PENGARUH MEDIA SOSIAL DAN LINGKUNGAN SOSIAL SEKOLAH TERHADAP PERILAKU RELIGIUS SISWA
(Penelitian pada Siswa
Madrasah Aliyah Negeri 17 Jakarta)
H. E. Junaedi Sastradiharja*
Saifuddin Zuhri**
Rojak***
*Dosen Institut
PTIQ Jakarta, Indonesia
**Dosen Institut
PTIQ Jakarta, Indonesia
***Guru Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 7 Jakarta, Indonesia
*Email: edyjs1706@ptiq.ac.id
**Email: dzuhrie7393@gmail.com
***Email: rojak1271@gmail.com
Abstract
This study
aims to describe the influence of media and school social environment on
students' religious behavior separately or simultaneously. This used a survey
method with a correlational and regressive approach. The sample was 108 from
144 students of class XI Madrasah Aliyah Negeri 17 Jakarta in the odd semester
of the 2020/2021 school year. The data was collected using a questionnaire and
observation. The type of analysis used is correlation and regression. The research
results are: First, there is a positive and significant influence of social
media on students' religious behavior with an r coefficient of 0.425 and a
coefficient of determination (R2) of 18.1%. The influence is shown by the
regression equation Ŷ = 88.429 + 0.228 X1. it can be read that an increase will
follow every 1-point increase in social media (X1) in students' religious
behavior (Y) of 0.228 points.
Second,
there is a positive and significant influence of the school social environment
on students' religious behavior with a coefficient r of 0.358 and a coefficient
of determination (R2) of 12.8%. The regression equation Ŷ = 88.429 + 0.156 X2.
It means that an increase will follow every 1-point increase in the school
social environment (X2) in students' religious behavior (Y) of 0.156 points.
Third,
there is a positive and significant influence on social media and the school
social environment simultaneously on students' religious behavior. The r
coefficient is 0.483, while the coefficient of determination is 23.3%. The
regression equation Ŷ = 88.429 + 0.28 X1 + 0.156 X2. It means that every
1-point increase in social media (X1) and the school social environment (X2)
together will be followed by an increase in students' religious behavior (Y) of
0.384 points.
Keywords: social
media, school social environment, student religious behavior
Abstrak
Penelitian ini bertujan untuk
mengetahui dan menguji
data-data empiris terkait pengaruh media dan lingkungan sosial sekolah terhadap perilaku religius siswa secara terpisah maupun simultan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode survey dengan pendekatan korelasional dan regresional terhadap data-data kuantitatif yang diperoleh dari objek penelitian
yaitu siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 17 Jakarta. Sampel penelitian ini adalah sebanyak
108 responden dari total
144 populasi siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 17 Jakarta pada semester ganjil tahun ajaran
2020/2021. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik angket/kuesioner,
observasi, dan dokumentasi.
Jenis analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi yang dijabarkan secara deskriptif. Hasil dari penelitian adalah :
Pertama, Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan media sosial terhadap perilaku religius siswa dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,425
dan koefisien determinasi (R2) sebesar
18.1%. Arah pengaruh ditunjukan dengan persamaan regeresi Ŷ = 88,429 +
0.228 X1, dapat dibaca
bahwa setiap kenaikan 1 poin media sosial (X1) akan diikuti dengan kenaikan perilaku reigius siswa (Y) sebesar 0,228 poin.
Kedua, Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan sosial sekolah terhadap perilaku religius siswa dengan koefisien
korelasi (r) sebasar 0,358
dan koefisien determinasi (R2) sebesar
12.8%. Persamaan regresi Ŷ= 88,429 +
0.156 X2, dapat dibaca bahwa setiap kenaikan
1 poin lingkungan sosial sekolah (X2) akan diikuti dengan kenaikan perilaku religius siswa (Y) sebesar 0,156 poin.
Ketiga, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan media sosial dan lingkungan sosial sekolah secara simultan terhadap perilaku religius siswa. Koefisien korelasi sebesar 0,483 sedangkan koefisien determinasi sebesar 23,3%. Persamaan regresi Ŷ = 88,429 + 0. 228 X1 + 0.156 X2. Dari persamaan ini dapat dibaca bahwa
setiap kenaikan 1 poin media sosial
(X1) dan lingkungan
sosial sekolah (X2) secara bersama-sama akan diikuti kenaikan perilaku religius siswa (Y) sebesar 0,384 poin.
Kata Kunci: media sosial, lingkungan sosial sekolah, perilaku religius siswa
PENDAHULUAN
Globalisasi adalah
proses integrasi internasional,
yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, ide dan budaya. Globalisasi diartikan sebagai proses menghasilkan satu dunia. (Setiadi, Elly M dan Usman Kolip, 2011).
Dengan perkembangan
komunikasi dan transportasi,
dunia berada pada era globalisasi.
Di era ini, informasi dunia
terbuka untuk semua orang. Perlu ditekankan bahwa dalam proses globalisasi yang begitu pesat saat
ini, baik dampak positif maupun negatifnya, dengan kata lain globalisasi membawa bahaya dan harapan.
Dampak nyata
dari globalisasi adalah bahwa teknologi
menjadi semakin kompleks, dan semua yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan mudah. Misalnya handphone
yang mudah didapat dengan kualitas terjamin dan harga terjangkau, ternyata ada perubahan dan penambahan versi terbaru setiap harinya. Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi dan informasi Indonesia mengalami perkembangan. Penggunaan media
internet juga semakin berkembang
dan meningkat. Pertumbuhan penggunaan perangkat seluler terutama smartphone
mendukung pertumbuhan ini.
Perkembangan teknologi
tersebut tidak hanya berkembang di kota-kota besar, tetapi juga meluas ke kota-kota kecil
bahkan pedesaan. Internet tidak hanya digunakan
sebagai media interaksi dan
komunikasi, tetapi juga sebagai media promosi untuk menyediakan produk dan menunjukkan tren yang berkembang. Salah satu bagian dari
internet adalah media sosial.
Media sosial adalah cara interaksi sosial berbasis online (dalam jaringan) yang terhubung ke Internet. Hal ini memungkinkan pengguna untuk dengan mudah berbagi
informasi atau cerita, berpartisipasi dalam komunikasi dengan mengirim pesan, membangun hubungan, dan membuat jaringan (Arum Faiza, Sabila
J. Firda, et al., 2018).
Media sosial
telah banyak digunakan, mulai dari remaja hingga
dewasa. Media sosial merupakan media online yang memudahkan
pengguna untuk berpartisipasi, berbagi dan bersosialisasi. Konten media sosial meliputi blog, jejaring sosial, Wikipedia,
forum, dan dunia maya. Media sosial juga memudahkan pengguna untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Saat ini kita mungkin
telah menggunakan banyak jenis media sosial, salah satunya adalah Instagram, YouTube, Facebook, Twitter,
WhatsApp, dll.
Lingkungan sosial
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau suatu kelompok
untuk mengambil tindakan dan mengubah perilaku setiap orang. Lingkungan sosial yang kita kenal meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya dan lingkungan tetangga. Lingkungan sosial juga merupakan tempat dimana orang-orang saling berkomunikasi, melakukan sesuatu dengan sesamanya dan dengan lingkungan sekitarnya.
Lingkungan sosial
adalah semua orang di sekitar seseorang atau sekelompok orang. Lingkungan sosial ini dapat berupa
individu atau kelompok keluarga, teman bermain, tetangga, warga desa, warga kota,
dan negara. Lingkungan sosial
adalah lingkungan yang menggambarkan suasana sosial dan alam tempat manusia hidup dan tumbuh. Lingkungan sosial dapat berupa bentuk
budaya yang diajarkan kepada individu, atau dapat didasarkan
pada pengalaman pribadi atau interaksi sosial yang ada. Lingkungan sosial
mengacu pada lingkungan di
mana berbagai interaksi sosial terjadi antara kelompok sosial, sistem dan simbol sosial, dan nilai dan norma yang terstruktur, dan berkaitan erat dengan lingkungan
buatan atau buatan manusia dalam kehidupan masyarakat. harian.
Hubungan antar
teman sebaya mengacu pada hubungan yang terjalin antar individu melalui interaksi langsung maupun tidak langsung.
Hubungan antar manusia seperti ini terjadi karena
kebutuhan kita sebagai manusia sosial yang saling membutuhkan, dengan kata lain kita tidak bisa
hidup sendiri sebagai manusia dan membutuhkan bantuan dari orang lain.
Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak bisa hidup sendiri.
Di mana pun manusia berada,
mereka benar-benar perlu berinteraksi dengan orang lain. Untuk membuat hidup lebih
memuaskan dan berkembang, kelompok-kelompok sosial akan dibentuk di antara manusia. Dalam kehidupan sosial, manusia juga membutuhkan organisasi, seperti keluarga, kelompok masyarakat, dan organisasi lainnya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang kita lihat di sekitar
kita, dan ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku manusia. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai interaksi antarpribadi yang dibutuhkan satu sama lain, yang terkadang menghasilkan rasa iba, cinta, dan dengan demikian ada rasa kerjasama dan pertolongan dalam kehidupan sosial. Selain itu, interaksi
sosial tentunya membahas bagaimana individu berinteraksi dengan individu, individu dalam kelompok, kelompok dalam masyarakat.
Interaksi sosial dapat
diartikan sebagai kebutuhan untuk berinteraksi satu sama lain, dan terkadang menghasilkan interaksi
interpersonal yang simpatik dan penuh
kasih, sehingga memiliki rasa kerjasama dan pertolongan dalam kehidupan sosial. Selain itu, interaksi
sosial tentunya mengeksplorasi interaksi antara individu dengan individu, kelompok dan individu, kelompok dan individu, serta kelompok dan masyarakat.
Lingkungan sosial
adalah sekumpulan manusia yang hidup berkelompok dan saling berkomunikasi secara tertib untuk mewujudkan
kepentingan bersama, hal ini berdampak
signifikan terhadap perilaku, pertumbuhan dan pembentukan jasmani dan rohani.
(M. Rafiek, 2012). Lingkungan sosial
adalah lingkungan interaksi antara manusia dan lingkungan, interaksi antara pendidik dan siswa serta orang lain yang terlibat dalam pertukaran pendidikan. Kepribadian dalam hubungan interpersonal juga
akan dipengaruhi oleh lingkungan intelektual.
Lingkungan sosial
adalah orang-orang atau
orang lain yang mungkin terpengaruh
dan mungkin terpengaruh, jadi sebenarnya dengan adanya interaksi
antar masyarakat, hal ini akan
diperlukan. (Ulfa Annajah,
Nailul Falahdengan Ling, 2017). kungan sekolah termasuk makhluk hidup yang berupa orang (yaitu keluarga) yang paling dekat dengan lingkungan
sekitarnya. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan sekolah dasar dan dasar, karena manusia memperoleh pendidikan dasar dari lingkungan
keluarga sebelum memahami lingkungan lainnya.
Lingkungan sekolah
meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan akademik. Lingkungan fisik sekolah, seperti lingkungan sekitar sekolah, fasilitas, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber belajar,
alat belajar, dll. Lingkungan sosial meliputi hubungan antara siswa dengan teman,
guru dan pegawai sekolah lainnya (Muhammad
Zachim Alfan, 2014).
Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial sekolah adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar kita, dan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perilaku manusia. Hubungan antar
manusia membutuhkan gotong
royong satu sama lain, dan terkadang menghasilkan simpati dan cinta, dan oleh karena itu ada
rasa kerjasama dan pertolongan
dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain lingkungan
sosial sekolah adalah sebuah lingkungan yang memberikan dampak terhadap tingkah
laku manusia dalam kehidupan sosial dan mempengaruhi pendewasaan siswa.
Perilaku religius
disusun dan dipengaruhi
oleh dua faktor, yang dapat menghasilkan kepribadian dan perilaku religius. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal (eksternal). Faktor eksternal adalah semua faktor
yang ada di luar individu, mempengaruhi kepribadian dan kemajuan keagamaan seseorang, seperti keluarga, rekan kerja dan sering kali berhubungan dengan lingkungan sehari-hari. Kemudian, selain naluri jiwa
(insting) dan kehidupan, ada hal lain yang menggunakan agama untuk menginspirasi umat manusia, yakni kondisi kehidupan di bumi.
Istilah religius
meliputi (ketaatan) doktrin, sistem yang mengatur pemerintahan (iman) dan ritual kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta urutan
aturan yang berkaitan dengan interaksi manusia dan lingkungan. Artinya manusia kelak akan secara
spontan dan mudah melakukan apa yang diinginkannya tanpa dandanan dan pertimbangan (perilaku baik dan buruk manusia).
Singkatnya, perilaku
religius tidak hanya terlihat saat seseorang melakukan ibadah, tetapi juga saat melakukan aktivitas berbasis kesuburan lainnya. Oleh karena itu, keberagaman
seseorang akan mencakup semua aspek atau aspek.
Religius merupakan apresiasi dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
METODOLOGI
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto,
2014). Adapun metode dalam penelitian
ini mengunakan metode survai. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2020 dengan populasi penelitian adalah siswa kelas XI Madrasah Aliyah
Negeri 17 Jakarta berjumlah 144 siswa,
dengan cara menggunakan teknik pengambilan sampel proporsioanl random sampling, dan menggunakan
rumus Slovin, maka diperoleh jumlah sampel penelitian
sebagai sumber data adalah 108 siswa.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Menurut
Sugiyono “terdapat dua macam statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian kuantitatif, yaitu statistik deskriptif
dan statistik inferensial. Statistik inferensial terdiri dari dua bagian yaitu
statistik parametrik dan statistik nonparametrik” (Sugiyono, 2009).
Adapun teknik analisis data dan pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif untuk mengetahui kondisi perkembangan variabel penelitian dan teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji korelasi maupun regresi sederhana dan uji korelasi maupun regresi ganda. Pada
korelasi sederhana maupun ganda ada dua acuan
yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan, yakni (1) melihat nilai signifikansi (Sig) yaitu jika nilai
Signifikansi (Sig) < probabilitas 0,05, maka terdapat korelasi/hubungan yang signifikan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) Ho ditolak, H1 diterima, dan (2) membandingkan antara nilai r hitung dengan r pada table, dengan kriteria jika nilai
r hitung > r tabel, maka ada korelasi/hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) atau Ho ditolak, H1 diterima, sebaliknya jika nilai r hitung < r table, maka tidak ada
korelasi/hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) atau Ho diterima, H1
ditolak, dan untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebabagi berikut (Sugiyono: 2009):
0,00 – 0,199 Korelasi Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Korelasi Rendah
0,40 – 0,599 Korelasi Sedang
0,60 – 0,799 Korelasi Kuat
0,80 – 1,000 Korelasi Sangat Kuat
Untuk melihat kontribusi variabel X terhadap Variabel Y dapat dilihat pada nilai R2 dan
untuk memprediksi berapa peningkatan atau penurunan variabel Y berdasarkan peningkatan atau penurunan variabel X dapat dilihat pada persamaan regresi variabel Y atas variabel X dengan rumus Ŷ = a + bX.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Setelah dilakukan
penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan analisis deskriptif data hasil penelitian, dan uji hipotesis penelitian, maka dapat diuraikan
hasil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perilaku Religius
Siswa Madrasah Aliyah Negeri 17 Jakarta pada saat dilakukan penelitian berada pada kategori baik, seperti terlihat pada skor rata-rata mencapai 74,0% dari skor idealnya
dan skor yang sering muncul (modus) jauh di atas skor rata-ratanya. Sedangkan media sosial berada pada kategori tinggi seperti terlihat pada skor rata-rata 74,0% dari skor idealnya dan skor yang sering muncul (modus) sama dengan skor rata-ratanya. Kemudian lingkungan sosial sekolah berada pada kategori rendah atau semakin aktif
siswa dalam lingkungan sosial sekolah maka perilaku
beragama siswa akan semakin baik.
Hal ini tampak pada skor rata-rata yang hanya mencapai 33,0% dari skor idealnya dan skor yang sering muncul (modus) yang menunjukkan
sama dengan skor rata-ratanya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif Data hasil penelitian
2. Pengaruh Media sosial
terhadap Perilaku Religius Siswa. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi sederhana, yakni sebagai berikut:
Tabel 2 Uji T Parsial dalam Analisis
Regresi Linier Berganda Uji
Pengaruh X1 terhadap Y
Berdasarkan keluaran
“koefisien” SPSS tabel 2 di
atas, diketahui variabel media sosial (X1) memiliki nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000
<0,05 probabilitas, dan t hitung
3,801> t tabel (0,025; 104) adalah
1,983 (Thit = 3.801)> Ttab
= 1.983). Dengan demikian
Ho ditolak dan H1 diterima
yang berarti media sosial
(X1) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap perilaku beragama siswa (Y). Informasi lebih detail dapat dilihat pada gambar kurva regresi linier X1-Y yang menunjukkan bahwa T hitung 3,801 berada pada zona pengaruh positif.
Tabel 3 Besarnya Pengaruh (Koefisien Determinasi) ()
Berdasarkan Tabel 3 besarnya pengaruh (koefisien determinasi) R2 (R kuadrat) = 0,181 yang artinya pengaruh media sosial terhadap perilaku beragama siswa adalah 18,1%, dan sisanya 81,9% ditentukan oleh faktor lain. Adapun arah pengaruh atau koefisien
regresi sederhana terhadap perilaku beragama siswa atas media sosial adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Arah pengaruh (Koefisien Regresi Sederhana) ()
Arah dampak
dapat dilihat dari hasil analisis
regresi sederhana yang menunjukkan persamaan regresi linier sederhana (koefisien non standar B) Ŷ =
88,429 + 0,228 X1 yang berarti skor
media sosial meningkat satu satuan, akan memberikan pengaruh terhadap perilaku religius siswa sebesar 88,657.
3.
Pengaruh Lingkungan Sosial Sekolah terhadap Perilaku Religius Sekolah.
Tabel 5 Uji T Parsial dalam Analisis
Regresi Linier Berganda
Berdasarkan keluaran
"koefisien" SPSS tabel
4.27 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kepentingan (Sig) variabel pemanfaatan perpustakaan (X2) adalah 0,009
<0,050 probabilitas, Thitung
2,677> t tabel (0,025; 104) adalah
1,983 (Thit = 2.677> Ttab
= 1.983). Dengan demikian,
Ho ditolak dan H1 diterima
yang artinya lingkungan sosial sekolah (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku beragama siswa (Y). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada gambar kurva regresi
linier X2-Y yang menunjukkan bahwa
bilangan T 2,677 berada
pada zona pengaruh positif.
Untuk mengetahui persentase
pengaruh lingkungan sosial sekolah (X2) terhadap perilaku beragama siswa (Y) dapat dilihat pada tabel koefisien determinasi, seperti pada gambar berikut:
Tabel 6 Besarnya Pengaruh (Koefisien Determinasi) ()
Berdasarkan Tabel 6 besarnya pengaruh (koefisien
determinasi) R2 (R kuadrat) = 0,128 yang artinya lingkungan sosial sekolah
mempunyai pengaruh sebesar 12,8% terhadap perilaku beragama siswa, dan sisanya
87,2% ditentukan oleh faktor lain. Sedangkan arah
pengaruhnya terhadap perilaku religius siswa atau koefisien
regresi sederhana.
Tabel 7 Besarnya Pengaruh (Koefisien Regresi Sederhana) ()
Arah dampak dapat dilihat dari hasil analisis regresi
sederhana yang menunjukkan persamaan regresi linier sederhana (koefisien
nonstandar B) Ŷ = 88,429 + 0,156 X2 yang berarti bahwa setiap penambahan skor
lingkungan sosial sekolah akan mempengaruhi perilaku beragama siswa. Peningkatan
skor akan berdampak pada 88.585.
4. Media Sosial
dan Lingkungan Sosial Sekolah Berpengaruh terhadap Perilaku Religus Siswa Secara
Simultan.
Tabel 8 Uji F simultan (Uji F) Dalam Analisis Regresi Linier Berganda X1, X2 terhadap
Y
Berdasarkan tabel 8 di atas,
mengenai hasil uji F secara serentak (uji F) pada analisis regresi linier berganda diperoleh nilai F sebesar 15,977 yang menunjukkan lebih besar dari nilai
F tabel 3,090 (Fhit
15,977> Ftab 3,090) dan nilai
signifikansi (Sig) 0,000 <probabilitas
0,05. Oleh karena itu, berdasarkan metode pengambilan keputusan uji-F (dilakukan secara bersamaan) dalam analisis regresi linier berganda, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti variabel media sosial (X1) dan lingkungan sosial sekolah (X2) diuji. Atau sekaligus
berdampak signifikan terhadap perilaku beragama siswa (Y).
Untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel independen media sosial (X1) dan lingkungan sosial sekolah (X2) terhadap perilaku beragama siswa (Y) secara bersama-sama atau sekaligus, tabel koefisien determinasi dapat berupa sebagai berikut:
Tabel
9 Besar Pengaruh (Koefisien Determinasi Ganda) (Ry.1.2)
Berdasarkan Tabel
9 di atas, besarnya pengaruh yang diwakili oleh koefisien determinasi R2 (R
square) = 0,233 yang berarti bahwa
media sosial (X1) dan lingkungan
sosial sekolah (X2) secara bersama-sama atau sekaligus berpengaruh terhadap perilaku beragama siswa 23, 3% dan sisanya 76,7% ditentukan oleh faktor lain. Adapun arahan atau koefisien regresi linier berganda perilaku beragama siswa di media sosial dan lingkungan sosial sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 10 Arah Pengaruh (Koefisien Determinasi Ganda) (Ry.1.2)
Perhatikan bahwa pada Tabel 10 di atas, hasil analisis regresi berganda menunjukkan persamaan regresi (koefisien nonstandar B) Ŷ = 88,429 + 0,28 X1 + 0,156 X2 yang berarti skor media sosial dan lingkungan sosial sekolah ada yang bersifat umum atau simultan.
Peningkatan tersebut akan berdampak pada perilaku religius siswa sebesar 88.813. Berikut rangkuman bukti atau hasil
pengujian ketiga hipotesis penelitian tersebut:
Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Uji T Parsial
dan Uji F Simultan Dalam Analisi Regresi Linier Berganda (Pengujian HIpotesis Penelitian 1-3)
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perilaku Religius
Siswa
Hasil
penelitian menunjukan bahwa perilaku religius siswa pada saat dilakukan penelitian berada pada kategori baik. Keadaan ini tentu
perlu dipelihara dan ditingkatkan, karena seharusnya perilaku religius siswa harus terus lebih
baik supaya dapat menunjang dan meningkatkan mutu pendidikan dan proses pembelajaran
bagi peserta didik.
Religius adalah kumpulan
perbuatan manusia yang terpuji, yang perbuatannya adalah untuk Allah. Dengan kata lain, agama mencakup perpaduan tingkah laku ini dalam
kehidupan manusia yang dilandasi keimanan atau keyakinan kepada Allah SWT dan tanggung jawab pribadi sesudahnya,
membangun keutuhan manusia yang baik (akhlak mulia). Dalam hal ini,
agama mencakup semua perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan keimanan kepada Allah, sehingga segala perbuatannya berdasarkan keyakinan dan akan menciptakan akhlak yang terbiasa dengan perbuatannya sendiri dan sehari-hari (Naim, 2012).
Oleh
karena itu, jelaslah bahwa nilai-nilai agama merupakan nilai-nilai yang membentuk karakter yang sangat penting. Orang yang berkarakter adalah orang yang saleh. Memang banyak sekali
gagasan tentang hubungan antara agama. Pemikiran dan pendapat yang beredar menyatakan bahwa agama tidak selalu sama dengan
agama. Hal ini didasari
oleh pemikiran bahwa sebagian kecil orang tidak memiliki keyakinan agama, tetapi menjalankan ajaran agama dengan benar. Mereka
religius, tetapi mereka tidak atau
tidak memiliki keyakinan agama. Pada saat yang sama, ada sebagian
orang yang berperilaku sangat
religius, namun tidak terlalu memperhatikan
ajaran agama.
Sikap dan perilaku beragama dapat dilihat dari sikap
dan perilaku yang dapat dibedakan dari hal-hal yang ada di alam. Ketika seseorang cenderung berhubungan dekat dengan Tuhan
Yang Maha Esa dan menaati hukum agama yang dia taati, dia
adalah orang yang beragama
(Kurniawan,
2013).
Tidak hanya nilai-nilai agama yang membentuk karakter
seseorang, tetapi juga nilai luhur yang bersumber dari adat dan budaya setempat
juga tidak kalah pentingnya yang ditanamkan pada peserta didik melalui
pendidikan karakter. Adapun 18 karakter yang harus dimiliki siswa adalah
sebagai berikut: agama, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreativitas,
kemandirian, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, patriotisme, menghargai
prestasi, persahabatan/interaksi sosial, cinta damai, suka membaca, kepedulian
terhadap lingkungan, kepedulian dan tanggung jawab sosial (Wibowo, 2013).
Mansur,
M.A tugas orang tua berkewajiban untuk menjalankan pendidikan kepada anak-anak
mereka sebagai tanggung jawab kepada anak-anak mereka. Sehubungan dengan
pendidikan itu berarti orang tua memiliki tanggung jawab yang disebut tanggung
jawab utama. Untuk tujuan harus
memikul tanggung jawab, jika tidak
anak akan memenuhi ketidaktahuan mereka dan menjadi lemah dalam hidup
(Mansur, 2005).
Para orang tua perlu memberikan
pengasuhan dan bimbingan kepada anaknya agar menjadi anak yang saleh, anak solehah.
Dr. Mansur, mengatakan orang tua
harus menyelesaikan beberapa tugas anak-anaknya (Mansur, 2005):
a. Memberikan panduan
anak-anak mengenal posisi dan peran masing-masing sesuai dengan seks
mereka, untuk menghormati dan melaksanakan perbuatan baik sesuai dengan berkat
Allah SWT.
b. Memberikan bimbingan
kepada anak-anak tahu dan memahami nilai-nilai yang mengatur dan mengatur kehidupan keluarga, tetangga, masyarakat.
c. Memotivasi anak-anak
untuk mencari ilmu pengetahuan dunia dan agama,
untuk dapat mengimplementasikan diri (realisasi diri) sebagai satu (pribadi)
dan sebagai anggota komunitas yang setia.
Membantu dan memberikan
kesempatan dalam keluarga dan masyarakat serta menginspirasi anak-anak untuk mandiri dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
keagamaan, mendapatkan pengalaman langsung dalam keluarga dan masyarakat, sehingga memperkuat keyakinan dan penyebaran agama Islam.
Dapat menjalankan
strategi atau fungsi sekolah untuk mencetak
perilaku keagamaan siswa, dll. Antara lain (Naim, 2012):
a. Secara teratur
mengembangkan budaya agama dalam pembelajaran sehari-hari. Kegiatan rutin ini digabungkan
dengan kegiatan terprogram, sehingga tidak diperlukan waktu khusus. Dalam
kerangka ini, pendidikan agama merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama, bukan hanya menjadi
tanggung jawab dan kewajiban guru agama.
b. Membentuk lingkungan
lembaga pendidikan yang mendukung dan dapat menjadi laboratorium pelatihan pendidikan agama. Lingkungan dalam lingkungan pendidikan memang memiliki peran yang sangat mendasar dalam memahami dan membangun nilai. Lingkungan dan proses kehidupan seperti itu dapat mengajarkan
tentang bagaimana belajar agama di kalangan siswa, dan kondisi lingkungan lembaga pendidikan dapat menumbuhkan budaya keagamaan.
c. Pendidikan agama tidak hanya secara
resmi diberikan pada studi topik agama. Namun, bisa juga diimplementasikan di luar proses pembelajaran. Ketika guru menemukan
bahwa sikap atau perilaku siswa
tidak sesuai dengan mata pelajaran
agama, maka mereka dapat secara spontan
melaksanakan pendidikan
agama.
d. Mengusulkan status agama. Tujuannya untuk menunjukkan kepada siswa pemahaman dan tata cara pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu memberikan perkembangan kehidupan beragama di lembaga pendidikan yang tercermin dari perilaku keseharian
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa.
e. Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengekspresikan
diri, mengembangkan keterampilan, bakat seni, minat dan kreativitas dalam pendidikan agama, seperti membaca Alquran, dan berdoa.
f. Mengadakan berbagai perlombaan, seperti kuis, untuk
membina dan membiasakan diri dengan keberanian,
kecepatan dan ketepatan dalam menyampaikan ilmu dan mengamalkan materi pendidikan agama islam.
g. Kegiatan seni
pertunjukan, seperti seni suara, musik,
tari atau kerajinan tangan. Seni adalah
hal yang berguna dan cocok dalam hidup.
Untuk itu setiap kegiatan dan aktivitas yang dilaksanakan harus karena Allah SWT. Tidak hanya dalam
bentuk ibadah, tapi juga di
semua acara dunia. Memusatkan
kehidupan pada satu tujuan, tauhid, akan lebih efisien (Naceur, 2005). Semua
tindakan dan tujuan terintegrasi, karena memiliki lebih dari satu tujuan
akhir akan menjaga kemampuan kita dalam setiap
aspek dan tentunya menghambat kesuksesan. Ketidakmampuan berdoa dan menyembah Allah saat mengamalkan pola konsumsi yang berujung pada sikap boros. Menyembah
Allah SWT akan menghilangkan
limbah Anda sendiri.
Sikap religius seseorang terdiri dari tradisi keagamaan
yang menjadi bagian dari pernyataan identitas pribadi terkait dengan agama yang dianutnya. Keyakinan religius semacam ini juga dapat memengaruhi pemikiran, selera, atau evaluasi
seseorang terhadap hal-hal yang terkait dengan agama. Menurut Robert C.
Munch, Jalludin menggambarkan
kebiasaan beragama (Rahmat, 2001). Dua fungsi utama yang memiliki peran ganda adalah
untuk masyarakat dan untuk individu. Fungsi pertama adalah keteguhan, yaitu dapat menciptakan
stabilitas dan harmoni dalam masyarakat dan individu. Orang kedua adalah kebiasaan agama, bahkan dalam kondisi
dan keadaan yang bertentangan,
mereka tetap merupakan agen perubahan sosial atau pribadi.
Japar memahami religius sebagai nilai penghargaan dan kepedulian terhadap seseorang yang beragama atau memeluk agama yang dianutnya. Semakin dalam seseorang beragama, semakin religius, sebaliknya semakin sempit seseorang maka semakin lemah agamanya.
Orang yang majemuk akan secara serius membentuk
agama sebagai pedoman berperilaku, sehingga perilakunya selalu terarah dan berdasarkan ajaran agamanya.
Pengaruh Media Sosial
terhadap Perilaku Religius Siswa
Hasil penelitian
dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa berdasarkan hasil beberapa uji-t pada analisis regresi linier berganda, media sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku beragama siswa, hal ini menunjukkan
bahwa t hitung (T) sebesar 3,801, seperti terlihat pada tabel. T (Ttabel) sebesar 1,983 (T hitung = 3,801> Ttabel =
1,983), dan nilai signifikansi
0,000 <probabilitas 0,05 / 5%.
Besar kecilnya
dampak diwakili oleh koefisien determinasi R2 (R
square) = 0,181 yang berarti media sosial berpengaruh 18,1% terhadap perilaku beragama siswa, dan sisanya 81,9% ditentukan oleh faktor lain. Meskipun
arah dampaknya dapat dilihat dari
hasil analisis regresi linier sederhana, namun hasil penelitian
menunjukkan persamaan regresi linier sederhana (koefisien non standar B) Ŷ =
88,429 + 0,228 X1 yang artinya setiap
satuan skor media sosial akan meningkat
Berdampak pada nilai perilaku beragama siswa. 88.656.
Relevansi hasil
penelitian dan teori-teori
yang ada mencerminkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan media sosial, dapat dikatakan
bahwa masalah yang dipelajari masih mempunyai tingkat kepentingan yang nyata yaitu memberikan inspirasi bagi supervisi dan pengawasan guru. Terutama dalam penggunaan media sosial oleh siswa di sekolah dan rumah.
Penggunaan melahirkan aktivitas dalam pemanfaatan laksana instrumen atau peralatan. Menurut Adrianto ambang pemanfaatan media bisa diukur melalui
instensitas serta tempo seseorang berinteraksi dalam jaringan internet (Elvinaro, 2004).
Thea Rahmati mengutip Lometti dan kawan-kawan pemanfaatan jaringan online oleh pribadi bisa dipantau melalui
aktivitas berikut:
1. Besaran durasi,
ini berhubungan dengan keseringan, ketekunan, dan periode yang dipakai untuk melakukan
masuk kedalam situs
internet;
2.
Muatan instrumen, yaitu menentukan medium dan sistem yang cocok supaya permintaan yang mau dipublikasikan dengan melakukan komuniksi yang benar;
3.
Jaringan instrumen
melalui pribadi seseorang di kajian ini merupakan keterlibatan
dalam menggunakan sosial media (Rahmani, 2016).
Media sosial
adalah media online yang menghadirkan
interaksi sosial. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web untuk mengubah komunikasi menjadi percakapan interaktif. Beberapa situs media sosial
paling populer saat ini meliputi: Whatsapp,
Blog, Twitter, Facebook, Instagram, Path, dan Wikipedia. Van Dijk juga memaparkan definisi lain dari media sosial, media sosial merupakan platform media
yang berfokus pada penyediaan
aktivitas dan kolaborasi kepada pengguna. Oleh karena itu, media sosial dapat dipandang
sebagai penyedia online
yang meningkatkan hubungan
dan koneksi sosial antar pengguna (Nasrullah, 2017).
Media sosial
dan alat konservatif sosial adalah alat
yang meningkatkan kemampuan
pengguna untuk berbagi, berkolaborasi (bekerjasama) dan secara kolektif melakukan aktivitas antar pengguna, yang kesemuanya berada di luar lingkup institusi dan organisasi. Media sosial adalah tentang kehidupan sehari-hari. Bertukar ide, berkolaborasi dan berkreasi bersama, berpikir, berdebat, dan temukan orang biasa yang bisa menjadi teman
baik, bertemu mitra, dan membentuk komunitas. Tentunya, menggunakan media sosial dapat membuat kita
menjadi diri kita sendiri. Rulli
Nasrullah dari Shirky mengutip
kalimat ini (Nasrullah,
2017).
Uraian pengaruh
atau pengaruh penggunaan media sosial di atas dapat diringkas
sebagai: Pengaruh media sosial mengacu pada reaksi seseorang melalui alat yang dapat digunakan untuk berbagi fakta
dan informasi, berbagi ide,
berkreasi, berpikir, berdebat, dan memperoleh informasi. Atau dampak/dampak dari
aktivitas tersebut. Teman baru dalam
aplikasi online yang dapat diakses melalui smartphone (ponsel) memiliki efek positif dan positif.
Pengaruh Lingkungan
Sosial Sekolah terhadap Perilaku Religius Siswa
Hasil penelitian
dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa berdasarkan hasil bagian uji-t pada analisis regresi linier berganda, lingkungan sosial sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku beragama siswa, hal ini menunjukkan
bahwa t hitung (Thitung) adalah 2,677, seperti terlihat pada tabel. T (Ttabel) adalah 1,983. (Thitung =
2,677> ttabel = 1,983), nilai
signifikansi 0,009 < (probabilitas
0,05 / 5%).
Besar kecilnya
dampak diwakili oleh koefisien determinasi R2 (R
square) = 0,128 yang berarti lingkungan
sosial sekolah berpengaruh 12,8% terhadap perilaku religius siswa, dan sisanya 87,2% ditentukan oleh faktor lain. Meskipun arah pengaruhnya dapat dilihat dari
hasil analisis regresi sederhana, namun hasil analisis
regresi sederhana menunjukkan persamaan regresi linier sederhana (koefisien non standar B) Ŷ =
88,429 + 0,156 X2 yang berarti skor
lingkungan sosial sekolah meningkat setiap waktu. Satu unit akan berdampak pada nilai perilaku beragama siswa sebesar 88.585.
Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa mereka sejalan
dengan pandangan Muhammad Kristiawan yang mengatakan bahwa ketika siswa
memasuki dunia pendidikan, mereka diperkenalkan dengan suatu arah
yaitu situasi sekolah dan lingkungan sekolah. Pengenalan kondisi. Situasi dan kondisi tersebut meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekolah.
Dalam konsep
ini, kepala sekolah, guru, pengurus, teman sebaya, sesepuh,
peraturan dan perundang-undangan
sekolah, layanan siswa, serta kegiatan
dan organisasi siswa merupakan fondasi penting, yang sangat penting untuk membentuk
kepribadian siswa dan perilaku religius siswa.
Lingkungan sosial
sekolah mutlak perlu diciptakan dan dihadirkan dalam kehidupan siswa, yang didorong oleh peran kepala sekolah, guru dan penyelenggara sebagai lembaga pendidikan. Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan,
yaitu membantu membentuk kepribadian dan perilaku siswa. Oleh karena itu, selain
mendorong dan memampukan setiap siswa untuk
secara tepat mengoptimalkan lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial sekolah juga menentukan, mendukung, dan memberikan kekuatan dan pengaruh dasar bagi pembentukan
kepribadian dan perilaku siswa.
Keberadaan lingkungan
sosial sekolah yang ideal tidak hanya menjadi
slogan dan jargon lembaga pendidikan,
namun dengan adanya lingkungan sosial sekolah yang ideal diharapkan dapat membantu pembentukan karakter siswa dan menjadikan lingkungan tersebut sebagai rasa harmoni dan keakraban bagi siswa. Oleh karena itu alat-alat
dalam lingkungan sosial sekolah lembaga pendidikan harus diciptakan dan dipelihara agar lingkungan sosial sekolah yang ideal dapat terwujud.
Jika kepala sekolah, guru dan penyelenggara menjadi peran utama
lembaga pendidikan, maka lingkungan sosial sekolah akan secara efektif
menciptakan kondisi lingkungan sosial sekolah yang diinginkan bagi siswa. Ciri
lingkungan sekolah sosial yang ideal tidak hanya lingkungan fisik yang mewah, tetapi juga lingkungan sosial sekolah yang dapat ditemukan, ditemukan, diperoleh, dan dievaluasi oleh siswa sebagai interaksi sehari-hari, sehingga siswa terbiasa berinteraksi dengan lingkungan tersebut. Bisa memberinya makna hidup.
Secara terperinci,
lingkungan sosial sekolah, yang dapat memberikan kenyamanan kepada siswanya adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan sosial
sekolah dapat melahirkan ketentraman kepada siswa saat
kegiatan pembelajaran dan
non pembelajaran.
2. Lingkungan sosial
sekolah memiliki peran yang sangat penting pembentukan perilaku religius siswa.
3. Lingkungan sosial
sekolah yang baik akan menghasilkan kedisiplinan dan perilaku siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Perilaku dan kedisiplinan
siswa merupakan cerminan dari sebuah
lingkungan sosial sekolah tempat mereka sering berinteraksi.
5. Lingkungan sosial
sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan, serta kepribadian siswa sebagai miniatur lingkungan bermasyarakat secara luas.
6. Lingkungan sosial
sekolah harus dapat melatih siswa
kearah tanggung jawab sebagaimana teladan yang diraih dari kepala sekolah,
guru dan staff tata usaha.
Lingkungan sosial sekolah dapat membantu siswa, guru-guru, dan anggota staf sekolah dalam
mempererat interaksi di lingkungan pendidikan sehingga terjaga keharmonisan warga sekolah.
Interaksi sosial dapat
diartikan sebagai kebutuhan untuk berinteraksi satu sama lain, dan terkadang menghasilkan interaksi
interpersonal yang simpatik dan penuh
kasih, sehingga memiliki rasa kerjasama dan pertolongan dalam kehidupan sosial. Selain itu, interaksi
sosial tentunya mengeksplorasi interaksi antara individu dengan individu, kelompok dan individu, kelompok dan individu, serta kelompok dan masyarakat.
Lingkungan sosial
adalah sekumpulan manusia yang hidup berkelompok dan saling berkomunikasi secara tertib untuk mewujudkan
kepentingan bersama, hal ini berdampak
signifikan terhadap perilaku, pertumbuhan dan pembentukan jasmani dan rohani (Rafiek, 2012).
Lingkungan sosial
adalah lingkungan interaksi antara manusia dan lingkungan, interaksi antara pendidik dan siswa serta orang lain yang terlibat dalam pertukaran pendidikan. Kepribadian dalam hubungan interpersonal juga
akan dipengaruhi oleh lingkungan intelektual.
Lingkungan sosial
adalah orang-orang atau
orang lain yang mungkin terpengaruh
dan mungkin terpengaruh, jadi sebenarnya dengan adanya interaksi
antar masyarakat, hal ini akan
diperlukan (Annajah, 2017).
Lingkungan sekolah
termasuk makhluk hidup yang berupa orang (yaitu keluarga) yang paling dekat dengan lingkungan
sekitarnya. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan sekolah dasar dan dasar, karena manusia memperoleh pendidikan dasar dari lingkungan
keluarga sebelum memahami lingkungan lainnya.
Lingkungan sekolah
meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan akademik. Lingkungan fisik sekolah, seperti lingkungan sekitar sekolah, fasilitas, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber belajar,
alat belajar, dll. Lingkungan sosial meliputi hubungan antara siswa dengan teman,
guru dan pegawai sekolah lainnya (Alfam, 2014).
Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial sekolah adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar kita, dan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perilaku manusia. Hubungan antar
manusia membutuhkan gotong
royong satu sama lain, dan terkadang menghasilkan simpati dan cinta, dan oleh karena itu ada
rasa kerjasama dan pertolongan
dalam kehidupan sosial.
Dengan kata lain lingkungan sosial sekolah adalah sebuah lingkungan yang
memberikan dampak terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial dan mempengaruhi pendewasaan siswa.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian, dapat ditarik beberapa
makna dari hasil penelitian tersebut. Pengungkapan makna hasil penelitian
lebih ditekankan pada perilaku religius siswa melalui media sosial dan lingkungan sosial sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku religius siswa dapat ditingkatkan melalui media sosial dan lingkungan sosial sekolah, baik secara
individu, simultan maupun kolektif. Oleh karena itu, makna
peningkatan perilaku religius siswa dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Penelitian tersebut
menunjukan bahwa media sosial berperan dalam perilaku religius siswa sebesar 18,1
% artinya makin
ditekan penggunaan media sosial, maka makin
baik perilaku religius siswa. Oleh karena
itu, hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa:
a. Kepala Sekolah
stakeholder yang berperan penting
dalam ikut menentukan masa depan siswa, harus berusaha
memahami prinsip-prinsip penggunaan media sosial bagi siswanya baik
secara konseptual maupun secara praktikal
agar dapat melakukan pengawasan secara ketat dalam penggunaan
media sosial bagi siswa.
b. Guru harus
banyak belajar tentang dampak media sosial, baik dampak
positip dan negatif terutama terhadap siswa sebagai penggunanya.
c. Orang tua
sangat menentukan terhadap peningkatan perilaku religius siswa,
artinya kualitas dan etos kerja dalam
pemantauan penggunaan media
sosial untuk siswanya dapat mempengaruhi perilaku religius siswa baik di lembaga pendidikan, di tempat tinggal dan dilingkungan sosial masyarakat.
2. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan sosial sekolah terhadap perilaku beragama siswa sebesar 12.8%, artinya semakin aktif siswa
dalam lingkungan sosial sekolah maka perilaku beragama
siswa akan semakin baik. ini
berarti:
a. Guru harus
mendorong agar siswa aktif berinteraksi dengan lingkungan sosial sekolah, dengan cara memberi
kesempatan kepada siswa untuk bergaul
dan berinteraksi dalam pembentukan perilaku siswa sehari-hari di sekolah.
b. Guru harus
menjadikan lingkungan sosial sekolah sebagai lingkungan yang dapat memberikan pendidikan secara langsung kepada siswa terutama dalam peningkatan perilaku religius siswa.
c. Guru harus
kreatif dalam menciptakan suasana lingkungan sosial sekolah yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat meninggkatkan perilaku religius siswa.
3. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
media
sosial dan lingkungan sosial sekolah secara bersamaan atau simultan membawa dampak terhadap perilaku religius
siswa sebesar 23,3% artinya makin
tinggi interaksi pemanfaatan media sosial dan lingkungan sosial
sekolah, maka makin
tinggi perilaku religus siswa. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk saling
memantau dalam pemanfaatan media sosial yang dilakukan siswa dan meningkatkan interaksi lingkungan sosial sekolah sebagai fasilitas bagi siswa dapat meningkatkan
perilaku religius siswa secara optimal. Peran kepala sekolah sebagai supervisor di sekolah harus senantiasa melakukan supervisi terhadap penggunaan media sosial dan interaksi lingkungan sosial sekolah sebagai pusat pembentukan perilaku religius siswa.
Berdasarkan pembahasan
hasil penelitian, kesimpulan dan dampak di atas, maka diberikan
saran sebagai berikut:
1. Kepala sekolah hendaknya dapat meningkatkan pengawasan dalam pemanfaatan media sosial bagi siswanya
agar dapat dalam penggunaan bagi siswa dapat memberikan
pengaruh posistif terhadap perilaku religius siswa.
2. Guru hendaknya secara terus menerus dapat
memperbaiki interaksi siswa dengan lingkungan
sosial sekolah sehingga dapat terciptanya sebuah lingkungan yang kondusip dan menyenangkan.
3. Siswa hendaknya dapat bersungguh sungguh dalam pemanfaatan
media sosial dan insteraksi
lingkungan sosial sekolah sebagai pembentukan perilaku religius siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Alfan, Muhammad Zachim, “Pengaruh bimbingan karir dan lingkungan sekolah melalui motivasi kerja terhadap kesiapan kerja siswa kelas xii kompetensi keahlian akuntansi SMK Negeri 2 Magelang
Info Artikel”, Economic Education Analysis Journal,
3.1, 2014.
Annajah, Ulfa,
Nailul Falahdengan, “Pengaruh lingkungan sosial terhadap motivas berprestasi anak panti asuhan
Nurul Haq Yogyakarta”, Jurnal
Hisbah, Vol. 13, No. 1, 2017.
Arikunto, Suharsimi,
Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Elvinaro, Ardianto,
Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rakatama Media, 2004.
Faiza,
Arum, Sabila J. Firda, et
al., Arus Metamorfosa
Milenial. Kendal: CV. Achmad
Jaya Group, 2018.
Kurniawan, Syamsul, Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Mansur, Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Naceur, Jabnour, Islam
and Manajemen. Riyadh: International Islamic
Publishing House, 2005.
Naim, Ngainun,
Character Buliding: Optimalisasi
Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu
dan Pembentukan Karakter Bangsa.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Nasrullah, Rulli, Media
Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2017.
Rafiek, M., Ilmu sosial dan budaya dasar. Yogyakarta: CV.
Aswaja Pressindo 2012.
Rahmani, Thea, Penggunaan Media Sosial
Sebagai Penguasaan
Dasar-Dasar Fotografi Ponsel.
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2016.
Rahmat, Jalaludin, Psikologi
Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi Dan Pemecahnya. Jakarta:
Prenada Media Group, 2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2009.
Wibowo,
Sugiono, Manajemen
Pendidikan Karakter di Sekolah.
Pustaka Pelajar: Yogjakarta, 2013.