalkan ajaran agama
tidak hanya dalam konteks spiritual, tetapi juga dalam interaksi sosial dan
kepemimpinan.
Sementara
itu, Upacara dalam Hindu berfungsi sebagai sarana untuk menjaga
keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Mahasiswa Hindu di PC KMHDI
Denpasar dikenalkan dengan berbagai jenis upacara yang tergolong dalam Panca
Yadnya, yaitu Dewa Yadnya sebagai persembahan kepada Tuhan, Rsi Yadnya sebagai penghormatan kepada guru
spiritual, Pitra Yadnya sebagai ritual untuk leluhur seperti upacara
ngaben, Manusa Yadnya sebagai upacara
dalam siklus kehidupan manusia seperti otonan
dan pernikahan, serta Bhuta Yadnya
sebagai ritual untuk menjaga keseimbangan alam dan makhluk lain (Apriani,
2022). Pemahaman
tentang upacara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa dalam
berpartisipasi aktif dalam ritual keagamaan dengan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai makna di balik setiap upacara.
Melalui
pembelajaran Tri Kerangka Dasar Agama Hindu dalam KT1, mahasiswa tidak hanya
diajarkan teori agama, tetapi juga bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan pemahaman yang kuat tentang filsafat, etika, dan ritual
Hindu, Mahasiswa Hindu diharapkan dapat menjadi individu yang berkarakter,
beretika, dan memiliki spiritualitas yang tinggi. Disamping
itu, juga mampu menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara dengan
penuh tanggung jawab (Arsini et
al., 2023).
Peran
mahasiswa dalam implementasi Pendidikan Agama Hindu di PC KMHDI Denpasar sangatlah vital. Sebagai agen perubahan, mahasiswa Hindu
diharapkan tidak hanya memahami ajaran agama secara teoritis, tetapi juga mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan berkontribusi aktif dalam
masyarakat. Dalam upaya tersebut, PC KMHDI Denpasar berperan sebagai wadah
pembinaan yang menekankan pentingnya Dharma Agama dan Dharma Negara.
Dharma Agama mengacu pada kewajiban mendalami dan mengamalkan ajaran
Hindu, sementara Dharma Negara menekankan peran serta dalam pembangunan
nasional dan menjaga persatuan bangsa. Melalui berbagai program kaderisasi,
seperti Kaderisasi Tahap I (KT I), KMHDI berkomitmen mencetak kader yang
berpikir kritis dan analitis, serta memiliki semangat religius, humanis,
nasionalis, dan progresif (Tim
Penyusun, 2023).
Selain itu,
KMHDI juga mendorong anggotanya untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan
pengabdian masyarakat. Program seperti KMHDI Mengajar merupakan inisiatif yang
melibatkan mahasiswa dalam memberikan pendidikan inklusif di berbagai daerah,
sebagai wujud nyata pengamalan Dharma Agama dan Dharma Negara. Seperti
yang diungkapkan oleh Yunan Pradipa selaku Ketua
Bidang Sosial dan Masyarakat (Sosmas) PC KMHDI
Denpasar sebagai berikut:
Esensi
pendalaman Pendidikan Agama Hindu di PC KMHDI Denpasar melalui jalur nonformal
tidak hanya menyajikan pembelajaran berbasis teoritis semata. Disini kami juga turut mengajak anggota utamanya mahasiswa
Hindu untuk terlibat langsung dalam pengabdian guna mengimplementasikan serta
membagikan ajaran yang telah didapatkan. Seperti contoh kegiatan KMHDI Mengajar
yang biasa kami laksanakan dengan membuka pendidikan inklusif di berbagai
daerah, baik Panti Asuhan maupun sekolah sekolah umum. (wawancara, 21 Maret
2025).
Melalui
berbagai program dan kegiatan tersebut, mahasiswa Hindu di PC KMHDI Denpasar
diharapkan mampu mengimplementasikan Pendidikan Agama Hindu secara
komprehensif, baik dalam ranah akademik, sosial, maupun spiritual (Tim
Penyusun, 2024).
Pendalaman
Pendidikan Agama Hindu bagi mahasiswa melalui jalur nonformal di PC KMHDI
Denpasar memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman spiritual, etika,
serta tanggung jawab sosial mahasiswa Hindu. Keterbatasan Pendidikan Agama
Hindu dalam pendidikan formal, yang hanya diajarkan selama satu semester di
Perguruan Tinggi, menjadi alasan utama perlunya wadah alternatif bagi mahasiswa
untuk memperdalam ajaran Hindu. KMHDI hadir sebagai organisasi kaderisasi yang
menyediakan ruang bagi mahasiswa Hindu untuk terus belajar dan
mengimplementasikan ajaran Hindu dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu,
Materi Mahasiswa dan KMHDI dalam KT1 memberikan dasar bagi mahasiswa untuk
memahami peran mereka dalam ranah pergerakan (Tim
Penyusun, 2022). Sebagai
intelektual Hindu, mahasiswa didorong untuk aktif dalam organisasi,
berkontribusi dalam masyarakat, serta mengambil peran sebagai pemimpin yang
religius, humanis, nasionalis, dan progresif. KMHDI tidak hanya memberikan
pemahaman teoritis tentang agama, tetapi juga menyediakan berbagai pelatihan
dan program kaderisasi yang membekali mahasiswa dengan keterampilan
kepemimpinan, pengabdian masyarakat, serta pemahaman mendalam tentang kondisi
umat Hindu dan bangsa.
Wujud
Implementasi Pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui Jalur Nonformal di PC
KMHDI Denpasar
Pendalaman
Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal di Pimpinan Cabang Kesatuan
Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar bisa ditelaah dari sisi
Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Dimana Tri Kerangka Dasar Agama Hindu berdasar
atas materi Dharma Agama di Kaderisasi Tahap 1 (Tim
Penyusun, 2022), menjadi
ruang lingkup nilai Weda yang coba diimplementasikan oleh KMHDI. Dengan
demikian, berikut akan dijabarkan secara komprehensif wujud implementasi
pendalaman Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal melalui aspek Tattwa, Susila, dan Upacara di PC
KMHDI Denpasar
Wujud
Implementasi pada Pendalaman Aspek Tattwa
Manusia
adalah ciptaan Yang Maha Kuasa dengan bekal kelebihan berupa pikiran atau akal
untuk membedakan baik atau buruk. Di atas kelebihan, manusia juga mempunyai
kekurangan dari sisi keterbatasan nalar untuk memecahkan masalah di luar
logikanya. Akibat keadaan tersebut, manusia mulai mempercayai kekuatan abstrak
yang luar biasa. Pada akhirnya manusia menjelma sebagai makhluk religius, yang
meyakini sesuatu abstrak di luar dirinya sebagai kebenaran mutlak pengendali
sesungguhnya (Azmi, 2018). Kebenaran mutlak
itulah yang bermuara pada istilah Tuhan. Dalam Tri Kerangka Dasar Agama
Hindu, aspek yang membahas tentang hakikat kebenaran baik mengenai Tuhan atau
kekuatannya yang abstrak disebut dengan Tattwa
(Sudirga & Segara, 2017). Tattwa juga aspek yang menjawab tentang gejala gejala
sakral yang tidak bisa diterangkan secara holistik melalui akal, nalar, atau
logika.
Dalam usaha
memperdalam aspek Tattwa dalam diri
kader, salah satu wujud program kerja yang dilaksanakan oleh Pimpinan Cabang
Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar adalah NGOPI.
NGOPI sendiri merupakan akronim dari Ngobrol Pintar.
Program ini dilaksanakan oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
sebagai wadah diskusi yang tidak hanya bersifat santai, namun juga bermakna dan
edukatif bagi seluruh kader (Tim
Penyusun, 2024). NGOPI
dihadirkan dengan salah satu tujuan mampu menjawab pertanyaan pertanyaan yang
masih mengganjal dari sisi keagamaan, serta memperdalam wawasan dari aspek Tattwa. Diketahui juga, NGOPI ini mampu
menjadi ruang dialektika yang output-nya
berupa menghasilkan karya tulis, baik berupa esai atau release
tentang permasalahan maupun topik yang didiskusikan.
Salah satu
kegiatan NGOPI yang telah dilaksanakan bertepatan dengan perayaan Hari Suci Siwaratri pada tanggal 27 Januari 2025, bertempat di
Pura Goa Lawah. Kegiatan ini turut dihadiri oleh rekan-rekan KMHDI dari PC Se-Bali
yang berpartisipasi aktif dalam diskusi. Mengusung tema Mengulik Kembali
Sejarah dan Makna Siwaratri, kegiatan ini
dipandu langsung oleh Ketua Bidang Litbang dan berfokus pada diskusi mengenai
pelaksanaan Hari Suci Siwaratri
di daerah asal masing-masing kader. Menariknya, banyak kader PC Denpasar yang
berasal dari luar Bali seperti Sulawesi, Merauke, Lampung, Malang, Kalimantan,
dan beberapa daerah lainnya. Sehingga muncul beragam pengalaman terkait prosesi
dan makna Brata Siwaratri.
Pelaksanaan Program NGOPI di Pura Goa Lawan tersebut bisa dibuktikan lewat
Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar
1. Pelaksanaan NGOPI di Pura Goa Lawah yang Bertemakan Mengulik Kembali
Sejarah dan Makna Siwaratri
(Dokumentasi Ramadi, 2025)
Terkait
implikasi acara NGOPI yang dilaksanakan, I Gede Panca Kusuma Ramadi selaku Ketua Bidang Litbang memberikan penjelasannya
sebagai berikut:
Dari sisi
implikasi, NGOPI sebagai ruang diskusi mampu membuka wawasan baru mengenai
makna Hari Suci seperti Siwaratri
dari sudut pandang sumber Tattwa yang
berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa PC KMHDI Denpasar senantiasa berupaya
menghadirkan program kerja yang bukan sekadar ajang berkumpul, tetapi juga
menjadi media refleksi, edukasi, dan dialog yang bermakna bagi seluruh kader.
(wawancara, 27 Januari 2025).
Melalui penjelasan dari Ketua Bidang Litbang
tersebut dapat diketahui bahwa, pendalaman akan Ketuhanan (Tattwa) dan nilai nilai yang luhur dari ajaran agama
Hindu dapat senantiasa ditanamkan dan dihadirkan oleh PC KMHDI Denpasar. Hal
ini penting untuk menjembatani dan membentuk salah satu cermin dari kualitas
kader KMHDI yang dimandatkan oleh Purwaka sebagai dasar ideologi, yaitu religius.
Disamping itu, tantangan pemuda yang mulai malas
dalam mengikuti aktivitas keagamaan serta apatis terhadap ajaran nilai
Ketuhanan dapat dijawab melalui kegiatan pendalaman Pendidikan Agama Hindu
melalui jalur nonformal dalam bentuk program kerja NGOPI tersebut.
Wujud
Implementasi Pendalaman pada Aspek Susila
Manusia
adalah ciptaan Yang Maha Kuasa yang dibekali adab, etika dan moral. Segala
bekal tersebut menjadi sesuatu yang penting dimiliki oleh setiap insan untuk
dapat dikatakan sebagai manusia yang sesungguhnya (Oka, 2009). Etika dan moral
menjadi aspek pedoman bagi umat manusia dalam mengenali serta membedakan baik
atau buruknya suatu hal. Pedoman yang mengarah kepada aturan atau norma yang
disebut Tata Susila dan Norma Kesusilaan (Mantra,
2018). Dalam Tri
Kerangka Dasar Agama Hindu, aspek yang secara khusus membahas akan hal ini dan
membentuk umat manusia menjadi insan yang mulia disebut dengan Susila.
Dalam dinamika organisasi di Pimpinan
Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar, aspek
pendalaman Susila biasanya dilakukan melalui proses pengabdian. Hal ini
bukanlah sekadar retorika atau program formalitas belaka. Menimbang dalam Mars
KMHDI Sendiri, terpampang lirik tegas yang menyatakan bahwa Pengabdian
Masyarakat yang Utama. (Tim
Penyusun, 2023). Pengabdian bagi masyarakat adalah napas yang
menghidupkan nilai-nilai spiritual dalam laku nyata setiap insan manusia. Di
bawah semangat itulah, PC KMHDI Denpasar melahirkan sebuah program kerja
bertajuk KMHDI Sevakam,
sebuah kegiatan yang secara khusus ditujukan untuk melaksanakan pelayanan bagi
masyarakat, alam/lingkungan, beserta isinya.
Program KMHDI Sevakam berada di bawah naungan
Bidang Sosial Masyarakat (Sosmas). Sesuai ranahnya
Bidang ini memang memiliki tanggung jawab dalam menumbuhkan kepedulian sosial
serta menggerakkan kader untuk hadir di tengah-tengah masyarakat dengan aksi
nyata (Tim Penyusun, 2024). KMHDI Sevakam menjadi wujud
representasi dari semangat kader mahasiswa Hindu untuk mewujudkan kegiatan yang
tidak hanya berorientasi pada kesejahteraan lahiriah, tetapi juga keseimbangan
batiniah dan spiritual. Nama Sevakam sendiri
berasal dari akar kata seva, yang berarti
pelayanan atau pengabdian. Dalam konteks Hindu, Sevakam
identik dengan Ngayah
yang bukan sekadar bentuk kerja fisik, melainkan tindakan spiritual yang
dilakukan dengan penuh ketulusan, tanpa pamrih (Dahlan, 2023). Sevakam
atau Ngayah hadir juga hadir sebagai
bentuk bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta kepada ciptaan-Nya. Kegiatan ini menjadi
media untuk mendekatkan diri, mengasah kerendahan hati, serta merawat kesadaran
bahwa manusia bukanlah pusat dari semesta, melainkan bagian darinya (Somawati & Juniarti, 2023).
KMHDI Sevakam pun sangat selaras dengan
ajaran luhur Tri Hita Karana, sebuah falsafah kehidupan umat Hindu Bali
yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan tiga hubungan utama dalam
hidup. Bagian bagiannya, terdiri atas 1) Parhyangan
yang mengarahkan hubungan manusia dengan Tuhan, 2) Pawongan
yang mengarahkan hubungan manusia dengan sesama, dan 3) Palemahan
mengarahkan hubungan manusia dengan alam lingkungan beserta isinya (Mahendra & Kartika, 2021).
Salah satu wujud sederhana KMHDI Sevakam yang
rutin dilaksanakan oleh PC KMHDI Denpasar adalah membersihkan tempat suci. Hal
ini diungkapkan oleh Yunan Pradipa selaku Ketua
Bidang Sosmas sebagai berikut:
Ketika kader KMHDI terjun langsung
membersihkan tempat suci, mereka sedang menyelaraskan diri dengan Parhyangan. Mereka tidak hanya merawat fisik pura,
namun juga menjaga vibrasi kesucian tempat ibadah yang merupakan tempat
pemujaan kepada Hyang Maha Kuasa. Kegiatan ini juga menyentuh aspek Palemahan, karena merawat tempat suci adalah bentuk
kepedulian terhadap alam sebagai manifestasi Tuhan. Bahkan di dalamnya
terkandung Pawongan, karena kegiatan ini
dilakukan bersama, menciptakan ikatan gotong royong dan kebersamaan antar umat.
(wawancara, 21 Maret 2025).
Sebagai penguat dari penjelasan
tersebut, ajaran sebagai penegas luhurnya aktivitas Sevakam
dapat ditemukan dalam Rg Veda X. 191. 2, yang
berbunyi "Sangachchhadhwam samvadadhwam sam vo manamsi janatam."
Kutipan suci tersebut memiliki arti Hendaknya kamu semua berjalan bersama,
berbicara bersama, dan pikiranmu bersatu dalam satu tujuan yang sama. (Wiana, 2004). Sloka
tersebut mencerminkan semangat kolektif yang dihidupkan dalam Sevakam atau
bekerja sama dalam pengabdian, dalam keikhlasan, demi kebaikan bersama dan
keharmonisan spiritual. Pengabdian semacam ini juga sejalan dengan kutipan
dalam Bhagavad Gita III.9 yang berbunyi sebagai
berikut: "Yajρārthāt karmaṇo'nyatra loko'yaṁ
karma-bandhanaḥ" (Tim Pengkaji dan Penerjemah, 2021). Kutipan suci tersebut memiliki makna
segala perbuatan harus dilakukan sebagai persembahan (yajρa),
sebab selain itu, perbuatan hanya akan mengikat pada dunia. Lebih lanjut,
konsep Seva Dharma sebagai bentuk pengabdian tulus dalam masyarakat
Hindu. Pengabdian ini mencakup pelayanan kepada sesama, lingkungan, dan Tuhan,
yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan, sebagai manifestasi dari dharma dan bhakti (Danuartha & Candrani Dewi, 2023).
Melalui Kegiatan KMHDI Sevakam, kader
KMHDI diajak untuk mengubah aktivitas fisik menjadi persembahan suci. Setiap
sapu yang diayunkan, setiap kotoran yang dibersihkan, menjadi bentuk bhakti dan kesadaran spiritual yang hidup. Selain
itu aksi nyata kegiatan KMHDI Sevakam yang dilaksanakan oleh KMHDI adalah memberi bantuan
untuk masyarakat yang membutuhkan. Bantuan diarahkan kepada masyarakat yang
dianggap layak menerima bantuan karena tertimpa kondisi ekonomi dan fisik yang
tidak lagi untuk mencari nafkah. Beberapa kali aksi sosial dan bantuan juga
diarahkan ke Panti Asuhan. Salah satunya KMHDI Sevakam yang terlaksana pada
tanggal 19 November 2024, bertempat di Panti Asuhan Dharma Jati II, Denpasar.
Kegiatan Sevakam
juga diisi dengan kegiatan edukasi gaya hidup bersih dan ruang inspirasi untuk
anak anak di Panti Asuhan. Pelaksanaan KMHDI Sevakam yang bertempat di Panti
Asuhan bisa dilihat lewat Gambar 2 sebagai berikut.

Gambar
2. Pelaksanaan KMHDI Sevakam
lewat Bantuan Sosial di Panti Asuhan Dharma Jati II, Denpasar (Dokumentasi Pradipa, 2024)
Dari sisi implikasi, KMHDI Sevakam sebagai
program kerja yang berkelanjutan di bawah Bidang Sosial Masyarakat PC KMHDI
Denpasar sesungguhnya tengah menanamkan nilai-nilai luhur kepada
kader-kadernya. Bukan hanya melatih kerja sama dan kepedulian sosial, tetapi
juga menumbuhkan kesadaran bahwa pengabdian adalah jalan menuju harmoni. Hal
ini menjadi wujud nyata dari pendalaman aspek Susila bagi kader KMHDI
bertumbuh dan berkembang menjadi insan insan yang mulia. Hal ini penting untuk menjembatani dan membentuk
cermin dari kualitas kader KMHDI selanjutnya yang dimandatkan oleh Purwaka
sebagai dasar ideologi, yaitu humanis.
Wujud
Implementasi pada Pendalaman Aspek Upacara
Manusia
adalah insan kreatif dan aktif dalam mewujudkan sesuatu. Termasuk sebagai
makhluk religius yang mempercayai adanya Kebenaran Mutlak, yaitu Tuhan, manusia
akhirnya melakukan berbagai upaya dan cara untuk mendekatkan diri dan
melaksanakan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahkan terkadang, aktivitas
aktivitas tersebut dilakukan dalam berbagai macam bentuk dan jalan untuk
merepresentasikan rasa akan spiritual dan religi tersebut. Berbagai macam
aktivitas suci beserta komponen komponennya yang lain untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan, dalam Tri Kerangka Dasar Agama Hindu disebut dengan aspek Upacara
(Etika, 2017).
Salah satu
wujud pendalaman aspek Upacara yang dilakukan oleh Pimpinan Cabang
Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar melalui jalur
nonformal adalah Ngayah Menari (Tim
Penyusun, 2024). Di tengah
perkembangan zaman, nilai-nilai Ngayah atau menghaturkan sesuatu
secara tulus ikhlas ini tetap dijaga dan dilestarikan oleh generasi muda Hindu
di PC KMHDI Denpasar. Sebagai organisasi kemahasiswaan Hindu yang aktif di Kota
Denpasar, PC KMHDI Denpasar tidak hanya fokus pada pengembangan intelektual,
tetapi juga aktif menjaga nilai-nilai tradisi dan spiritualitas melalui
berbagai program kerja, termasuk kegiatan Ngayah
Menari. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata mahasiswa Hindu
dalam menjaga dan merawat warisan budaya sekaligus memperkuat rasa
spiritualitas serta solidaritas.
Dari sisi
filosofis, dalam kerangka dasar ajaran agama Hindu yang terdiri dari Tattwa (filsafat), Susila (etika), dan Upacara
(ritual), kegiatan menari masuk ke dalam bagian Upacara, khususnya sebagai
bentuk Yadnya, yakni persembahan suci (Sanjaya,
2022). Seni tari
merupakan salah satu media persembahan dalam pelaksanaan upacara agama Hindu.
Di balik gerak yang anggun dan gemulai, terdapat nilai-nilai spiritual,
filosofi, dan simbolisme yang mendalam. Tari-tarian tradisional yang
dipentaskan dalam konteks keagamaan bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi
menjadi wujud Bhakti Yadnya persembahan penuh cinta dan ketulusan
kepada Tuhan. Setiap gerakan dalam tari dipercaya sebagai doa yang disampaikan
melalui tubuh, dan karenanya, penari dianggap sebagai perantara untuk
menghubungkan alam sekala (nyata) dengan niskala (spiritual).
Sebagai bentuk nyata pelestarian
budaya dan pengabdian keagamaan, PC KMHDI Denpasar secara rutin melaksanakan
kegiatan Ngayah menari, terutama menjelang
hari-hari besar keagamaan Hindu seperti Hari Suci Siwaratri dan Saraswati. Dalam
momen-momen sakral tersebut, para anggota terutama mahasiswa-mahasiswa yang
memiliki keterampilan menari berkumpul, berlatih, dan mempersembahkan tariannya
dalam berbagai upacara. Kegiatan
ini tidak hanya menjadi media pelestarian budaya, tetapi juga menjadi wadah
pengembangan diri bagi para mahasiswa. Proses latihan biasanya dilakukan
beberapa minggu sebelum upacara, dengan semangat gotong royong dan saling
belajar antar anggota. Tarian-tarian yang dibawakan pun bukan sembarang tarian,
melainkan tarian-tarian yang memiliki makna spiritual dan disesuaikan dengan
konteks upacara, seperti Tari Rejang Dewa, Panyembrama, atau Tari Sekar Jagat. Ngayah Menari saat perayaan Hari Saraswati pada
Hari Sabtu, 8 Februari 2025 bertempat di Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan Pasraman Satyam Eva Jayate, Denpasar bisa
dibuktikan melalui Gambar 3 sebagai berikut.

Gambar
3. Pelaksanaan Ngayah Menari di Pasraman Satyam Eva Jayate, Denpasar (Dokumentasi Mira Aristya, 2025).
Semangat Ngayah
terlihat dari antusiasme anggota dalam mengikuti latihan, menyiapkan busana
adat, hingga tampil di hadapan umat. Tak jarang, kegiatan ini juga menggugah
minat anggota lain untuk mulai belajar menari dan mengenal lebih dalam filosofi
di balik setiap gerakan. Seperti yang
diungkapkan oleh Mira Aristya selaku Ketua Bidang Organisasi PC KMHDI Denpasar
sebagai berikut:
Kegiatan Ngayah menari yang dilakukan PC
KMHDI Denpasar tidak hanya memberi manfaat spiritual bagi individu yang
terlibat, tetapi juga membawa dampak positif secara sosial. Melalui kegiatan
ini, terjalin rasa kebersamaan, persaudaraan, dan semangat gotong royong yang kuat
antar anggota. Kegiatan ini juga menjadi ruang yang aman dan nyaman bagi
mahasiswa Hindu untuk mengekspresikan identitas budaya mereka dengan bangga.
(wawancara, 8 Februari 2025).
Lebih dari itu dari sisi implikasi, Ngayah Menari mengajarkan nilai-nilai kesabaran,
ketulusan, serta kesadaran bahwa setiap gerakan yang dilakukan adalah bagian
dari persembahan kepada Tuhan. Ini menjadi pengingat bahwa seni bukan hanya
untuk dinikmati, tetapi juga dapat menjadi jembatan spiritual yang menyatukan
manusia dengan Sang Pencipta. Melalui
kegiatan Ngayah Menari, PC KMHDI Denpasar
membuktikan bahwa tradisi dan spiritualitas dapat berjalan beriringan dengan
dinamika kehidupan mahasiswa. Ini bukan sekadar program kerja biasa, tetapi
merupakan bentuk bhakti yang membumi dan penuh
makna untuk memperdalam aspek Upacara.
Implikasi
dari Program ini juga
menjadi inspirasi bagi generasi muda Hindu lainnya untuk menguatkan aspek Upacara
sambil menjaga tradisi dengan cara-cara kreatif dan penuh cinta. Sebab di
dalam setiap gerakan tari, tersimpan doa, pengabdian, dan semangat pelestarian
yang tak ternilai harganya. Selain itu lewat Ngayah
Menari, kader juga dijembatani dan
dibentuk kualitas dirinya dari sisi solidaritas.
KESIMPULAN
Dari penjabaran tersebut
dapat diketahui bahwa, eksistensi Pendidikan Agama Hindu bukan hanya sekedar
sebagai mata pelajaran dan mata kuliah wajib. Dari sisi esensi, Pendidikan
Agama Hindu adalah jalan pembentuk karakter peserta didik. Untuk menumbuhkan karakter
baik dalam diri peserta didik, maka ajaran dalam Pendidikan Agama khususnya
dalam hal ini Pendidikan Agama Hindu memiliki tujuan dan peran yang sangat
penting. Namun jika dilihat dari alokasi waktu pembelajaran, Pendidikan Agama
Hindu hanya berfokus di jalur formal dan penerimaannya pun masih belum masif
untuk didalami serta diimplementasikan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
sangat menekankan urgensinya wadah untuk mendalami Pendidikan Agama Hindu lewat
jalur nonformal agar bisa dipedomani dan langsung diimplementasikan dalam
lingkungan masyarakat.
Salah satu organisasi
kemahasiswaan yang menyediakan wadah pendidikan melalui jalur nonformal adalah
Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar.
Dengan adanya sistem kaderisasi yang terstruktur dan berkelanjutan, pendalaman
Pendidikan Agama Hindu melalui jalur nonformal di PC KMHDI Denpasar menjadi
solusi efektif bagi mahasiswa Hindu untuk mengembangkan kualitas dirinya
terutama dari sisi spiritualitas dan religiusitas.
Hal ini menjadi ruang bagi mahasiswa Hindu di PC KMHDI Denpasar untuk terus
memperdalam ajaran agama dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sosial,
akademik, dan spiritual. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan nonformal di
KMHDI bukan hanya sekadar pelengkap. Melainkan juga menjadi sarana strategis
dalam mencetak kader Hindu yang berkarakter, berwawasan luas, dan siap
berkontribusi bagi umat, bangsa, dan negara Indonesia.
Dari sisi implikasi,
implementasi dari pendalaman Pendidikan Agama Hindu lewat jalur nonformal di PC
KMHDI Denpasar terwujud dalam 3 aspek Tri Kerangka Dasar. Dari aspek Tattwa, salah satu wujud program kerja yang
dilaksanakan adalah NGOPI (Ngobrol Pintar) sebagai
wadah diskusi yang hadir dengan tujuan menjawab pertanyaan mengganjal dari sisi
keagamaan, mengantisipasi apatisme mahasiswa
dalam melaksanakan aktivitas keagamaan, serta memperdalam kualitas kader dari
sisi religiusitas. Dari aspek Susila,
salah satu wujud program kerja yang dilaksanakan adalah KMHDI Sevakam sebagai
wadah pengabdian kepada masyarakat yang hadir dengan tujuan untuk melayani
sesama manusia dan lingkungan, sebagai jawaban terhadap problem degradasi etika
dan moralitas pada diri generasi muda, serta menguatkan rasa kader dari sisi
humanisme. Dari aspek Upacara, salah satu wujud program kerja yang
dilaksanakan adalah Ngayah Menari yang
mewadahi kader untuk menghaturkan tari tradisional
dan sakral dalam mengiringi pelaksanaan upacara keagamaan. Ngayah
Menari ini berimplikasi positif mengajarkan nilai-nilai kesabaran,
ketulusan, serta kesadaran bahwa setiap gerakan yang dilakukan adalah bagian
dari persembahan kepada Tuhan, serta memperdalam rasa solidaritas antar sesama.
.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I. M. D. S. (2021). Dharma
Acarya: Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Menembus Portal Revolusi
Industri 4.0. Nilacakra.
Apriani, L. (2022). Eksistensi Pasraman NonFormal sebagai
Lembaga Pendidikan Hindu di Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Penelitian Agama
Hindu, 6(4), 175185.
https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/JPAH/article/view/2169%0Ahttps://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/JPAH/article/download/2169/967
Aprilianto, N., Amadi, Solaeman, R., Utami, A. D., &
Rizkiyanti, A. (2022). Peran Penting Pendidikan Formal dan Non Formal dalam
Membentuk Karakter Anak di Desa Sitiharjo pada Era New Normal. E-Amal:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 11031110.
https://ejournal.stpmataram.ac.id/Amal/article/download/1538/1181/
Arsini, N. W., Rajendra, I. M., & Oktaviani, N. M. A. D.
(2023). Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu melalui Metode Dasa Dharma.
Padma Sari: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(2), 109121.
https://doi.org/10.53977/ps.v2i02.875
Astawa, I. N. T. (2018). Perubahan Perilaku Remaja Hindu
Dalam Menjalankan Aktivitas Keagamaan Di Kota Denpasar. Guna Widya: Jurnal
Pendidikan Hindu, 5(1), 4350. https://doi.org/10.25078/gw.v5i1.611
Astuti, M., Iswandari, V. R., Eka Sari, N., Galin, D.,
Rolani, M., & Ibrahim. (2023). Pendidikan Non Formal Sebagai Proses
Penanaman Nilai-Nilai Islam pada Anak. Dirasah, 6(2), 442450.
https://ejournal.iaifa.ac.id/index.php/dirasah
Azmi, S. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan Merupakan Salah
Satu Pengejawantahan Dimensi Manusia Sebagai Makhluk Individu, Sosial, Susila,
dan Makhluk Religi. JLIKHITAPRAJNA : Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan,
18(1), 7786.
http://likhitapradnya.wisnuwardhana.ac.id/index.php/likhitapradnya/article/view/30%0Ahttp://likhitapradnya.wisnuwardhana.ac.id/index.php/likhitapradnya/article/download/30/27
Dahlan, M. (2023). Tradisi Ngayah pada Masyarakat Bali. Jurnal Kajian Sosial Dan Budaya:
Tebar Science, 7(3), 112116. http://ejournal.tebarscience.com/index.php/JKSB/article/view/177
Danuartha, K., & Candrani Dewi, N. K. (2023).
Implementasi Ajaran Catur Purusha Artha Dalam Membentuk Karakter Anak Panti
Asuhan Ananda Sevadharma Dusun Banjar Sema Desa Sangsit. Pramana: Jurnal
Hasil Penelitian, 3(2), 190. https://doi.org/10.55115/jp.v3i2.3781
Drastawan, I. N. A. (2021). Kedudukan Norma Agama,
Kesusilaan, Dan Kesopanan Dengan Norma Hukum Pada Tata Masyarakat Pancasila. Jurnal
Komunitas Yustisia, 4(3), 928939.
https://doi.org/10.23887/jatayu.v4i3.43189
Etika, T. (2017). Penuturan Simbolik Konsep Panca Sraddha
dalam Kitab Suci Panaturan. An1mage.
Hambali, D. S., & Asyafah, A. (2020). Implementasi
pembelajaran pendidikan agama islam di pendidikan tinggi vokasi. Jurnal
Kajian Pendidikan Umum, 18(2), 819.
https://ejournal.upi.edu/index.php/SosioReligi/article/download/28727/12956
Kafaabillah, D., & Noorzeha, F. (2022). Pendidikan
Moral Bangsa. 5(2), 5270.
Mahendra, P. R. A., & Kartika, I. M. (2021). Membangun
Karakter berlandaskan Tri Hita Karana dalam Perspektif Kehidupan Global. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(2), 423430.
https://doi.org/https://doi.org/10.23887/jpku.v9i2.34144
Mantra, I. B. (2018). Tata Susila Hindu Dharma.
Udayana University Press.
Mustawan, M. D. (2022). Implementasi Tri Kerangka Dasar
Agama Hindu Guna Meningkatkan Sraddha dan Bhakti Pemuda Hindu Dusun Silirsari,
Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi. Widya Aksara:
Jurnal Agama Hindu, 27(1), 105116.
https://ejournal.sthd-jateng.ac.id/index.php/WidyaAksara/article/download/182/116/
Nadra, I. N. (2022). Kepemimpinan Hindu dalam Membangun
Manusia Seutuhnya. Kamaya: Jurnal Ilmu Agama, 5(3), 155166.
https://doi.org/10.37329/kamaya.v5i3.1995
Nahuddin, Y. E., & Prastyo, A. (2020). Hubungan agama
dengan Pancasila dalam perspektif konstitusi. Jurnal Cakrawala Hukum, 11(3),
282290. https://doi.org/10.26905/idjch.v11i3.4070
Oka, I. P. G. N. J. (2009). Sanatana Hindu Dharma.
Widya Dharma.
Permana, I. D. G. D. (2021). Menghadapi Degradasi Etika dan
Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan Agama
Hindu. Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, 8(1), 4664.
Permana, I. D. G. D. (2023). Analisis Karakter Śakuni
dalam Kisah Mahābhārata pada Situasi Menjelang Kontestasi Politik
2024. Kalangwan: Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa Dan Sastra, 13(2),
162169. https://doi.org/10.25078/kalangwan.v13i2.2896
Pitriani, N. R. V., Wahyuni, I. G. A. D., & Sastrawan,
I. K. B. (2023). Pengembangan Media Poster Berbasis Pictorial Riddle Model 4D
sebagai Bahan Ajar Mata Kuliah Pendidikan Agama Program Studi Pendidikan Agama
Hindu. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(1), 135150.
https://doi.org/10.37329/cetta.v6i1.2027
Sanjaya, P. (2022). Peran Generasi Muda Sebagai Agent Of
Change Guna Membangun Kearifan Budaya Lokal Dalam Ajaran Tri Hita Karana. Jurnal
Penelitian Agama Hindu, 9843(1), 186195.
https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/JPAH
Somawati, A. V., & Juniarti, K. D. (2023). Pembinaan
Karakter Anak-anak Hindu melalui Pengucapan Salam dan Doa Sehari-hari. Caraka:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2),
132141. https://doi.org/https://doi.org/10.55115/crk.v3i2.3765
Sudirga, I. B., & Segara, I. N. Y. (2017). Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas X (Cetakan ke-3). Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Suradarma, I. B. (2019). Pendidikan Agama Hindu sebagai
Landasan Pendidikan Moral dan Etika. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, 3(1),
1636. https://doi.org/10.38043/jids.v3i1.1731
Syaadah, R., Ary, M. H. A. A., Silitonga, N., &
Rangkuty, S. F. (2022). Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal Dan Pendidikan
Informal. Pema (Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat), 2(2),
125131. https://doi.org/10.56832/pema.v2i2.298
Tim Pengkaji dan Penerjemah, P. S. V. (2021). Bhagavadgita
dan Terjemahannya. In Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Hindu Kementerian Agama RI. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu
Kementerian Agama Republik Indonesia. https://wedangga.kemenag.go.id/
Tim Penyusun. (2022). Buku Pedoman Pelaksanaan Kaderisasi
Tahap 1 Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia. PP KMHDI 2021 - 2023.
Tim Penyusun. (2023). Hasil MAHASABHA XIII Kesatuan
Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia. PP KMHDI 2021 - 2023.
Tim Penyusun. (2024). Hasil Rakercab XIII PC KMHDI
Denpasar. Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia
Denpasar 2023-2025.
Wiana, I. K. (2004). Tri Kaya Parisudha dan Aplikasinya
dalam Kehidupan. Widya Dharma.
Widiada, K., Gara, I. W., & Sucita, D. N. (2023).
Pasraman Non-formal Semara Ratih Dalam Penanaman Nilai Sosial Budaya Komunikasi
Keagamaan Hindu Desa Tukadmungga. Prabha Vidya, 3(2), 17.
Widyana, I. K. (2018). Pendidikan Agama Hindu berbasis
Kearifan Lokal Kaharingan melalui Mata Kuliah Tawur di Sekolah Tinggi Agama
Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama
Dan Kebudayaan, 18(2), 101113.