POTRET TAMAN PENDIDIKAN AL-QURAN (TPQ) DUSUN PANDA, DESA LEMBANG SANGGAU LEDO, BENGKAYANG

 

Wendi Parwanto*

Yuliana Antika**

Osman Parayogi***

Desi Wahyuni****

*IAIN Pontianak, Indonesia

**Sekolah Dasar Negeri (SDN) 22 Tebing Karangan, Indonesia

***Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Sintang, Indonesia

***Universitas Ma’arif Lampung, Indonesia

*E-mail: wendiparwanto2@gmail.com

**E-mail: yulianaantika20@gmail.com

**E-mail: osmanparayogi98@gmail.com

****E-mail: desiwahyuni152@gmail.com

 

Abstract

Studies on Al-Qur'an Education (TPQ) in rural areas still need to be carried out, especially in areas that are quite far from the city center, including Panda Hamlet, Bengkayang District, West Kalimantan. This research is a field study which aims firstly to describe the demographic and religious characteristics of Panda hamlet, and secondly to describe the practice of Al-Quran learning at TPQ Darul Ilmi Panda Hamlet, Lembang Village, Sanggau Ledo Sub-district, Bengkayang District, West Kalimantan. Data was collected through observation, interviews and document review. The conclusion of this study is firstly, demographically, the population is diverse in terms of ethnicity and religion but lives in peace and harmony. All residents can carry out religious rituals and practices in peace. Secondly, Al-Quran learning at TPQ Darul Ilmi has been carried out well. Learning uses a combination of traditional and modern methods such as the sorogan method but has been combined with modern models such as the Iqro method. In addition, TPQ Darul Ilmi already has a clear curriculum and effective administration, for example the use of guidebooks which contain reading provisions and restrictions, class levels, attendance list and so on. This creation and innovation is quite appreciative.

Keywords: Al-Quran learning, TPQ, Panda Village

 

Abstrak

Studi tentang Taman Pendidikan Al-Qur`an (TPQ) di daerah pedesaan masih perlu dilakukan, terlebih lagi daerah-daerah yang cukup jauh dari pusat kota, termasuk di Dusun Panda, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Penelitian ini adalah sebuah studi lapangan (field research) yang bertujuan pertama untuk mendeskripsikan karakter demografis dan keagamaan Dusun Panda dan kedua untuk mendeskripsikan praktek Pembelajaran Al-Quran di TPQ Darul Ilmi Dusun Panda, Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan kaji dokumen. Kesimpulan dari studi ini adalah pertama, secara demografis penduduk beragam dari segi suku dan agama namun hidup rukun dan harmonis. Semua penduduk dapat melaksanakan ritual dan praktek keagamaan dengan damai. Kedua, pembelajaran Al-Qur'an di TPQ Darul Ilmi sudah terlaksanana dengan baik. Pembelajaran menggunakan gabungan metode tradisional dan modern seperti metode sorogan namun sudah dikombinasikan dengan model modern seperti metode Iqro. Selain itu, sudah memiliki kurikulum yang jelas dan administrasi yang efektif misalnya menggunakan buku panduan yang berisi ketentuan dan batasan-batasan bacaan, tingkatan kelas, absensi dan sebagainya, kreasi dan inovasi ini cukup apresiatif.

Kata kunci: pembelajaran Al-Quran, TPQ, Dusun Panda



PENDAHULUAN

Berdasarkan data tahun 2020, di Kalimatan Barat terdapat 2.031 desa yang tersebar dari 12 kabupaten/kota (Parwanto, 2022; Susilawati, 2019). Umumnya dari beberapa desa yang ada, terdapat beberapa dusun atau daerah yang cukup terisolir atau jauh dari perkotaan. Sehingga karakteristik masyarakatnya masih tradisionalis (Mujahid, 2021; Parwanto, 2024).

Termasuk di salah satu dusun yang berada di desa Panda kecamatan Sanggau Ledo, kabupaten Bengkayang. Salah satu dusun yang masih cukup terisolir, aktivitas warga umumnya sebagai petani bengkowang. Walapun akses jalan yang sudah cukup bagus beberapa tahun terakhir ini, namun akses jaringan masih cukup sulit.

Dengan berbagai tantangan yang ada, semangat untuk menuntut ilmu anak-anak di sana cukup baik, termasuk dalam kegiatan pendidikan Al-Qur`an (TPQ). Walaupun tergolong daerah masih terisolir, tetapi model pembelajaran Al-Qur`an yang dilakukan di dusun Panda cukup bagus. Misalnya penggunaan buku ajar yang sudah mandiri, ada pembagian atau klasifikasi kelas yang jelas berdasarkan buku masing-masing anak, dan absensi kelas dengan model ditandatangani, sehingga kegiatan pembelajaran Al-Qur`an yang dilakukan sudah cukup ideal. Berbeda dengan umumnya daerah-daerah yang masih terpencil lainnya, misalnya TPQ-TPQ di pedalaman kabupaten Melawi, Kalimantan Barat (Parwanto & Busyra, 2023), atau bisa saja terjadi pada daerah pedalaman lainnya, yang mana kegiatan TPQ dilakukan secara apa adanya, tanpa ada buku pedoman buku ajar, hanya menggunakan iqra atau Al-Qur`an saja, tidak ada klasifikasi kelas dan absensi secara terukur, sehingga pembelajaran yang dilakukan kurang maksimal.

Untuk melihat distingsi dan signifikansi kajian ini dari kajian-kajian sebelumnya, maka perlu penulis paparkan beberapa kajian relevan tentang pembelajaran Al-Qur`an di Kalimantan Barat misalnya Nuratika dan Eliyah mengkaji tentang upaya guru ngaji dalam meningkatkan minat baca Al-Qur`an pada anak usia 5-16 tahun di daerah desa Jelutung, Sambas, simpulan dari kajian ini menjelaskan bahwa dua di antara upaya untuk membangkitkan minat baca Al-Qur`an anak usia 5-16 tahun di sana adalah:1) memberikan nasihat, motivasi dan berusaha memberikan pengajaran yang menyenagkan; dan 2) memberikan reward (hadiah) (Nuratika & Eliyah, 2023).

Selain perlunya meningkatkan dan membangkitkan minat belajar Al-Qur`an, pemilihan strategi dan metode juga perlu diperhatikan misalnya kajian yang dilakukan oleh Mauludia dan Saripaini mengkaji tentang strategi dan metode mengajar guru ngaji kampung di desa Rantau Panjang, Kalimantan Barat, simpulan dari kajian ini menjelaskan bahwa strategi dan metode yang diterapkan oleh guru ngaji kampung di sana adalah metode pemberian contoh, perumpamaan, ceramah, permainan, pengklasifikasian, dan punishmen (Mauludia dan Saripaini, 2023).

Rekontruksi dan inovasi metode pembelajaran Al-Qur`an juga perlu dipertimbangakn dalam pengajaran sebagaimana kajian yang dilakukan oleh Samsul Hidayat tentang penerapa metode Quantum Hijaiyah dalam meningkatkan kemampuan membaca tulis Al-Qur`an pada komunitas muallaf di Kalimantan Barat, Samsul berkesimpulan dari hasil penelitiannya bahwa penerapan metode belajar Al-Qur'an dalam waktu yang lebih mudah dengan metode Quantum Hijaiyah. Para peserta pelatihan dan pengembangan menunjukkan adanya peningkatan penguasaan membaca huruf hijaiyah dan ayat-ayat Al-Qur'an selama 19 jam pembelajaran efektif mulai dari kegiatan pre-test, pelatihan dan post-test. Peningkatan kemampuan membaca peserta dibuktikan dengan hasil tes dan testimoni atau pengakuan dari setiap peserta yang mengakui adanya perubahan dan peningkatan kualitas membaca ayat-ayat Al Qur'an (Samsul Hidayat, 2007).

Demikian beberapa kajian tentang pembelajaran Al-Qur`an di Kalimantan Barat, adapun kajian yang secara spesifik berlokasi di Sanggau Ledo misalnya studi yang dilakukan oleh Uyung dan rekan-rekannya tentang dampak Covid-19 terhadap pembelajaran baca tulis Al-Qur`an di TPQ Sanggau Ledo, kajian ini mengkaji 5 TPQ di daerah tersebut, salah satunya adalah TPQ Darul Ilmi yang juga dikaji dalam tulisan ini, namun kajian Uyung dan rekan-rekannya hanya melihat bagaiamana pembelajaran di sana saat pandemi Covid-19, sehingga mereka berkesimpulan bahwa ada yang menerapkan pembelajaran secara daring (online), namun ada juga yang tetap melakukan secara luring (offline/tatap muka) (Yuliza et al., 2021). Jadi, berdasarkan kajian-kajian sebelumnya, maka kajian yang penulis lakukan masih layak untuk dilakukan karena dari berbeda dari segi fokus atau titik tekan kajian yang dilakukan sebagaimana fokus atau rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan ilustrasi singkat di atas, penulis tertarik untuk melakukan kajian ini lebih jauh, yakni akan memfokuskan pada: 1) Deskripsi umum tentang dusun Panda, Desa Lembang, ini dilakukan untuk melihat karakteristik masyarakat di dusun atau desa tersebut; 2) Mendeskripsikan dan menganalisis tentang proses pembalaran Al-Qur`an di dusun Panda, yakni pada TPQ Durul Ilmi. 

 

METODE

Studi ini adalah jenis kajian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas data bukan pada kuantitas (banyaknya) data (Ramdhan, 2021; Sujarweni, 2014). Sehingga jika data dirasa sudah representatif, maka data tersebut sudah bisa diolah dan dianalisis. Metode analisis yang diguanakan adalah deskriptif-analisis, yakni dengan menggambarkan data secara apa adanya lalu melakukan analisis (Sugiyono, 2017).

Jenis analisis yang dipilih dan digunakan adalah dengan model analisis interaktif dengan empat tahapan (Miles, 2014): 1) tahap pengumpulan data dari sumber primer dan sekunder; 2) Pemfokusan dan sistematisasi data sesuai rumusan masalah dan tujuan kajian yang ingin dicapai; 3) Mendeskripsikan atau menyajikan data sebagai bahan analisis; dan 4) melakukan analisis dan penarikan kesimpulan berdasarkan kajian atas data-data yang ada.

Lokasi penelitian ini adalah sebuah dusun di pedalaman kabupaten Bengkayang, kecamatan Sanggau Ledo, yakni Dusun Panda, Desa Lembang. Waktu penelitian atau pengumpulan data dilakukan pada tahun 2022 saat peneliti melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat bersama LP2M IAIN Pontianak dengan tema Ekspedisi Borneo di beberapa dusun dan desa yang ada di kecamatan Sangau Ledo, Bengkayang, Kalimantan Barat.

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh otoritatif yang ada di dusun Panda, seperti pengurus masjid, tokoh agama dan tokoh-tokoh representatif lainnya yang ada di dusun tersebut. Sedangkan sumber pendukung adalah literatur cetak maupun online yang dapat mendukung dan menguatkan basis teoritis, metodologis dan analisis yang dilakukan. Teknik pengumpulan data adalah dengan model:

1)      Wawancara, wawancara yang dipilih adalah dengan teknis non-struktur agar peneliti lebih leluasa mengembagkan pertanyaan serta informan lebih akomodatif dan responsif untuk menjawab karena dilakukan secara natural bukan formal.

2)      Observasi, observasi yang dilakukan adalah dengan partisipan, khususnya saat meneliti atau mengumpulkan data dari kegiatan pembelajaran Al-Qur`an (TPQ), penulis terjun langsung atau ikut mengajar di TPQ di dusun Panda dalam beberapa pertemuan/pembelajaran.

3)      Dokumentasi, dokementasi yang penulis lakukan adalah dengan meneliti, atau melihat serta mendokumentasikan dalam bentuk foto hal-hal yang dapat menunjang data-data yang diperlukan, seperti buku-buku pembejaran – termasuk dokumentasi kegiatan.

 

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sekilas Tentang Dusun Panda Desa Lembang

Dusun Panda merupakan salah satu dusun yang masuk pada wilayah Desa Lembang Kecamatan Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang. Sekiar tahun 1980, masyarakat dusun Panda menerapkan aturan ketat kepada orang asing yang datang ke dusun ini. Orang asing yang tidak melapor ke kepala kampung, akan di keluarkan dari dusun. Aturan atau regulasi ini dibuat dengan tujuan untuk menjaga stabilitas dan keamanan wilayah mereka dari gangguan teroris atau orang dengan niat tidak baik yang dapat menyebabkan atau mengacam ketidakstabilan kehidupan warga (Martinus, 2022).

Namun saat ini, aturan ini sudah tidak rigit diterapakan, sehingga masyarakat di dusun tersebut pun sudah sangat cair dan membaur dengan orang pendatang. Di dusun Panda, terdapat mayoritas beragama Islam dan dan Kristen, dan terdapat beberapa suku, yakni suku Dayak, Melayu, Jawa, Batak (Tim Desa, 2022). Dengan keberagaman agama dan suku yang ada, tentunya menyimpan ritual ibadah, adat-istiadat dan tradisi yang berbeda dari masing-masing agama dan suku. Meskipun beragam agama dan suku, namun toleransi masyarakat di dusun Panda tergolong baik, belum pernah terjadinya ketegangan atau gesekan antar agama atau suku, sehingga masyarakat di dusun tersebut hidup rukun dan harmonis. Misalnya dalam acara-acara keislaman, memperingati Maulid Nabi Saw. Yasinan dan beberapa ritus keislaman lainnya, maka masyarakat non-muslim juga disertakan atau diundang untuk ikut serta. Demikian juga pada hari besar bagi non-muslim, misalnya natal, maka masyarakat muslim juga mengunjungi tetangga yang non-muslim.

Demikian juga dari aspek kekompakan warga, tidak pandang bulu, baik muslim atau non-muslim semuanya kompak, di antaranya terlihat dalam upaya merka menanggulangi atau mencegah penyebaran wabah covid-19, yakni meminjam model tradisi atau kebiasaan masyarakat Dayak (non-muslim), yang mereka sebut dengan kebiasaan Besamsam, yakni sebuah kebiasaan menutup pintu atau celah tertentu dengan cara dan aktivitas tertentu dan waktu tertentu. Saat covid, masyarakat dusun Panda mencoba menerapkan tradisi Besamsam ini, yakni melakukan pembatasan selama tiga hari, dan sarana pembatasnya menggunakan dahan pokok kelapa. Besamsam ini dilakukan hanya karena di dusun tersebut terjangkit penyakit menular yang ganas (Dayak: awa). Menurut orang Dayak, dalam kegiatan Besamsam masyarakat tidak boleh melakukan kegiatan keluar masuk kampung, kecuali orang yang dalam keadaan sakit parah diperbolehkan untuk urusan berobat. Begitu juga larangan melakukan hal-hal yang menimbulkan kebisingan dan keramaian (Martinus, 2022).

Tidak hanya kekompakan saja yang tercipta, wujud harmonisasi agama juag bukan diwujudkan dalam tindakan, tetapi disimbolkan dengan penempatan tempat atau rumah ibadah yang berdekatan antara masjid dan gereja. Bagi masyarakat non-muslim, terdapat satu bangunan gereja untuk melakukan ritual ibadah mingguan atau hari besar lainnya. Sedangkan bagi masyarakat muslim, terdapat satu bangunan masjid, untuk melakukan ibadah jumat, shalat lima waktu dan ibadah-ibadah lainnya (Kasta, 2022). Masjid yang ada di dusun Panda bernama masjid Al-Falah, selain sebagai tempat ibadah mahdah, masjid Al-Falah merupakan pusat dan tempat pembelajaran Al-Qur`an bagi anak-anak di dusun tersebut, dan sekarang ketua penggurusnya adalah ustadz Singgih, yang merupakan warga transmigrasi (Jawa-Kalimantan Barat), dan awalnya ustadz Singgih di Sintang, lalu pindah ke dusun Panda. Ustadz Singgih, juga berkontribusi besar dalam cikal bakal berdirinya TPQ di dusun Panda (Ningsih, 2022).

Ustadz Singgih adalah seorang sarjana (Starata Satu), sehingga dengan perbekalan keilmuan yang ditempuhnya di perguruan tinggi. Sepertinya ini yang membuatnya dipercaya oleh masyarakat dusun Panda untuk menjadi pengurus masid Al-Falah di dusun tersebut, bahkan menjadi pengurus sekaligus ketua TPQ di dusun Panda.

Keterbukaan pemikiran, pengetahuan dan pengalamannya sebagai seorang sarjana yang hidup di pedesaan ini yang membuat hal yang menjadi tanggung jawabnya berjalan dengan baik dan terstruktur. Termasuk dalam kepengurusannya pada masjid Al-Falah dan TPQ Darul Ilmi di dusun Panda.

 

Pembelajaran Al-Qur`an di Dusun Panda: TPQ Sebagai Pusat Pembelajaran Al-Qur`an Perdusunan

1.    Pembentukan TPQ dan Prosesi Pembelajaran

Taman Pendidikan Al-Qur`an secara sederhana bisa diartikan sebagai tempat interaksi anak-anak dengan al-Qur`an (Ajhuri & Saichu, 2018). Maka wajar jika dalams suatu TPQ, biasa ditemui anak-anak yang asyik bermain kejar-kejaran sebelum pembelajaran dilakukan atau kadang bahkan saat pembelajaran berlangsung-pun masih ada yang suka bermain. Itulah dunia anak, TPQ selain sebagai pusat pembelajaran al-Qur`an dan ilmu keagamaan – juga sebagai wadah dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan ‘dunia anak-anak’ . Demikian juga dalam pelaksanaan TPQ di dusun Panda, desa Lembang, kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat.

TPQ di dusun Panda diberi nama Darul Ilmi yang bisa diartikan sebagai ‘rumah atau tempat menimba pengetahuan atau tempat menuntut ilmu’, pemberian nama tersebut dengan harapan dan doa agar TPQ tersebut menjadi wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan agama bagi para siswanya, sehingga dengan belajar di TPQ Darul Ilmi, tidak hanya membekali para siswa untuk mampu membaca Al-Qur`an dengan baik, tetapi juga membekali dan mencetak kepribadian mereka menjadi pribadi-pribadi yang agamis dan qurani, sehingga bisa menampilkan akhlak yang baik di lingkungan keluarganya, pendidikannya/sekolahnya dan keseharian mereka (Anggraini, 2022). TPQ Darul Ilmi berdiri sejak tahun 2009, namun menjadi resmi saat mendapat SK dari Kemenag di tahun 2021 setelah memasukkan data ke Kementerian Agama (Kemenag) di tahun 2019.

Adapun waktu pelaksanaan pembelajaran di TPQ Darul Ilmi adalah setiap hari senin-rabu (mengaji), dan kamis (praktik keagamaan, seperti wudhu, shalat dan lainnya) di pukul 14.00 sampai 16.00 WIB. Prosesi pembelajaran dilakukan sebagai berikut : Pertama, anak-anak bersama-sama membaca doa, ikrar santri, hafalan surat-surat pendek, dan bacaan shalat. Kedua, memasukin waktu shalat ashar, anak-anak bersama-sama melafadzkan niat shalat ashar. Ketiga, melakukan pengajian atau pembelajaran al-Qur`an. Keempat, setelah selesai pembelajaran anak-anak sama-sama membaca doa penutup dan bersalam-salaman pulang ke rumah masing-masing.

Dalam pembelajaran TPQ Darul Ilmi dusun Panda, terdapat pembagian kelas, yakni kelas 1, 2 dan 3. Nampaknya pembagian ini berdasarkan pembelajaran yang dilakukan, ada yang iqra awal, pertengahan/akhir serta al-Qur`an. Ini menurut penulis metode yang cukup efektif apalagi ditopang dengan empat orang guru. Sehingga setiap guru bisa mendapatkan porsinya masing-masing, bisa saja dengan model rolling kelas per-setiap harinya untuk mengajar kelas-kelas tersebut sehingga anak merasakan variasi ajaran atau pembelajaran dari gurunya.

 

2.    Struktur, Pengajar dan Siswa

Dalam sebuah lembaga, umumnya memiliki struktur kepengurusan, termasuk pada TPQ Darul Ilmi, Tabel 1 beberapa pengurus TPQ Darul Ilmi saat penulis melakukan penelitian pada tahun 2022-2023.

Tabel 1 Struktur Pengelola TPQ Darul Ilmi

TPQ Darul Ilmi

Nama

Jabatan

Singgih Purnomo

Ketua

Wadatan Warahmah

Sekretaris

Sri Juharti

Oprator

Jun Sri Wahyuni

Nunung Setia Ningsih

Desi Anggraini

Pengajar

 

Jumlah siswa yang belajar di TPQ Darul Ilmi data 2022-2023 adalah sekitar 50-an siswa, untuk efektivitas pembelajaran yang dilakukan, maka tiga pengajar yang ada setiap harinya sama-sama mengajar, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih efektif dan efisien.

 

3.    Metode dan Sarana Penunjang Pembelajaran

Berbagai metode pembelajaran al-Qur`an telah diinterodusir dalam sejumlah literatur, di antaranya metode qiraati, iqra`, ummi, tilawati, wafa al-burqy, yanbu’a, dan jibril. Termasuk metode konvensional yang sering diistilahkan dengan metode sorogan (Anwar, 2017). Di TPQ Darul Ilmi nampaknya sejumlah metode pembelajaran digunakan di sana, namun  yang paling dominan adalah metode iqra` dan metode sorongan. Metode iqra` agak-nya cukup efektif diterapkan dalam TPQ ini, karena memang anak-anak sudah sering medengar dan akrab dengan buku iqra` sebagaimana yang mayoritas digunakan dalam sejumlah TPQ di Indonesia.

Kemudian terkait dengan metode atau model sorogan, memang metode ini dikenal sebagai metode klasik (Mu’izzuddin, 2019), tetapi metode ini masih cukup representatif dan efektif untuk diterapkan pada peserta didik di lembaga TPQ saat ini, termasuk di TPQ Darul Ilmi dusun Panda, desa Lembang, Sanggau Ledo.

Efektivitas penggunaan metode sorongan di TPQ Darul Ilmi, selain ditopang dengan murid bertatap muka secara langusung atau berinteraksi dengan guru secara sejumlah perangkat sarana lainnya, seperti buku catatan penilaian TPQ. Dalam buku tersebut terdapat sejumlah elemen penting yang dicatat dan dinilai oleh guru. Di antara elemen-elemen dalam buku penilaian TPQ Darul Ilmi adalah: 1) tanggal (untuk mengetahui kehadiran dan keaktifan santri) ; 2) Jilid/surat (sebagai penanda surat/jilid apa terakhir dibaca) ; 3) Halaman (untuk mengetahui halaman dan ayat berapa terakhir dibaca ; 4) Ustadz/ustdzhah (untuk mengetahui siapa ustadz/ustadzah yang mengajarnya) ; 5) Paraf (legalitas ustadz/zhah) yang mengajar ; dan 6) Keterangan (untuk mengetahui kualitas bacaan santri dalam tiga kategori, cukup, baik dan lancar sesuai kualitas bacaan santri). Berikut foto di samping adalah bentuk dokumentasi cover dan form penilaian TPQ Darul Ilmi, dusun Panda.

Gambar 1. Buku keterangan bacaan siswa TPQ Darul Ilmi

Menurut penulis, kreasi dan inovasi yang dilakukan oleh para pengajar atau pengurus di lembaga TPQ Darul Ilmi dusun Panda, Sanggau Ledo patut diapresiasi. Mereka tetap mempertahankan karakteristik atau metode pembelajaran klasikal-tradisional (sorongan), namun dipadukan dengan berbagai sarana yang memang idelanya mesti dilakukan seperti pembuatan acuan atau pedoman pembelajaran al-Qur`an dan penggunaan mini-sound (sound GMC 12 inch) saat melakukan absensi kelas – apalagi jumlah santri atau peserta didik di TPQ Darul Ilmi tergolong cukup banyak.

Tampaknya penggunaan barometer penilaian berdasarkan pedoman yang dilakukan di TPQ Darul Ilmi tersebut cukup efektif dalam menyeragamkan persepsi, perspektif dan objektivitas guru dalam memberikan penilaian atas peserta didik, karena pastinya acuan kemampuan di hari sebelumnya atau mingggu sebelumnya tetap menjadi pertimbangan antar-guru dalam memberikan penilaian apakah santri tersebut layak mendapatkan penilaian baik atau lancar, karena standarisasi minim dalam penilaian pedoman dibuku tersebut adalah cukup.

 

4.    Output atau Luaran Pembelajaran

Memang belum ada barometer yang pasti tantang luaran atau output dari TPQ Darul Ilmi. Namun sejauh pengamatan yang penulis lakukan, maka setidaknya terdapat dua hal penting sebagai bagian dari luaran pembelajaran agama dari TPQ Darul Ilmi. Pertama, peningkatan intern-person santri dalam pengetahuan agama. Sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas bahwa umumnya dalam TPQ – memang dipelajari tentang doa-doa, tata cara wudhu, dan tata cara serta bacaan-bacaan shalat. Demikian juga yang dilakukan di TPQ Darul Ilmi, maka dengan pengetahuan tersebut, cukup membekali anak-anak atau peserta didik tentang pengetahuan dasar agama yang sangat bermanfaat bagi mereka di kemudian hari.

Kedua, berdasarkan keterangan dari pengajar, siswa-siswi yang sudah bisa membaca al-Qur`an – yang di TPQ Darul Ilmi tergolong kelas 3A, maka saat bulan Ramadhan, mereka ikut serta dan aktif mengikuti tadarusan al-Qur`an (Wahyuni, 2022). Ini termasuk di antara kontribusi cukup penting menurut penulis karena kebanyakan anak-anak di perkampungan atau pedesaan setelah mereka menamatkan atau menyesaikan pembelajaran al-Qur`an, mereka langsung beralih atau justru meninggalan kebiasaan mereka dalam berinteraksi dengan al-Qur`an.

Namun, bagi anak-anak peserta didik TPQ Darul Ilmi dusun Panda (Transos), Sanggau Ledo, dengan aktif mengikuti kegiatan tadarusan al-Qur`an, ini merupakan hal baik sebagai motivasi dan kontinuitas keilmuan mererka, karena al-Qur`an jika tidak terus dibiasakan, dibaca, maka akan lebih mudah bisa hilang ataupun minimnya membacanya menjadi tidak lancar (tersendat-sendat).

Berdaasarkan deskripsi pembelajaran TPQ Darul Ilmi di atas, sepertinya kepengelolaan TPQ ini cukup baik dan ideal, terlebih dari untuk sebuah lembaga TPQ yang ada di Pedesaan. Ini tidak terlepas dari peran para pengurusnya. Di sini lain, cukup jarang sebuah lembaga TPQ di pedesaan yang terdaftar di data Kementerian Agama. Sedangkan TPQ Darul Ilmu, sudah terdaftar sejak tahun 2019.

Sebagaimana yang penulis jelaskan di bagian gambaran umum dusun ini di atas, bahkan salah satu aktor penggerak yang cukup penting di dusun tersebut adalah Ustadz Singgih, maka berkat pengalamannya dan pengetahuannya di perguruan tinggi, boleh jadi ini yang berupaya ia aktualisasikan dalam setiap hal yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk pada lembaga TPQ, sehingga menjadikan kepengurusan TPQ ini semakin terstruktur dan terukur, dibuktikan dengan akomodasi pembelajaran tradisional dengan perangkat modern dan terdapat buku panduan baku dalam mengukur kemampuan para peserta didik.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam sejumlah penelitian, misalnya studi yang dilakukan oleh Indy (Indy, 2019), Kusuma dan rekannya (Kusuma et al., 2024), termasuk studi yang dilakukan oleh Samsuddin dan Hendrayanu (Samsuddin & Hendrayani, 2019), bahwa pendidikan umumnya membuat dan membentuk pola pikir dan cara berpikir seseorang lebih terbuka, sehingga ia lebih responsif, lebih kreatif bahkan inovatif dalam mengeluarkan sebuah ide dan trobosan. Inilah yang terjadi di TPQ Darul Ilmu dusun Panda yang diketuai oleh Ustadz Singgih dan sejumlah struktur pengajar di bawahnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang dilakukan maka studi ini menyimpulkan bahwa: Pertama, dusun Panda adalah salah satu dusun yang berada di bawah naungan wilayah desa Lembang kecamatan Sanggau Ledo kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Masyarakat di dusun Panda tergolong majemuk, baik dari aspek suku maupun agama. Kehidupan masyarakat di dusun Panda tergolong harmonis dan rukun, karena masih belum ditemukan konflik atau permasalah yang serius antar agama dan suku. Masyarakat tetap dan masih kuat menjaga kekompakan salah satunya terlihat saat terjadi wabah covid-19, masyarakat tanpa pandang agama dan suku, melakukan tradisi Basamsam semacam melakukan block down lokal pada dusun mereka. Kedua, pembelajaran Al-Qur`an di dusun Panda, masih menggunakan metode tradisional, seperti model sorongan, namun sarana yang digunakan sudah dikombinasikan dengan model modern, yakni mulai ada barometer yang jelas dan transparan untuk para guru dan peserta didik, misalnya penggunakan buku panduan yang beisi ketentuan dan batasan-batasan bacaan, tingkatan kelas, absensi dan sebagainya, kreasi dan inovasi ini cukup bisa diapresiasi, khususnya bagi TPQ yang ada di daerah-daerah, karena pada umumnya, TPQ yang ada di pedalaman atau daerah hanya melakukan pembajaran yang sangat sederhana, baik dari aspek sarana maupun metode pembelajarannya. Output atau luaran dari pembelajaran yang di lakukan di TPQ Darul Ilmi juga cukup baik, yakni pada setiap Ramadan, anak-anak dibiasakan untuk ikut tadarusan Al-Qur`an, sehingga bacaan mereka akan lebih baik, lancar dan terjaga.

Kajian-kajian tentang TPQ masih sangat perlu dilakukan, sehingga dengan kajian-kajian yang ada maka bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi lembaga yang ada, baik untuk evaluasi internal maupun untuk memotivasi pemerintah setempat atau pemerintah terkait untuk memperhatikan tempat atau TPQ yang ada di daerah mereka agar memberikan perhatian serius, khususnya teradap hal-hal yang diperlukan atau dibutuhkan.

Termasuk studi tentang TPQ di dusun Panda, masih perlu dilakukan misalnya kajian tentang Sejarah TPQ di dusun Panda dari masa ke masanya. Bagaimana perubahan dan perkembangan yang terjadi, termasuk misalnya kajian atas lembaga TPQ di dusun laiinya yang ada di daerah desa Lembang.


 

DAFTAR PUSTAKA

Chaerul Anwar. (2017). Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren. Mimbar Kampus, 19(2), 149–166.

Desi Anggraini. (2022). Wawancara di Masjid Al-Falah, Dusun Panda Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo.

Indy, R. (2019). Peran Pendidikan Dalam Proses Perubahan Sosial Di Desa Tumaluntung Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara. HOLISTIK, Journal Of Social and Culture, 12(4), 1–18. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/view/25466

Jun S. Wahyuni. (2022). Wawancara di Masjid Al-Falah, Dusun Panda Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo.

Kasta. (2022). Wawancara ketua RT dan tokoh Agama Dusun Panda di Masjid Al-Falah.

Kayyis Fithtri Ajhuri & Moch. Saichu. (2018). Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) melalui Penguatan SDM di Masjid Nurul Fikri Watu Bonang, Badegan, Ponorogo. Qalamuna, 10(2), 175–195.

Kusuma, E., Handayani, A., & Rakhmawati, D. (2024). Pentingnya Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa Sekolah Dasar: Sebuah Tinjauan Literatur. Wawasan Pendidikan, 4(2), 369–379. https://doi.org/10.26877/jwp.v4i2.17971

Martinus. (2022). Wawancara (Di rumah Kepala Dusun) tentang Tradisi dan Kebiasaan Masyarakat di Dusun Panda, Sanggau Ledo.

Mauludia dan Saripaini. (2023). Strategi dan Metode Mengajar Guru Ngaji Kampung di Desa Rantau Panjang Kalimantan Barat. Jurnal Pendidilan, Kebudayaan Dan Keislaman, 2(3), 118–127.

Miles, H. & S. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. SAGE Publications.

Moch. Mu’izzuddin,  dkk. (2019). Implementasi metode sorogan dan bandungan dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning. Genealogi PAI, 6(1), 43–50.

Mujahid, I. (2021). Islamic orthodoxy-based character education: creating moderate Muslim in a modern pesantren in Indonesia. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 11(2), 185–212. https://doi.org/10.18326/ijims.v11i2.185-212

Nunung S. Ningsih. (2022). Wawancara di Masjid Al-Falah, Dusun Panda Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo.

Nuratika, & Eliyah. (2023). Upaya Guru Mengaji Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Anak Usia 5-16 Tahun di Desa Jelutung Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas. Jurnal Lunggi: Jurnal Literasi Unggulan Ilmiah, 1(2), 112–122.

Parwanto, W. (2024). Analisis Penerapan Dan Tantangan Kurikulum Merdeka Pada Sekolah Pedalaman. APIC, 7(1), 57–67.

Parwanto, W., & Busyra, S. (2023). Reading Tradition in Informative and Symbolic Theory: The Case of Robo-Robo Tradition in Nuguk Hamlet, Melawi District, West Kalimantan. Kawalu: Journal of Local Culture, 10(2), 29–50.

Parwanto, W., Sahri, S., Busyra, S., Riyani, R., & Nadhiya, S. (2022). Religious Harmonization on Ethno-Religious Communities of Muslim and Dayak Katab-Kebahan in Tebing Karangan Village, Melawi District, West Kalimantan. Harmoni, 21(2), 184–200. https://doi.org/10.32488/harmoni.v21i2.638

Ramdhan, M. (2021). Metode Penelitian. Cipta Media Nusantara.

Samsuddin, & Hendrayani, S. (2019). Dampak Pendidikan Terhadap Pola Pikir Pedagang. Journal Of Language Education and Development (JLed), 2(1), 232–241. https://doi.org/10.52060/jled.v2i1.201

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta.

Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian. PUSTAKABARUPRESS.

Susilawati, R. A. L., Arifin, Z., & Hadi, S. (2019). Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Industri Makanan Ringan Bongol. Jurnal Ilmu Ekonomi, 3(4), 1–13. https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jie/article/download/11378/9139/47579

Syamsul Hidayat. (2007). Distorsi Penafsiran Terhadap Al-Quran: Telaah atas Kebatilan Pendekatan Hermeneutika Terhadap Al-Quran. Profetika Jurnal Studi Islam, 9(2), 201.

Tim Desa. (2022). Profil Desa Lembang, Sanggau Ledo.

Yuliza, U., Lestari, S., Yapandi, Y., & Rianawati, R. (2021). Dampak Pendemi Covi-D 19 terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) Kecamatan Sanggau Ledo. Arfannur, 2(2), 105–118. https://doi.org/10.24260/arfannur.v2i2.347