PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENYUSUN RPP MENGGUNAKAN MODEL EXPERIENTIAL
LEARNING PADA PELATIHAN MANAJEMEN MADRASAH DINIYAH
DI
BDK SEMARANG
Siti
Aminah
Balai
Diklat Keagamaan Semarang, Indonesia
E-mail:
aminahjogja69@gmail.com
Abstract
This
study aims to determine the increase of Madrasah Diniyah
teacher ability to make lesson plans through the application of Experiential
Learning in Madrasah Diniyah Learning Management
training at the Tegal Regency Ministry of Religion Office organized by the
Semarang Religious Education and Training Center in 2023. The study used an
evaluative method using the Kirkpatrick model in learning level. The data
analyzed were the RPP scores made
by participants in the Concrete Experience step and the RPP score from the
Active Experimentation step. The data were processed using descriptive
statistics and interpretations. The study concluded that there was a very high
increase in the ability to make lessons in training participants after
participating in Experiential Learning model activities.
Keywords: ability in making lesson plan, teacher,
madrasah diniyah, experiential learning
Abstrak
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan
kemampuan menyusun RPP pada
guru Madrasah Diniyah melalui penerapan
Experiential Learning dalam pelatihan
Manajemen Pembelajaran Madrasah Diniyah pada Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Tegal yang diselenggarakan
oleh Balai Diklat Keagamaan Semarang Tahun 2023. Penelitian menggunakan metode penelitian evaluasi model Kirkpatrick level learning. Data yang dianalisis
adalah nilai RPP yang dibuat peserta
pada langkah Concrete
Experience dan RPP hasil Active Experimentation. Data diolah menggunakan statistic deskriptif persentasi dan interpretasi. Penelitian
menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menyusun RPP yang
sangat tinggi pada peserta
pelatihan setelah mengikuti Pembelajaran menggunakan
model Experiential Learning.
Kata Kunci: kemampuan menyusun RPP, guru,
madrasah diniyah, experiential
learning
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan
Madrasah Diniyah di masyarakat
sangat mendukung upaya pemerintah dalam membina dan mengembangkan nilai-nilai
keagamaan di masyarakat dan sekaligus sebagai salah satu bentuk mengamalkan sila
pertama Pancasila. Dalam perkembangannya Madrasah Diniyah tumbuh dan berjalan
secara alamiah di masyarakat secara perlahan dalam keharmonisan di lingkungan
masyarakat muslim, bahkan lembaga-lembaga tersebut telah menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Muslim
Secara umum, materi-materi keagamaan yang diajarkan
pada madrasah diniyah mencakup aqidah, ibadah, akhlak, baca tulis al-Qur’an,
dan Bahasa Arab. Dengan dukungan pemerintah, sebagian lembaga pendidikan
keagamaan mulai dikembangkan menggunakan metode pendidikan klasikal modern yang
terstruktur. Inilah yang kemudian memicu lahirnya istilah madrasah diniyah atau
pendidikan diniyah.
Adanya
kesadaran bahwa madrasah diniyah memiliki peran penting
dalam menjaga, merawat dan membina generasi muda dalam aspek moral dan keagamaan sejak
usia dini, maka keberadaan Madrasah Diniyah di kalangan masyarakat muslim masih cukup banyak ditemukan di berbagai daerah. Hal ini bisa kita pahami bersama betapa besar dampak moral dan akhlak generasi muda dengan semakin derasnya arus informasi dan kecanggihan teknologi di era ini
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa guru pada
madrasah diniyah secara umum didominasi guru-guru alumni dari pesantren yang
sangat kaya akan materi pembelajaran tentang keIslaman. Namun demikian,
guru-guru madrasah diniyah alumni pesantren ini masih sangat memerlukan
peningkatan kemampuan dalam bidang metodologi pembelajaran. Hal ini salah
satunya dibuktikan dengan hasil pretest pada pelaksanaan Pelatihan Di Wilayah
Kerja Manajemen Pembelajaran Madrasah Diniyah di bawah naungan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Tegal, yang dilaksanakan pada tanggal 13-18
Februari 2023 menunjukkan hasil yang masih sangat rendah. Hasil pretest
rata-rata 40.00. Nilai tertinggi 72.00 dan nilai terendah 16.00. Capaian ini
merupakan salah satu indikator bahwa kompetensi guru Madrasah Diniyah masih
sangat perlu untuk ditingkatkan.
Beberapa contoh kelemahan metodologis diantaranya
masih digunakannya metode ceramah dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Arab,
serta penyajian materi pembelajaran yang tidak sesuai dengan standar kurikulum
yang berlaku di Madrasah Diniyah (Hasan, Nur dan
Muslim, 2021). Penelitian lain menyatakan bahwa guru pada Madrasah
Diniyah mengalami kesulitan dalam memilih dan mengimplementasikan metode yang
tepat dalam pembelajaran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hanafiah (2020)
menyebutkan bahwa Madrasah Diniyah di Kota Yogyakarta dapat melaksanakan
kegiatan pembelajaran meskipun menghadapi berbagai problematika, di antaranya
kelemahan dalam struktur lembaga dan tata kelola, kurikulum yang stagnan,
keterbatasan sumber daya manusia baik dari segi kualitas maupun kuantitas,
kekurangan sarana dan prasarana, penurunan minat peserta didik, serta
keterbatasan pendanaan
Untuk mengatasi kesenjangan tersebut Balai Diklat
Keagamaan Semarang menyelenggarakan peningkatan kompetensi guru pada Madrasah
Diniyah di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu
pelatihan yang diselenggarakan adalah Pelatihan Manajemen Pembelajaran Madrasah
Diniyah.
Salah
satu materi yang disajikan
dalam pelatihan ini adalah Penyusunan Rencana
Pembelajaran (RPP). Melalui materi pelatihan tersebut diharapkan para guru
madrasah diniyah memiliki kemampuan untuk menyusun rencana
pembelajaran sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Standar Proses Pembelajaran.
Tentu
saja meningkatkan kemampuan
para guru madrasah diniyah untuk menyusun
RPP bukan hal yang mudah. Apalagi para guru pada umumnya lulusan pesantren yang
minim pengetahuannya di bidang metodologi pembelajaran. Untuk membantu para
guru menguasai materi tersebut diperlukan strategi yang tepat. Untuk mendukung
tujuan tersebut pada pelatihan ini digunakan pendekatan experiential learning.
Experiential Learning
adalah model pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan langsung peserta
pelatihan melalui pengalaman nyata. Model ini pertama
kali diperkenalkan oleh David Kolb, seorang psikolog pendidikan yang mengembangkan konsep ini berdasarkan teori
belajar dari John Dewey, Kurt Lewin, dan Jean Piaget.
Model ini Mencakup empat tahap
utama; Concrete
Experience, Reflective Observation, Abstract Conceptualization, dan Active Experimentation. Experiential Learning dirancang untuk memberikan pengalaman yang mendalam, memungkinkan peserta didik tidak hanya memahami teori tetapi juga mengaplikasikannya dalam situasi kehidupan nyata
Experiential
learning digunakan
dalam pelatihan ini karena diyakini
dapat memberikan pengalaman yang nyata
dan berarti yang akan membangun
keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata. Pendekatan ini akan mengakomodasi dan memberikan
proses umpan balik serta
evaluasi antara hasil penerapan
dengan apa yang seharusnya dilakukan
Untuk
mengukur dampak pendekatan tersebut telah dilakukan
penelitian. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui keberhasilan
dalam peningkatan kemampuan
menyusun RPP setelah mengikuti pelatihan dengan menggunakan Experiential
Learning pada peserta pelatihan manajemen
pembelajaran Madrasah Diniyah pada Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Tegal yang diselenggarakan oleh Balai
Diklat Keagamaan Semarang Tahun 2023. Rumusan masalah
penelitian ini adalah bagaimana peningkatan
kemampuan guru Madrasah Diniyah
dalam menyusun RPP setelah mengikuti pelatihan dengan
menggunakan Experiential
Learning?
Manfaat
teoritis yang diharapkan dari
penelitian ini adalah dapat
memperkaya pengetahuan, kajian,
dan pengalaman terkait dengan pelaksanaan pelatihan
Manajemen Pembelajaran Madrasah Diniyah bagi guru
Madrasah Diniyah dalam upaya
meningkatkan kemampuan menyusun RPP menggunakan pendekatan experiential learning. Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kemampuan alumni
pelatihan dalam menyusun RPP. Adapun manfaat bagi lembaga penyelenggara pelatihan (BDK Semarang), dengan penelitian ini dapat menjadi landasan penentuan kebijakan
untuk menambah jenis pelatihan Manajemen Pembelajaran
Madrasah Diniyah, sehingga
kompetensi profesional guru Madrasah Diniyah dapat terus
ditingkatkan. Manfaat bagi pemerintah,
memberikan informasi sebagai dasar penentuan program
kegiatan pengembangan SDM (Sumber Daya Masyarakat) dalam bidang
pendidikan keagamaan non formal.
METODE
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian
evaluatif.
Model penelitian evaluasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model Kirkpatrick.
Evaluasi yang dilakukan pada level learning. Pada level ini diukur hasil pelatihan berupa peningkatan kompetensi pada peserta
pelatihan.
Sasaran penelitian ini adalah pelatihan Manajemen Pembelajaran
Madrasah Diniyah yang diselenggarakan
oleh Balai Diklat Keagamaan Semarang. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 13-18 Februari 2023 pada Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Adapun peserta pelatihan adalah guru Madrasah Diniyah
pada wilayah Kementerian Agama Kabupaten Tegal sebanyak
35 peserta.
Teknik
pengumpulan data dilakukan
melalui studi dokumentasi,
dengan mengkaji dokumen berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh peserta selama berlangsungnya proses
pelatihan. Selanjutnya, dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh seluruh peserta pelatihan tersebut dievaluasi
oleh widyaiswara. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya dianalisis
dan dideskripsikan. Peneliti
menilai RPP yang disusun peserta
sebelum dan setelah mengikuti materi mengenai teknik menyusun RPP.
Instrumen yang digunakan untuk melakukan kaji
dokumen adalah tabel validasi RPP berdasarkan Permendikbud
Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Aspek yang dinilai pada RPP meliputi
empat komponen yaitu tujuan pembelajaran dan IPK, Materi dan metode/model
pembelajaran, Aktivitas pembelajaran, Penilaian hasil
belajar. Penilaian menggunakan skala berikut. Data
yang dikumpulkan dianalisis
menggunakan statistik deskriptif
persentase kemudian diinterpretasi.
Tabel 1 Kriteria
Penilaian RPP
|
NILAI |
KRITERIA |
|
>90 |
Sangat Baik |
|
80-89 |
Baik |
|
70-79 |
Cukup |
|
<70 |
Kurang |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan Experiential Learning
Peserta pelatihan sejumlah 35 terdiri dari 71.4%
laki-laki dan 28.6 perempuan. Semua peserta menyatakan baru pertama kali
mengikuti pelatihan Manajemen Pembelajaran Madrasah Diniyah. Selama pelaksanaan
pelatihan semua peserta mendapatkan materi pelatihan yang sama.
Implementasi Experiential
Learning dalam proses pelatihan Penyusunan dilakukan dengan aktivitas
sebagai berikut: Pada tahap Concrete
Experience, peserta pelatihan melakukan praktik penyusunan RPP dengan
pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Pada kegiatan ini peserta diberi
format yang seragam sesuai dengan standar proses. Pada langkah Reflective Observation, peserta
pelatihan merefleksikan pengalaman mereka dengan mengamati, menganalisis, dan
mendiskusikan hasil penyusunan RPP . Proses refleksi dilakukan dengan diskusi
kelompok. Peserta memberikan review terhadap
RPP yang disusun anggota kelompok berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Pada langkah Abstract
Conceptualization, peserta pelatihan mengikuti
sesi kaji Standar Proses, sesi penjelasan
dan penyajian contoh-contoh serta
tanya jawab yang dipandu widyaiswara. Pada langkah
active experimentation peserta pelatihan mengaplikasikan
pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari
pada langkah Abstract
Conceptualization dengan cara memperbaiki
RPP yang disusun pada tahap
pertama. Pada langkah ini dilakukan
pendampingan intensif oleh widyaiswara. Setiap peserta diberi kesempatan untuk konsultasi dan konfirmasi kepada
widyaiswara.
Nilai RPP
Penilaian
kemampuan peserta pelatihan
dalam menyusun RPP dilakukan
dengan menilai RPP yang disusunnya pada langkah Concrete
Experience dan setelah selesai langkah Active Experimentation. Hasil penilaian disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2 Kemampuan
Guru Madrasah Diniyah Menyusun RPP pada Kondisi Awal
%20Revisi%20-%20803_files/image002.jpg)
*) Ket: SS: Sangat Sesuai, S: Sesuai, CS:
Cukup Sesuai, KS: Kurang sesuai
Kondisi
awal menunjukkan bahwa baru ada 4 orang peserta (11.4%) dari keseluruhan peserta sejumlah 35 orang peserta pelatihan yang yang sudah
mencapai kualifikasi sesuai
dengan Standar Proses. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Usman Armaluddin
(2022) bahwa salah satu permasalahan pada kualitas pembelajaran pada Madrasah Diniyah adalah keterbatasan
kualitas SDM
Rendahnya
kompetensi guru dalam mendesain pembelajaran sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Tya Diastuti
(2019) menyebutkan bahwa
salah satu kendala yang dihadapi
Madrasah Diniyah adalah guru tidak melakukan perencanaan pembelajaran dalam bentuk
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan baik
Diketahui bahwa belum ada satu pun dari keempat
aspek tersebut yang mencapai kriteria
sangat sesuai. Capaian hasil kerja peserta pelatihan paling rendah ada pada aspek kedua (kesesuaian
materi pembelajaran dengan metode atau model pembelajaran) menunjukkan
bahwa kemampuan guru pada kriteria “kurang sesuai” paling tinggi,
yaitu sejumlah 23 orang
(65.7%) peserta pelatihan. Kriteria “cukup sesuai” ada 9 orang (25.7%) peserta
pelatihan. Sedangkan kriteria “sesuai”
ada 3 orang (8.6%). Capaian hasil kerja paling tinggi adalah pada aspek pertama
(kesesuaian IPK dan tujuan pembelajaran dengan materi pembelajaran), data
menunjukkan bahwa terdapat 16 orang (45.7%) mencapai kriteria “kurang sesuai”.
Sejumlah 17 orang (48.6%) mencapai kriteria “cukup sesuai” dan sejumlah 2 orang
(5.7%) mencapai kriteria “sesuai”. Hal ini menunjukkan bahwa guru Madrasah
Diniyah masih sangat memerlukan peningkatan kemampuan dalam menyusun RPP secara
keseluruhan. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhartono,
dkk (2022) bahwa guru pada madrasah diniyah memiliki pemahaman yang kurang
tentang RPP, sehingga guru pada Madrasah Diniyah Miftahul Khoirot Gondang
Nganjuk tidak pernah membuat RPP
Kemampuan guru Madrasah Diniyah dalam menyusun RPP
secara keseluruhan pada aspek kesesuaian antara langkah-langkah pembelajaran
dengan metode atau model pembelajaran juga menunjukkan capaian yang masih
sangat rendah. Tabel 2 menunjukkan bahwa sejumlah 21 orang (60%) peserta
pelatihan mencapai kriteria “kurang sesuai”. Sejumlah 12 orang (34.3%) mencapai
kriteria “cukup sesuai” dan sejumlah 2 orang (5.7%) mencapai kriteria “sesuai”.
Rendahnya guru Madrasah Diniyah tentang penguasaan metode atau model pembelajaran
juga dinyatakan oleh Ariep Hidayat. dkk (2020) bahwa penerapan metode
pembelajaran di Madrasah Diniyah Takmiliyah Al Ghazaly Kota Bogor belum efektif
karena masih menggunakan metode konvensional seperti metode ceramah, metode
diskusi, metode demonstrasi, dan metode Resitasi. Perlu ada berbagai variasi
metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, kreatif dan
menyenangkan
Setelah
dilakukan proses pembelajaran dengan mengimplementasikan experiential
learning, maka diperoleh data sebagaimana
tertuang pada Tabel 3.
Tabel 3 Kemampuan
Guru Madrasah Diniyah Menyusun RPP pada Akhir
Pelatihan
%20Revisi%20-%20803_files/image004.jpg)
Keterangan: SS: Sangat Sesuai, S:
Sesuai, CS: Cukup Sesuai, KS: Kurang sesuai
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada semua aspek
yang dinilai sudah tidak ditemukan lagi peserta dalam kriteria “kurang sesuai”.
Capaian tertinggi ada pada aspek kesatu (kesesuaian IPK dan tujuan pembelajaran
dengan materi pembelajaran), kriteria “cukup sesuai” sejumlah 8 orang peserta
(22.9%). Kriteria “sesuai” diketahui ada 13 orang peserta (37.1%), dan kriteria
“sangat sesuai” terdapat 14 orang peserta (40%). Sedangkan capaian paling
rendah adalah pada aspek ketiga (kesesuaian langkah-langkah pembelajaran dengan
metode atau model pembelajaran). Aspek ketiga ini diketahui ada 3 orang peserta
(8.6%) mencapai kriteria “cukup sesuai”, sejumlah 23 orang peserta (65%)
mencapai kriteria “sesuai”, dan terdapat 9 orang peserta (25.7%) mencapai
kriteria “sangat sesuai”. Data ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang
sangat nyata, dari kondisi awal pelatihan belum ada satupun peserta yang
mencapai kriteria “sangat sesuai”, sedangkan pada kondisi akhir pelatihan sudah
banyak peserta pelatihan yang mampu menunjukkan kriteria “sangat sesuai” pada
semua aspek yang dinilai.
Untuk
melihat perbandingan
berikut data sebelum dan sesudah mengikuti
Pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4-7.
Tabel 4 Perbandingan
hasil penilaian kesesuaian IPK tujuan dengan materi
%20Revisi%20-%20803_files/image006.gif)
Tabel 5 Perbandingan
hasil penilaian kesesuaian materi dengan model/metode
pembelajaran
%20Revisi%20-%20803_files/image008.gif)
Tabel 6 Perbandingan
hasil penilaian kesesuaian aktifitas
pembelajaran dengan sintaks
%20Revisi%20-%20803_files/image010.gif)
Tabel 7 Perbandingan
hasil penilaian kesesuaian penilaian dengan materi
pembelajaran
%20Revisi%20-%20803_files/image012.gif)
Tabel
4-7 menunjukkan terjadinya
perubahan kemampuan pada semua komponen
RPP. Hal yang paling mencolok pada tabel di atas
adalah perubahan signifikan dari
kondisi awal dimana tidak satu peserta
pun yang memperoleh kualifikasi
sangat sesuai pada setiap komponen menjadi sekitar
27% sampai 40%. Demikian juga terjadi
perubahan dari kondisi awal yang 46% sampai 66% pada
semua aspek berada dalam kondisi kurang sekali
menjadi 0%. Hal tersebut menunjukkan perubahan yang
sangat tinggi.
Cara
mudah melihat peningkatan kemampuan berdasarkan
data diatas adalah dengan melihat
jumlah persentase peserta
yang mencapai kualifikasi
sesuai dan sangat sesuai pada setiap komponen. Apabila dijumlahkan persentasi peserta yang mencapai level
sesuai dan sangat sesuai sebelum dan sesudah tindakan maka diperoleh
data seperti pada Tabel 8.
Tabel
8 Perbandingan persentase peserta yang mencapai
kualifikasi sesuai dan sangat sesuai
%20Revisi%20-%20803_files/image014.jpg)
Data
pada Tabel 8 menunjukkan bahwa
terjadi perubahan yang sangat tinggi
pada setiap aspek yang dinilai. Peningkatan tertinggi terjadi pada aspek kesesuaian aktivitas dan sintaks Pembelajaran, sedangkan yang paling rendah pada komponen kesesuaian materi dengan tujuan Pembelajaran dan IPK.
KESIMPULAN
Berdasarkan
temuan dan pembahasan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
yang sangat tinggi pada kemampuan
menyusun RPP pada peserta
pelatihan Manajemen Pembelajaran Madrasah Diniyah
melalui penerapan Experiential
Learning. Hasil penelitian
dapat dipertimbangkan oleh
para widswara dalam Pembelajaran sejenis
untuk menggunakan model pembelajaran experiential
learning.
Namun
demikian penelitian ini memiliki kelemahan. Pertama belum melakukan pengukuran secara statistik pengaruh
variabel model
experiential learning terhadap peningkatan kemampuan menyusun RPP. Kedua dalam penelitian
ini tidak dieksplorasi data mengenai
mengapa dan bagaimana model experiential learning dapat membantu peserta dalam meningkatkan target kompetensi pelatihan. Berdasarkan hal itu direkomendasikan untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan mengumpulkan
data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan agar diperoleh penjelasan yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Armaluddin,
U. (2022). Manajemen pembelajaran dalam peningkatan
mutu madrasah diniyah. Sharia: Jurnal Kajian
Islam, 1(1), 27–36. https://doi.org/10.59757/sharia.v1i1.3
Barida, M. (2018).
Model Experiential Learning dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan
Keaktifan Bertanya
Mahasiswa. Jurnal Fokus Konseling, 4(2),
153. https://doi.org/10.26638/jfk.409.2099
Diastuti,
T. (2019). Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Madrasah Diniyah
di Madrasah Diniyah Awaliyah
Maárif Mrican Jenangan Ponorogo. IAIN Ponorogo.
Fauzi, A., & Nikmatullah, C. (2016). PELAKSANAAN PENDIDIKAN MADRASAH
DINIYAH DI KOTA SERANG. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
1(2), 157–178. https://doi.org/10.24832/jpnk.v1i2.763
Hakim, A. R., & Windayana, H. (2016). Pengaruh
Penggunaan Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SD. EduHumaniora
| Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 4(2).
https://doi.org/10.17509/eh.v4i2.2827
Hidayat, A., Sa’diyah, M., & Lisnawati, S. (2020). Metode
Pembelajaran Aktif dan Kreatif pada Madrasah Diniyah Takmiliyah di Kota
Bogor. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan
Islam, 09(01), 71–86.
Intan, D. N., Aziz, H.,
Khambali, K., & Mulyani,
D. (2021). Upaya Meningkatkan Kualitas Pengajaran Al-Quran di Madrasah Diniyah
Berbasis Blended Learning Saat Masa Pandemi Covid -19. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1–9.
Nuraeni,
R. (2019). PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PROGRAM KEAHLIAN DAN SERTIFIKASI BAGI GURU SMK/SMA KEAHLIAN GANDA PELAKSANAAN
IN 1 (TATAP MUKA). Jurnal TEDC, 11(3), 278–285.
Revisi SK Dirjen Pendis No. 2347 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah
Takmiliyah, Pub. L. No. No. 7131 Tahun 2014, Dirjen Pendis (2014).
Suhartono, Indramawan, A., & Idawati.
(2022). Pelatihan Dan Pendampingan Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Ustadz Dan
Ustadzah Madrasah Diniyah Miftahul
Khoirot Gondang Nganjuk. Al Madani, 1(1), 30–39.
https://doi.org/10.37216/al-madani.v1i1.732
Yusuf Hanafiah. (2020). Madrasah Diniyah:
Antara Realitas, Political Will, dan Political
Action. AL-FAHIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(1),
35–61. https://doi.org/10.54396/alfahim.v2i1.69
Zafi, A. A., Khusnan Arief, A. Q., Ahsani, E. L. F., & Hanik, E. U.
(2021). Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam di
Madrasah Diniyah Babu Salam Blingoh
Donorojo Jepara. Al-Idaroh:
Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 232–245.
https://doi.org/10.54437/alidaroh.v5i2.271