IMPLEMENTASI 24 PROFIL LEADERSHIP
CURRICULUM DI SDIT AR-RAHMAH MAKASSAR
Jusria Kadir*
Dewi Saputri S**
* Universitas
Bosowa Makassar, Indonesia
**UIN Alauddin Makassar,
Indonesia
*E-mail: jusria.kadir@gmail.com
**E-mail: dewisaputrisussang@gmail.com
Abstract
This article aims to analyze
teachers’ understanding and practice in implementing the 24 Profiles of Leadership
Curriculum at SDIT
Ar-Rahmah Makassar. This research
is an evaluation
study employing a sequential
explanatory model as its research approach. The research was conducted
at SDIT Ar-Rahmah Makassar for
one year (11/23-10/2024).
The results showed that: 1) Teachers’ understanding showed high (53.6%) and medium (46.4%) categories. 2) The practice of spiritual values shows a high category
(100%), the practice of academic competencies
shows a high category (57.1%) and moderate (42.9%), the practice of leadership
characters shows a high category (57.1%) and moderate (42.9%), and the practice
of leadership competencies shows a high category (85.7%) and moderate (14.3%). 3) Teachers’ understanding and practice are influenced by several
factors that both support and
hinder them. Supporting factors include teacher competence, effective school management, various extracurricular activities, and parental support. The inhibiting factors are infrastructure facilities, the burden of learning
administration, and lack of coordination
with parents/guardians.
Keywords:
Teacher Understanding,
Teacher Practice, 24 Profile Leadership Curriculum.
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis
pemahaman dan praktik guru dalam mengimplementasikan 24 Profil Leadership Curriculum (Kurikulum
kepemimpinan ) di SDIT Ar-Rahmah Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian
evaluasi dengan pendekatan penelitian kombinasi model eksplanasi
sekuensial. Penelitian dilakukan di SDIT Ar-Rahmah
Makassar selama satu tahun (11/23-10/2024). Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Pemahaman guru menunjukkan kategori tinggi (53,6%) dan sedang (46,4%). 2) Praktik
spiritual values menunjukkan kategori tinggi (100%),
praktik academic competencies
menunjukkan kategori tinggi (57,1%) dan sedang (42,9%), praktik leadership characters menunjukkan
kategori tinggi (57,1%) dan sedang (42,9%), dan praktik leadership
competencies menunjukkan kategori tinggi (85,7%) dan
sedang (14,3%). 3) Pemahaman dan praktik guru didukung dan
dihambat oleh beberapa faktor. Faktor pendukungnya ialah kompetensi guru,
manajemen sekolah, aneka kegiatan/ekstrakurikuler, dan suportivitas
orang tua/wali murid. Adapun faktor penghambatnya adalah sarana prasarana,
beban administrasi pembelajaran, dan koordinasi yang kurang dengan orang tau/wali murid.
Kata Kunci: Pemahaman
Guru, Praktik Guru, 24 Profil Leadership Curriculum.
PENDAHULUAN
Pergeseran besar dalam dunia
pendidikan disebabkan oleh pandemi Covid-19 pada tahun 2020-2021. Untuk
mengurangi potensi penularan virus, pemerintah memperkenalkan program kerja
dari rumah (WFH) dan pembelajaran jarak jauh bagi siswa. Hal ini
mengimplikasikan bahwa proses pendidikan perlu disesuaikan dengan kondisi
masing-masing siswa (Fitriya dkk., 2021).
Kurikulum Merdeka Belajar adalah
seperangkat rencana pelajaran yang disederhanakan yang mencakup konten, materi
pembelajaran, dan manajemen waktu. Kurikulum ini merupakan kelanjutan dari
kurikulum darurat Covid-19 (Syafi’i, 2023). Kurikulum nasional yang baru ini
mencakup berbagai kecerdasan serta keterampilan digital, emosional,
psikomotorik, dan kognitif.. Untuk memberikan fleksibilitas yang tinggi kepada
siswa dalam memaksimalkan usaha mereka, berbagai model dan strategi
pembelajaran digunakan (Mardani dkk., 2023).
Sebuah kurikulum pembelajaran mandiri
yang disebut Kurikulum Kepemimpinan telah dibuat oleh SDIT Ar-Rahmah Makassar.
Nilai-nilai individualisme dan kepemimpinan ditekankan dalam kurikulum lokal
ini. Meskipun menggunakan kurikulum
lokal, sekolah ini tetap mengikuti kurikulum nasional dan mengadaptasinya dengan
kurikulum lokal. Para pemangku kepentingan SDIT Ar-Rahmah Makassar, selaku
pencipta kurikulum, menekankan nilai-nilai kepemimpinan dan kompleksitas Islam.
Bagi sekolah yang memilih diferensiasi sebagai produk sampingan dari
keunggulan, hal ini menjadi skala prioritas. Berbagai faktor, termasuk visi dan
misi sekolah, program unggulan, kegiatan, kurikulum, metodologi pembelajaran,
pembiasaan, evaluasi, dan pengembangan, menunjukkan diferensiasi dari kurikulum
ini (Saputri dkk., 2023).
Pada tanggal 25 Juni 2022, Hotel
Harper Makassar menjadi tuan rumah pembukaan kurikulum lokal SDIT Ar-Rahmah
Makassar. Sejak tahun 2019, kurikulum
ini telah dikembangkan dan mulai digunakan. Dengan demikian, kurikulum K-13
menjadi dasar dari kurikulum lokal ini. Namun setelah menerima banyak kritik
yang bermanfaat selama ini, program ini akhirnya disempurnakan. Karena
pemerintah sedang menggalakkan kurikulum darurat selama pandemi Covid-19 pada
tahun 2020, maka Kurikulum Kepemimpinan juga harus beradaptasi dengan kurikulum
darurat. Kurikulum darurat digantikan
dengan kurikulum Merdeka Belajar hingga awal 2021. Kurikulum pemerintah nasional ini sekali lagi
tercermin dalam kurikulum lokal SDIT Ar-Rahmah Makassar. Kurikulum Kepemimpinan
dibuat untuk memodifikasi lebih lanjut kurikulum nasional, tetapi tidak
dibatasi oleh kurikulum K-13 atau Merdeka Belajar.
Kompetensi dan karakter
merupakan salah satu kemampuan abad ke-21 yang harus dimiliki oleh pelajar
Indonesia sesuai Profil Pelajar Pancasila. Meskipun berbeda, kompetensi dan
karakter adalah dua gagasan yang saling melengkapi. Sangat penting bagi semua
siswa Indonesia untuk memiliki keduanya (Irawati dkk., 2022). Kebijakan pendidikan dapat diarahkan pada pengembangan keenam dimensi
Profil Peserta Didik Pancasila secara utuh dan menyeluruh, yaitu peserta didik
yang: (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
(2) berwawasan kebangsaan, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar
secara kritis, dan (6) kreatif. Profil Peserta Didik Pancasila menjelaskan
kompetensi dan karakter yang perlu dibangun pada setiap individu peserta didik
di Indonesia (Irawati dkk., 2022).
Sama halnya dengan 24 profil Leadership
Curriculum (Kurikulum kepemimpinan), program ini
juga merupakan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengembangkan
keterampilan kepemimpinan pada peserta didik. Profil ini mencakup berbagai
aspek penting, seperti komunikasi efektif, kerja sama tim, pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, kepemimpinan etis, dan kemampuan beradaptasi.
Tujuannya adalah untuk membekali peserta didik dengan kompetensi yang
dibutuhkan untuk menjadi pemimpin yang efektif, bertanggung jawab, dan
berintegritas di berbagai bidang kehidupan. Aspek yang paling ditekankan pada
program ini ialah nilai-nilai spiritual (spiritual values).
Sebagai upaya untuk mendukung implementasi program,
dibutuhkan data dan informasi mengenai kompetensi guru. Kompetensi guru yang
baik tentunya akan mudah mengembangkan kompetensi peserta didik. Oleh karena
itu, pemahaman dan praktik guru dalam mengimplementasikan kurikulum ini menjadi
faktor yang sangat menentukan keberhasilannya.
Namun, pada kenyataannya masih terdapat berbagai
tantangan yang dihadapi oleh para guru (Kadir dkk., 2024). Berdasarkan hasil observasi, beberapa guru belum
sepenuhnya memahami konsep dari 24 Profil Leadership
Curriculum, sehingga dalam praktiknya masih
terdapat perbedaan antara perencanaan dan penerapan di dalam kelas. Selain itu,
faktor lain seperti kemampuan administrasi pembelajaran, minimnya sumber daya
pendukung, serta kurangnya koordinasi guru dan orang tua/wali murid turut
memengaruhi efektivitas penerapan kurikulum ini. Oleh sebab itu, penting untuk
menganalisis sejauh mana pemahaman dan praktik guru dalam mengimplementasikan
kurikulum ini di SDIT Ar-Rahmah Makassar.
Analisis terhadap pemahaman dan praktik guru dalam
menerapkan 24 Profil Leadership Curriculum akan memberikan gambaran mengenai kesesuaian
antara konsep yang diharapkan dengan realitas pelaksanaan di sekolah. Penelitian
ini juga mengidentifikasi kendala yang dihadapi guru serta upaya mereka dalam
mengatasi tantangan tersebut. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi bagi sekolah dalam menyusun strategi yang lebih
efektif guna meningkatkan keberhasilan penerapan kurikulum kepemimpinan.
Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian yang
sudah dipublikasikan. Pertama, Merdekawaty & Suryani
(2024) mengemukakan bahwa hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki pemahaman
yang cukup baik tentang konsep dan prinsip Kurikulum Merdeka, namun masih
menghadapi kendala dalam penerapan strategi pembelajaran yang inovatif dan
penilaian berbasis kompetensi. Kesimpulannya, kompetensi pedagogik mahasiswa
calon guru perlu ditingkatkan melalui pelatihan dan pendampingan yang lebih
intensif agar mampu menerapkan Kurikulum Merdeka secara efektif.
Kedua, Rahmi dkk. (2024) mengungkapkan pada hasil penelitiannya bahwa terjadi
peningkatan pemahaman dan antusiasme guru dalam kegiatan sangat baik terlihat
dari banyaknya pertanyaan dan respon guru. Secara spesifik, hasil pemahaman
yang didapat, yaitu: a) guru melakukan metode pembelajaran yang terintegrasi
dengan pembentukan karakter siswa meningkat menjadi 80%, b) guru menyeimbangkan
dan menyelaraskan nilai-nilai kognitif dan afektif meningkat menjadi 77%, c)
guru melakukan pembiasaan dan praktik meningkat menjadi 74%, dan d) guru
melakukan pembiasaan, menciptakan dan memfilter budaya, nilai-nilai dan
norma-norma meningkat menjadi 77%. Dengan demikian, dapat disimpulkan hasil
pemahaman guru berdasarkan kuesioner yang diberikan menunjukkan kategori baik.
Ketiga, Karlina dkk., (2024) mengungkapkan dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa persepsi guru dalam implementasi
meningkatkan praktik dalam mengajar dengan TMF (Teaching
Mastery Framework)
yaitu kebebasan dalam mengajar. Sehingga mampu memvariasikan metode dan model
dalam penyampaian materi kepada siswa dikarenakan dalam penyusunan konten
bersifat fleksibilitas. Peran aspek TMF yang dimiliki SMP A mampu meningkatkan
kompetensi guru dan memberikan kemudahan kepada guru dalam mengimplementasikan
kurikulum merdeka juga sejalan dengan TMF yang dimiliki sekolah pada kelas
maupun administratif agar memperbaiki kualitas pengajaran guru.
Keempat, Tunafsyiah & Azminah (2021) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa tingkat
pemahaman guru PAUD TK Bina Tunas Bangsa tentang kurikulum 2013 sudah baik
meliputi pemahaman pengertian dan struktur kurikulum 2013. Pemahaman dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013 juga sudah baik dengan adanya RPPH yang
sudah sesuai, pelaksanaan pembelajaran sesuai perkembangan anak, penggunaan
pendekatan saintifik dalam pelaksanaan pembelajaran,
penilaian dengan menggunakan penilaian kurikulum 2013.
Berdasar pada uraian di atas, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “Implementasi
24 Profil Leadership Curriculum
Di Sdit Ar-Rahmah Makassar”. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak, terutama sekolah, guru, dan lembaga
pendidikan Islam lainnya. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam
menyusun kebijakan pendidikan yang lebih optimal dalam mengembangkan karakter
kepemimpinan siswa berbasis nilai-nilai Islam. Selain itu, penelitian ini juga
dapat memberikan wawasan bagi guru untuk terus meningkatkan pemahaman dan
praktik mereka dalam mengimplementasikan kurikulum kepemimpinan di sekolah
Islam terpadu.
METODE
Tulisan ini
merupakan penelitian evaluasi dengan pendekatan penelitian kombinasi (mix methods) dengan pendekatan model eksplanatori
(explanatory sequential
design). Model eksplanatori
dalam penelitian kombinasi bertujuan untuk menjelaskan hasil penelitian
kuantitatif secara lebih mendalam menggunakan metode kualitatif (Vebrianto dkk.,
2020). Penelitian ini memerlukan data kuantitatif
terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat pemahaman dan praktik guru terkait 24
Profil Leadership Curriculum.
Hasil kuantitatif perlu dijelaskan lebih lanjut dengan metode kualitatif,
seperti wawancara mendalam atau observasi.
Penelitian ini
menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu kuesioner, observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data diolah menggunakan dua cara. Pertama,
cara kualitatif yaitu melalui tahapan reduksi, penyajian, dan penarikan
kesimpulan. Kedua, cara kuantitatif yaitu menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif. Teknik ini digunakan untuk menyajikan nilai rata-rata,
persentase, dan distribusi frekuensi, sehingga memudahkan peneliti dalam
mengidentifikasi kecenderungan, pola, serta perbedaan tingkat implementasi di
antara guru yang digambarkan melalui sajian tabel dan diagram. Setelah data
tersusun, data diuji keabsahannya menggunakan prinsip kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan
kepastian.
Pengambilan
responden menggunakan teknik random
sampling yaitu pengambilan sampel secara acak. Populasi
di SDIT Ar-Rahmah Makassar tahun pelajaran 2023-2024 ialah 657 siswa. Adapun
sampel yang digunakan ialah 30 siswa dengan rincian 5
siswa perwakilan pada masing-masing tingkatan.
Penelitian ini
dilakukan di SDIT Ar-Rahmah Makassar. Sekolah ini beralamat di Perumahan Dosen
Unhas Tamalanrea, Jl. Al-Ikhlas I Blok H, Tamalanrea Jaya, Kec. Tamalanrea,
Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan selama satu tahun,
terhitung mulai dari November 2023 hingga Oktober 2024.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemahaman Guru dalam Mengimplementasikan 24
Profil Leadership Curriculum
Kompetensi
guru sangat memengaruhi ketercapaian 24 profil Leadership
Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar. Untuk
menilai kompetensi guru, tidak hanya dilihat dari kualifikasi pendidikan dan linieritas program studi dengan materi yang diajarkan,
tetapi juga perlu dilakukan observasi terhadap pemahaman dan praktik guru dalam
menunjang ketercapaian 24 profil Leadership
Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar.
Pemahaman
yang baik terhadap 24 Profil Leadership Curriculum sangat penting bagi guru, karena kurikulum
ini bertujuan untuk membentuk karakter kepemimpinan siswa sejak dini. Guru
tidak hanya berperan sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator
dan teladan dalam membangun keterampilan kepemimpinan siswa. Berikut adalah
data observasi mengenai pemahaman guru yang dilakukan pada Sabtu, 04 Mei 2024.
Berikut sajian data hasil observasinya:
Tabel 1. Observasi Pemahaman Guru tentang 24 profil Leadership
Curriculum
Status |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Persentase Valid |
Persentase
Kumulatif |
Valid |
Sedang |
26 |
46.4 |
46.4 |
46.4 |
Tinggi |
30 |
53.6 |
53.6 |
53.6 |
|
Total |
56 |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
Berdasarkan
tabulasi data di atas, dapat dipahami bahwa pemahaman guru SDIT Ar-Rahmah
Makassar tentang 24 Profil Leadership Curriculum terbagi kepada dua kategori yakni tinggi dan
sedang. Sebanyak 30 guru yang memiliki pemahaman tinggi dengan persentase
53,6%, sedangkan guru yang memiliki pemahaman sedang sebanyak 26 guru dengan
persentase 46,4%. Apabila dinyatakan dalam bentuk gambar/grafik, maka hasilnya
sebagai berikut.
Gambar
1. Kategori Pemahaman Guru
mengenai 24 profil Leadership Curriculum
Berdasarkan data di atas, dapat dipahami bahwa
pemahaman guru mengenai 24 profil Leadership
Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar berada pada
dua kategori yakni sedang dan tinggi. Apabila dianalisis, ditemukan bahwa
kategori tinggi lebih banyak dengan persentase 53,6% daripada kategori sedang
dengan persentase 46,4%. Oleh sebab itu, pemahaman guru tentang 24 profil Leadership Curriculum tergolong
tinggi (53,6%) dan sedang (46,4%).
Pemahaman yang baik mampu mengarahkan proses
pembelajaran menjadi efektif, membantu integrasi kepemimpinan dalam berbagai
mata pelajaran dan program kegiatan lainnya, menciptakan lingkungan belajar
yang positif dan berorientasi pada kepemimpinan, dan menjadi role model bagi siswa.
Praktik Guru dalam
Mengimplementasikan 24 Profil Leadership Curriculum
1.
Aspek Spiritual Values
Praktik
guru pada Spiritual Values menyasar kompetensi
guru dari segi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Item yang
dipertanyakan adalah mengenai praktik guru dalam mengimplementasikan Al-Qur’an, salat, ibadah, iman, akhlak/adab, dan wawasan
keislaman. Berikut sajiannya.
Tabel 2. Observasi Praktik Guru pada Aspek
Spiritual Values
Status |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Persentase
Valid |
Persentase
Kumulatif |
Valid |
Tinggi |
56 |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
Berdasarkan
data pada tabel di atas, dapat dipahami bahwa hasil analisis terhadap praktik
guru dalam mengimplementasikan 24 profil Leadership
Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar berada pada
kategori tinggi. Sebanyak 56 guru berada pada kategori tinggi dalam
mengimplementasikan aspek Spiritual Values,
baik kepada peserta didik maupun kepada diri guru sendiri. Berikut grafiknya.
Gambar 2. Kategori Praktik Guru pada Aspek Spiritual Values
Dengan
mengacu pada data gambar/grafik di atas, dapat diketahui bahwa semua guru di
SDIT Ar-Rahmah Makassar telah mempraktikkan aspek Spiritual Values dengan efektif, baik dalam bentuk pembelajaran,
pembiasaan, program, maupun karakter. Oleh sebab itu, kategori praktik guru
pada aspek ini terbilang tinggi dengan persentase 100%.
2.
Aspek Academic Competencies
Academic Competencies
merupakan aspek digunakan untuk mengukur praktik guru. Sasaran penilaian ini
menyasar kompetensi guru dari segi pedagogik, profesional, sosial, dan
kepribadian. Item yang dipertanyakan adalah praktik guru dalam
mengimplementasikan literasi, numerasi, literasi
sains, literasi TIK, literasi finansial, dan literasi masyarakat serta
budayanya. Peneliti menyajikan data analisisnya pada tabel di bawah ini.
Tabel
3. Observasi
Praktik Guru pada Aspek Academic Competencies
Status |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Persentase
Valid |
Persentase
Kumulatif |
Valid |
Sedang |
24 |
42.9 |
42.9 |
42.9 |
Tinggi |
32 |
57.1 |
57.1 |
57.1 |
|
Total |
56 |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
Tabel 3 di atas
menginformasikan bahwa pada pelaksanaan aspek ini, praktik guru berada pada
kategori tinggi dan sedang. Guru dengan kategori tinggi sebanyak 32 orang
dengan persentase 57,1%, sedangkan guru dengan kategori sedang sebanyak 24
orang dengan persentase 42,9%. Berikut grafiknya.
Gambar
3. Kategori
Praktik Guru pada Aspek Academic Competencies
Berangkat
pada data yang terdapat pada gambar/grafik di atas, dapat dinyatakan bahwa
praktik guru di SDIT Ar-Rahmah Makassar dalam mengimplementasikan aspek Academic Competencies
terbagi kepada dua kategori yakni kategori sedang dan tinggi. Namun, luas
wilayah warna hijau pada gambar di atas, menunjukkan hasil pelaksanaan aspek
ini yang paling dominan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa praktik guru
dalam mengimplementasikan aspek Academic Competencies berada pada kategori tinggi (57,1%) dan
sedang (42,9%).
3.
Aspek Leadership Characters
Praktik
guru pada Leadership Characters menyasar
kompetensi guru dari segi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Item
yang dipertanyakan adalah mengenai praktik guru dalam mengimplementasikan
kesadaran diri, tanggung jawab, integritas, gigih, sikap positif, dan belajar
seumur hidup. Untuk analisisnya, berikut hasilnya.
Tabel 4. Observasi
Praktik Guru pada Aspek Leadership Characters
Status |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Persentase
Valid |
Persentase
Kumulatif |
Valid |
Sedang |
24 |
42.9 |
42.9 |
42.9 |
Tinggi |
32 |
57.1 |
57.1 |
57.1 |
|
Total |
56 |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
Hasil praktik guru yang ditunjukkan pada tabel di atas menampilkan
dua kategori yakni tinggi dan sedang. Sebanyak 32 guru dengan praktik tinggi
dengan persentase sebesar 57,1%. Adapun guru lainnya sebanyak 24 orang berada pada kategori sedang dengan
persentase sebesar 42,9%. Jumlah guru dengan kategori tinggi lebih banyak
daripada kategori sedang. Berikut grafiknya.
Gambar
4. Kategori Praktik Guru pada Aspek Leadership
Characters
Gambar di atas menunjukkan dua warna yang berbeda dengan luas wilayah yang berbeda pula yakni hijau dengan wilayah yang lebih besar dibandingkan dengan warna biru. Gambar 4 di atas mengisyaratkan hasil dari praktik guru di SDIT Ar-Rahmah Makassar pada aspek Leadership Characters. Praktik guru pada kategori sedang mengisyaratkan jumlah yang lebih kecil dengan persentase 42,9%, sedangkan praktik guru pada kategori tinggi mengisyaratkan jumlah yang lebih besar yakni 57,1%. Oleh karena itu, hasil evaluasi terhadap praktik guru pada aspek ini berada pada kategori tinggi (57,1%) dan sedang (42,9%).
4. Aspek Leadership Competencies
Praktik guru pada aspek Leadership Competencies menyasar kompetensi guru dari segi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Item yang dipertanyakan adalah mengenai praktik guru dalam mengimplementasikan mengembangkan visi, komunikasi, pemecahan masalah, kolaborasi, keterampilan sosial, dan keterampilan belajar cepat. Tabel di bawah ini akan menyajikan hasil analisis terhadap praktik guru dalam bentuk kuantitatif.
Tabel 5. Observasi
Praktik Guru pada Aspek Leadership Competencies
Status |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Persentase
Valid |
Persentase
Kumulatif |
Valid |
Sedang |
8 |
14.3 |
14.3 |
14.3 |
Tinggi |
48 |
85.7 |
85.7 |
85.7 |
|
Total |
56 |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
Tabel 5 di atas mengisyaratkan bahwa praktik guru aspek Leadership Competencies terbagi kepada dua yakni kategori tinggi dan sedang. Guru yang memperoleh nilai tinggi ada 48 orang, sedangkan guru yang memperoleh nilai sedang ada 8 orang. Apabila dipersentasekan, persentase tinggi yakni sebesar 85,7% dan persentase sedang yakni sebesar 14,3%. Bilamana data disajikan dalam bentuk diagram, maka hasilnya seperti gambar di bawah ini.
Gambar 5. Analisis
Praktik Guru pada Aspek Leadership Competencies
Berpatokan pada data gambar/grafik di atas, dapat dipahami bahwa guru di SDIT Ar-Rahmah Makassar telah mempraktikkan aspek Leadership Competencies dengan efektif, meskipun hasil evaluasi terhadap praktik guru terbagi kepada dua kategori yakni tinggi dan sedang. Grafik menunjukkan warna hijau lebih dominan daripada biru, menandakan bahwa sebagian besar guru berada dalam kategori tinggi. Oleh sebab itu, kategori praktik guru pada aspek Leadership Competencies terbilang tinggi (85,7%) dan sedang (14,3%).
Mengacu pada hasil praktik guru dalam mengimplementasikan aspek Spiritual Values, Academic Competencies, Leadership Characters, dan Leadership Competencies di SDIT Ar-Rahmah Makassar terbilang efektif, sebab hasilnya berada pada kategori tinggi dan sedang. Tidak satu pun aspek yang menunjukkan praktik guru dalam kategori rendah. Dengan demikian, kompetensi guru di SDIT Ar-Rahmah Makassar menunjukkan ketercapaian 24 profil Leadership Curriculum, baik berdasarkan hasil wawancara maupun hasil evaluasi pemahaman dan praktik guru.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Guru dalam Mengimplementasikan 24 Profil Leadership Curriculum
1. Faktor Pendukung
a. Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan faktor krusial dalam mengimplementasikan 24 Profil Leadership Curriculum. Kompetensi guru mencakup spiritual values, leadership competencies, academic competencies, dan leadership characters yang diperlukan untuk mengajar dan membimbing peserta didik secara efektif. Dalam konteks ini, guru harus memiliki pemahaman mendalam tentang konsep kepemimpinan (leadership) yang terkandung dalam kurikulum SDIT Ar-Rahmah Makassar, serta kemampuan untuk menerjemahkan konsep tersebut ke dalam praktik pembelajaran yang kontekstual dan aplikatif (Kadir dkk., 2024).
Kompetensi guru di SDIT Ar-Rahmah Makassar diatur dalam empat aspek. Pertama, kompetensi spiritual. Guru harus menerapkan nilai-nilai spiritual dalam diri dan mengajarkannya kepada siswa, seperti membaca dan menghafal Al-Qur’an, salat lima waktu, cinta ibadah yaitu rajin puasa sunnah, memiliki keimanan yang kuat yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan sunnah, memiliki akhlak yang baik seperti tutur kata yang santun kepada orang lain dan peserta didik, serta memiliki wawasan keislaman yang baik yaitu turut serta pada acara hari besar Islam. Kedua, pada aspek kompetensi akademik. Guru dituntut mampu mengajarkan literasi, numerasi, saintifik literasi, IPTEK dan integrasinya dalam pembelajaran, finansial literasi, serta memiliki wawasan budaya Indonesia. Ketiga, pada aspek karakter kepemimpinan guru dituntut untuk dapat menerapkan pada diri sendiri dan mengajarkan kepada peserta didik yaitu kesadaran diri, tanggung jawab, integritas, ketekunan, sikap positif, dan keinginan untuk terus belajar. Keempat, pada aspek kompetensi kepemimpinan guru dituntut untuk menginternalisasikan pada diri sendiri dan merealisasikan pada peserta didik terkait pengelolaan dan pengembangan visi, komunikasi, pemecahan masalah, kolaborasi, keterampilan sosial, dan keterampilan belajar cepat.
b.
Manajemen Sekolah
Bentuk manajemen
sekolah yang mendukung efektivitas program 24 profil Leadership
Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar yaitu guru
kelas, wali kelas, koordinator jenjang, wakil kepala sekolah, kepala sekolah,
hingga yayasan menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan tupoksinya masing-masing (Saputri dkk., 2023).
Guru kelas
memiliki peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai spiritual, mengembangkan
kompetensi akademik dan karakter, serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan secara
langsung kepada siswa di kelas (Judrah dkk., 2024). Guru kelas mengintegrasikan nilai-nilai
kurikulum kepemimpinan ke dalam proses pembelajaran sehari-hari, memberikan
contoh perilaku positif, memfasilitasi diskusi yang membangun karakter, serta
memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap perkembangan siswa. Wali
kelas, memiliki tanggung jawab yang lebih luas dalam mengawasi perkembangan
holistik siswa di kelasnya. Mereka menjadi penghubung utama antara sekolah dan
orang tua, memantau kemajuan akademik, karakter, dan kepemimpinan setiap siswa,
serta mengambil tindakan preventif maupun kuratif jika diperlukan (Harahap dkk., 2025).
Koordinator
jenjang berperan dalam memastikan keterpaduan dan kesinambungan implementasi
program 24 profil Leadership Curriculum di seluruh kelas dalam jenjangnya. Mereka
berkolaborasi dengan guru dan wali kelas untuk merancang kegiatan-kegiatan yang
mendukung pencapaian profil-profil tersebut, berbagi praktik baik, serta
memantau efektivitas program secara keseluruhan di tingkat jenjang. Wakil
kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang lebih strategis dalam mengawasi dan
mengevaluasi implementasi seluruh program sekolah, termasuk kurikulum
kepemimpinan. Mereka memastikan bahwa program berjalan sesuai dengan visi dan
misi sekolah, mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan, serta
memberikan dukungan kepada seluruh elemen manajemen sekolah (Sunaedi & Rudji, 2023).
Kepala sekolah
sebagai pemimpin tertinggi bertanggung jawab penuh atas keberhasilan
implementasi program 24 profil Leadership Curriculum. Mereka menetapkan kebijakan, memberikan
arahan strategis, memotivasi seluruh warga sekolah, serta menjalin komunikasi
yang efektif dengan yayasan dan pihak-pihak terkait (Sunaedi & Rudji, 2023). Yayasan sebagai pemilik dan pengelola
sekolah memiliki peran dalam memberikan dukungan sumber daya, menetapkan visi
dan misi sekolah yang selaras dengan nilai-nilai kepemimpinan, serta melakukan
pengawasan terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan, termasuk efektivitas
program kurikulum kepemimpinan. Sinergi yang baik antar seluruh elemen ini
menjadi kunci keberhasilan penanaman 24 profil Leadership
Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar.
c.
Aneka Kegiatan/Ekstrakurikuler
24 Profil Leadership Curriculum
di SDIT Ar-Rahmah Makassar menyasar empat aspek utamanya yaitu spiritual values, academic
competencies, leadership
competencies, dan leadership
characters.
Pertama, spiritual
values dan leadership
characters. Program seperti Assalamu’alaikum
Ar-Rahmah, Peringatan Hari Besar Islam, MABIT, Manasik Haji, Munaqasyah Salat, dan Pesantren Kilat (Sanlat) memiliki peran krusial dalam menanamkan nilai-nilai
spiritual dan membentuk karakter siswa. Melalui kegiatan-kegiatan ini, siswa
belajar tentang ajaran agama Islam secara mendalam, mengembangkan kecintaan
terhadap ibadah, memperkuat akhlak mulia, serta melatih kedisiplinan dan
tanggung jawab. Interaksi sosial dalam kegiatan keagamaan juga menumbuhkan rasa
persaudaraan dan kepedulian antar siswa (Kadir dkk., 2024).
Kedua, academic competencies.
Di luar dari pada pembelajaran di kelas, beberapa program, baik secara langsung
maupun tidak langsung mendukung pengembangan akademik dan kompetensi siswa. English Day bertujuan meningkatkan kemampuan
berbahasa Inggris siswa melalui praktik langsung dan interaktif. Expo dapat menjadi wadah bagi siswa untuk
memamerkan hasil belajar dan kreativitas mereka dalam berbagai bidang, melatih
kemampuan presentasi, dan kerja sama. Field Trip (Outing) dan Rihlah Perkelas
(kegiatan wisata edukatif tiap kelas) memberikan pengalaman belajar di luar
kelas yang memperluas wawasan siswa tentang dunia nyata dan mengaplikasikan
pengetahuan yang telah dipelajari di sekolah. Market
Day melatih jiwa kewirausahaan, kemampuan berhitung, dan interaksi sosial
dalam konteks ekonomi sederhana. Munaqasyah
Salat juga menguji pemahaman siswa terhadap praktik ibadah yang merupakan
bagian dari kompetensi dasar keagamaan (Kadir dkk., 2024).
Ketiga, leadership characters.
Program-program seperti Leadership Camp, Outbond, Super Camp, dan bahkan Star of the Month (Pelajar terbaik
setiap bulan) secara khusus dirancang untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan
karakter kepemimpinan siswa. Leadership Camp dan Super Camp
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan organisasi, kerjasama tim, pengambilan keputusan, dan kemampuan
memimpin dalam berbagai situasi. Outbound melatih
keberanian, kemandirian, dan kemampuan mengatasi tantangan. Star of the Month
memberikan pengakuan atas prestasi dan perilaku positif siswa, memotivasi
mereka untuk menjadi teladan dan mengembangkan karakter yang baik. Parenting, kegiatan pembinaan peran orang tua dalam
mendukung pembelajaran anak, meskipun melibatkan orang tua, secara tidak
langsung mendukung pembentukan karakter kepemimpinan siswa melalui pemahaman
orang tua tentang pentingnya nilai-nilai tersebut di rumah. Pentas Akhir Tahun (Pensi)
juga dapat menjadi ajang bagi siswa untuk menunjukkan bakat dan kemampuan
mereka di depan publik, melatih kepercayaan diri dan kemampuan berekspresi (Saputri dkk., 2023).
d.
Dukungan Orang Tua/Wali Murid
Dukungan aktif
dari orang tua siswa memegang peranan krusial dalam keberhasilan implementasi
program 24 profil Leadership Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar, baik secara
moril maupun materiil. Secara moril, keterlibatan orang tua tercermin dalam
memberikan motivasi, semangat, dan apresiasi kepada anak-anak mereka dalam
setiap tahapan pembelajaran dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang
mendukung pengembangan profil kepemimpinan. Kehadiran dan partisipasi orang tua
dalam acara sekolah seperti Parenting,
Penamatan, atau bahkan saat mendukung anak dalam kegiatan Expo
(ajang pameran hasil karya dan proyek siswa) dan Market
Day memberikan dorongan psikologis yang signifikan bagi siswa. Diskusi di
rumah mengenai nilai-nilai spiritual, pentingnya belajar, dan karakter yang
baik menjadi bentuk dukungan moril yang sangat berharga.
Dari segi
materiil, dukungan orang tua terlihat dalam penyediaan fasilitas dan sumber
daya yang dibutuhkan anak untuk mengikuti program-program sekolah dan
ekstrakurikuler yang relevan dengan pengembangan 24 profil Leadership.
Ini bisa berupa dukungan biaya untuk kegiatan Leadership
Camp, Outbond, atau Field Trip, penyediaan perlengkapan untuk pameran di Expo, modal usaha kecil untuk Market
Day, hingga memastikan anak memiliki waktu dan kesempatan yang cukup untuk
berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti MABIT atau Pesantren Kilat.
Ketersediaan sumber daya ini memastikan bahwa
siswa tidak terkendala dalam mengembangkan potensi diri dan menginternalisasi
nilai-nilai kepemimpinan yang diajarkan di sekolah. Sinergi antara dukungan
moril dan materiil dari orang tua menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
tumbuh kembang siswa secara holistik sesuai dengan tujuan kurikulum
kepemimpinan.
2. Faktor Penghambat
a. Sarana prasarana
Dua hal yang
mendapat sorotan dalam penelitian ini yaitu Wi-Fi
dan TV. Di SDIT Ar-Rahmah Makassar, kekuatan Wi-Fi
masih sangat terbatas. Hanya ada 3 buah Wi-Fi untuk
1 gedung sekolah yang besar, sementara Gedung sekolah terdiri atas 3 lantai.
Jaringan Wi-Fi hanya mampu mencapai lantai 1
saja, bahkan hanya beberapa kelas saja yang mendapat Wi-Fi.
Tak hanya itu, jumlah TV juga sangat terbatas. Dari 23 rombongan belajar (rombel), hanya 6 TV yang tersedia untuk setiap tingkatan.
Penambahan
fasilitas Wi-Fi dan televisi di setiap
kelas memiliki peran krusial dalam menunjang praktik guru mengimplementasikan
24 profil Leadership Curriculum
di SDIT Ar-Rahmah Makassar. Ketersediaan Wi-Fi
akan mempermudah guru mengakses sumber belajar digital yang kaya dan beragam,
termasuk materi-materi inspiratif tentang tokoh-tokoh Islam dan kepemimpinan,
serta memfasilitasi penggunaan platform pembelajaran interaktif yang dapat
meningkatkan keterlibatan siswa dalam memahami nilai-nilai spiritual, kompetensi
akademik, karakter, dan jiwa kepemimpinan. Sementara itu, televisi di kelas
menjadi media visual yang efektif untuk menampilkan kisah-kisah teladan, video
motivasi, dan materi pembelajaran menarik lainnya yang dapat menginspirasi
siswa dan memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep-konsep kepemimpinan,
sekaligus memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran secara lebih
variatif dan menarik (Kadir dkk., 2024; Saputri dkk., 2023).
b.
Administrasi Pembelajaran
Beban
administrasi pembelajaran, terutama dengan adanya kewajiban mengisi sembilan
rapor di SDIT Ar-Rahmah Makassar, secara signifikan menghambat guru dalam
mengimplementasikan program 24 Profil Leadership
Curriculum. Waktu dan fokus guru tersita oleh
tugas administratif, sehingga kegiatan pembelajaran berbasis nilai kepemimpinan
kurang optimal. Akibatnya, implementasi kurikulum kepemimpinan yang membutuhkan
perhatian dan kreativitas ekstra dari guru menjadi kurang optimal karena
terbentur dengan tuntutan penyelesaian laporan-laporan administrasi yang
banyak.
Koordinasi dengan
Orang Tua/Wali Murid
Kurangnya
koordinasi antara guru dan orang tua/wali murid merupakan salah satu kendala
dalam mengimplementasikan program 24 Profil Leadership
Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar. Seperti
siswa lupa membawa baju olahraga karena informasi hanya disampaikan kepada
mereka atau orang tua tidak membaca pesan di grup WA, serta adanya perbedaan
keinginan orang tua terkait kegiatan sekolah seperti pemeriksaan kesehatan,
jelas menunjukkan betapa pentingnya jalinan komunikasi yang efektif. Tanpa
koordinasi yang baik, partisipasi dan dukungan orang tua terhadap
program-program sekolah, termasuk penanaman nilai-nilai kepemimpinan, menjadi
terbatas. Hal ini tentu menghambat guru dalam mencapai tujuan kurikulum secara
menyeluruh karena sebagian siswa mungkin tidak dapat mengikuti kegiatan secara
optimal atau bahkan tidak mendapatkan izin dari orang tua (Saputri dkk., 2023).
KESIMPULAN
Berdasarkan
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan praktik guru dalam
mengimplementasikan 24 Profil Leadership Curriculum di SDIT Ar-Rahmah Makassar terbilang efektif
karena berada pada kategori tinggi dan sedang. Pertama, pemahaman guru berada
pada kategori tinggi (53,6%) dan sedang (46,4%), praktik guru pada spiritual
values berada pada kategori tinggi (100%), praktik
guru pada academic competencies
berada pada kategori tinggi (57,1%) dan sedang (42,9%), praktik guru pada leadership characters
berada pada kategori tinggi (57,1%) dan sedang (42,9%), serta praktik guru pada
leadership competencies
berada kategori tinggi (85,7%) dan sedang (14,3%). Kedua, pemahaman dan
praktik guru didukung dan dihambat oleh beberapa faktor. Faktor pendukungnya
ialah kompetensi guru itu sendiri, manajemen sekolah yang baik, aneka
kegiatan/ekstrakurikuler, dan dukungan orang tua/wali murid. Adapun faktor
penghambatnya ialah sarana prasarana yang masih kurang, beban administrasi
pembelajaran, dan koordinasi yang kurang dengan orang tua/wali murid.
Penulis
merekomendasikan kepada segenap guru di SDIT Ar-Rahmah Makassar untuk terus
mengembangkan pemahaman dan praktik baik dalam mengimplementasikan 24 Profil Leadership Curriculum,
khususnya pada academic competencies,
leadership characters, dan
leadership competencies.
Adapun faktor yang menghambat implementasi program, perlunya dijadikan sebagai
masukan untuk segera diperbaiki atau dipenuhi, sehingga dapat mengefektifkan jalannya
program.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriya, D., Magdalena, I., & Fadhillahwati, N. F.
(2021). Konsep Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid-19. Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 1(3), 182–188.
Harahap,
N., Ayu, R. P., Desmita, T., & Syam, H. (2025). Kolaborasi Guru BK, Guru
Pendidikan Agama Islam, dan Wali Kelas dalam Mengatasi Perilaku Bermasalah
Siswa. Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa, 3(1), 42–47.
https://doi.org/https://doi.org/10.61722/jipm.v3i%601.635
Irawati,
D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil Pelajar
Pancasila sebagai Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 6(1), 1224–1238.
Judrah,
M., Arjum, A., Haeruddin, H., & Mustabsyirah, M. (2024). Peran Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Peserta Didik Upaya Penguatan
Moral. Journal of Instructional and Development Researches, 4(1),
25–37. https://doi.org/https://doi.org/10.53621/jider.v4i1.282
Kadir,
J., Yunus, M., & Hamid, S. (2024). Menilik Evaluasi Program Ketercapaian 24
Profil Leadership Curriculum Menggunakan Model CIPP di SDIT Ar-Rahmah Makassar.
Bosowa Journal of Education, 5(1), 131–136.
https://doi.org/https://doi.org/10.35965/bje.v5i1.5298
Karlina,
N. W., Sauqina, S., Putri, R. F., & Istyadji, M. (2024). Persepsi Guru IPA
di SMP yang Mengimplementasikan TMF Terhadap Keterlaksanaan Kurikulum Merdeka. Indonesian
Journal of Science Education and Applied Science (IJSEAS), 4(1),
23–31. https://doi.org/https://doi.org/10.20527/i.v4i1.12016
Mardani,
D., Susiawati, I., & Sab’rina Fathimah, N. (2023). Kurikulum Merdeka Dalam
Demokratisasi Pendidikan Islam di Indonesia. Islamic Management: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 6(1), 25–36.
https://doi.org/10.30868/im.v4i02.3310
Merdekawaty,
A., & Suryani, E. (2024). Analisis Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Calon
Guru dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi
Sciences, 16(2), 103–109.
https://doi.org/https://doi.org/10.30599/jti.v16i2.3440
Rahmi,
A., Madihah, H., & Rasuna, R. (2024). Penyuluhan Peran Guru dalam Penanaman
Pendidikan Karakter dan Pedagogik untuk Mewujudkan Kompetensi Siswa Abad 21. Jurnal
Pengabdian Al-Ikhlas Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary,
10(1), 60–73.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31602/jpaiuniska.v10i1.12578
Saputri,
D., Mania, S., & Ismail, M. I. (2023). Evaluasi Program Leadership
Curriculum Menggunakan Model CIPP di SDIT Ar-Rahmah Makassar. Al-Riwayah:
Jurnal Kependidikan, 15(1), 1–15.
https://doi.org/https://doi.org/10.47945/al-riwayah.v15i1.852
Sunaedi,
A., & Rudji, H. (2023). Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri Tolitoli. Journal of
Educational Management and Islamic Leadership (JEMIL), 3(2), 1–17.
https://doi.org/https://doi.org/10.56338/jemil.v2i2.4052
Syafi’i,
A. (2023). Analisis Kesiapan Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
Belajar di MTs As’adiyah Uloe. Az-Zakiy: Journal of Islamic Studies, 1(1),
9–15. https://doi.org/10.35706/azzakiy.v1i01.9965
Tunafsyiah,
N. L., & Azminah, S. N. (2021). Tingkat Pemahaman Guru PAUD dalam
Mengimplementasikan Kurikulum 2013. JURNAL AUDI : Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Anak Dan Media Informasi PAUD, 5(2), 129–142. https://doi.org/https://doi.org/10.33061/jai.v5i2.4630
Vebrianto,
R., Thahir, M., Putriani, Z., Mahartika, I., Ilhami, A., & Diniya, D.
(2020). Mixed Methods Research: Trends and Issues in Research Methodology. Bedelau:
Journal of Education and Learning, 1(2), 63–73.
https://ejournal.anotero.org/index.php/bedelau/article/view/35