PROGRAM
LAYANAN BELAJAR KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN SPIRITUALITAS ANAK SEJAK DINI
Nur Hafidz*
Affitri Praptia Barkah**
*Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, Indonesia
**UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, Indonesia
*E-mail: n.hafidz@unu.purwokerto.ac.id
**E-mail: affialfa@gmail.com
Abstract
Every child is born
with the potential for goodness, namely the growth of a sense of
self-potential, primary and secondary needs to be able to recognize, and
awareness of the existence of God Almighty in him. The communication skills
that are built will become a daily habit. Moreover, with a religious learning
service program that improves children's spirituality from an early age. There
is one Putra Harapan Kindergarten institution that implements a religious
learning service program in improving the spirituality of early childhood. This
religious learning service program is to make parents aware of the importance
of spiritual intelligence being realized. From here it is important to research
the religious learning service program in improving children's spirituality from
an early age. The goal is, the religious learning service program in improving
children's spirituality from an early age can recognize Islam (faith, Islam,
and ikhsan) in every aspect of spiritual development in the Harapan Putra
Kindergarten school room. This research method uses descriptive qualitative by
taking seven samples of children, teachers, and principals at Putra Harapan
Kindergarten aged 4-6 years and obtaining the impact of the religious learning
service program. Data collection techniques use observation, interviews, and
documentation with an active participation model. The results of the study
indicate that the religious learning service program in improving children's
spirituality from an early age through: (1) Religious Learning Services for
Individuals; (2) Religious Learning Services for Groups; (3) Spiritual
Implications for Children from an Early Age. These three points are where
children will experience changes in their spiritual attitudes and reason which
will be evident in their daily religious learning.
Keywords: learning services, religious, spiritualist, early childhood
Abstrak
Setiap anak lahir mempunyai potensi kebaikan, yakni
tumbuh rasa potensi diri, kebutuhan primer dan sekunder dapat mengenal, dan
kesadaran adanya Tuhan yang maha Esa dalam dirinya. Kemampuan komunikasi yang
dibangun akan menjadi kebiasaan setiap harinya. Terlebih dengan program layanan
belajar keagamaan yang meningkatkan spiritual anak sejak dini. Ada salah satu
lembaga TK Putra Harapan yang menerapkan program layanan belajar keagamaan
dalam meningkatkan spiritual anak usia dini. Program layanan belajar keagamaan
ini untuk menyadarkan orang tua pentingnya kecerdasan spiritual diwujudkan.
Dari sinilah penting untuk meneliti program layanan belajar keagamaan dalam
meningkatkan spiritual anak sejak dini. Tujuannya, program layanan belajar
keagamaan dalam meningkatkan spiritual anak sejak dini dapat mengenal keislaman
(iman, islam, dan ikhsan) dalam setiap aspek perkembangan spiritual di ruang
sekolah TK Harapan Putra. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif
deskriptif dengan mengambil tujuh sampel anak, guru, dan kepala sekolah di TK
Putra Harapan yang berusia 4-6 tahun dan memperoleh dampak dari program layanan
belajar keagamaan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara,
dan dokumentasi dengan model partisipasi aktif. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa program layanan belajar keagamaan dalam meningkatkan spiritualis anak
sejak dini melalui: (1) Layanan Belajar Keagamaan untuk Individu; (2) Layanan
Belajar Keagamaan untuk Kelompok; (3) Implikasi Spiritual Anak Sejak Dini. Tiga
poin inilah, anak akan memperoleh perubahan dalam sikap dan akal spiritual yang
akan melekat dengan dibuktikan keseharian selama belajar keagamaan.
Kata Kunci: layanan belajar, keagamaan, spiritualis,
anak usia dini
PENDAHULUAN
Era sekarang ini
telah terjadi pergeseran paradigma dalam layanan orang tua dan guru terhadap
pendidikan anak usia dini yang berkaitan dengan potret ideal seorang anak. Sementara
itu keinginan orang tua dan guru supaya anak yang cerdas intelektual, tetapi
saat ini mulai menginginkan anak selain cerdas intelektual juga cerdas
spiritualnya. Belum tentu pergeseran paradigma ini bukannya tanpa sebab (Erfayliana, 2017). Ada empat faktor determinan terkait pergeseran era
pendidikan sekarang ini (Wiyani, 2017).
Pertama, kesadaran orang tua terhadap pelayanan belajar keagamaan
menjadi investasi mereka bukan hanya dunia tetapi juga di akhirat. Hal itu
menjadikan orang tua menginginkan agar anaknya menjadi anak yang
sholeh/sholehah. Dalam hal ini anak sholeh/sholehah itu adalah indikator anak
memiliki kecerdasan spiritual.
Kedua, orang tua mulai gelisah melihat berbagai fakta yang
terjadi di lingkungan sekitar yang berkaitan dengan merosotnya moralitas
masyarakat yakni berbagai kasus pencabulan, pembulian, seksual, kekerasan
kepada anak didik yang mudah ditemui di berbagai berita di media massa.
Ketiga, orang tua atau guru mewaspadai dampak negatif yang
menimbulkan era komunikasi berbasis internet. Saat ini media sosial seperti
instagram, tiktok, facebook, dan twitter memudahkan anak mempunyai kepribadian
ganda (Hafidz Raden Diana Rachmy
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021). Nyatanya anak menjadi yang penurut, tetapi di dunia
maya anak menjadi pribadi yang suka mencela, menghina, menghujat, bahkan
menebarkan kebencian. Selama kebiasaan itu berlanjut, tidak menutup kemungkinan
sikap di dunia maya dapat mempengaruhi sikap dunia nyata.
Keempat, orang tua dan guru mulai berpikir era sekarang
kehidupannya semakin menantang dan tidak bisa pahami. Jika orang tua tidak
memiliki kesadaran atas layanan pendidikan anak, pada fase remaja anak mudah
diombang-ambing oleh kehidupan dunia yang penuh tantangan dan penuh dengan
ketidakjelasan (Hermawan, 2018).
Tentunya jika digali
lebih mendalam dan komprehensif dapat ditemukan lagi faktor determinan yang
bersumber dari pergeseran paradigma pada diri orang tua. Lembaga melayani
pendidikan pun harus merespons pergeseran tersebut. Diakui atau tidak lembaga pendidikan menjadi
pihak yang ikut menentukan berbagai potret ideal seorang anak. Apakah lembaga
melayani pendidikan yang melahirkan lulusan anak yang secerdas intelektualnya?
Ataukah lembaga melahirkan anak yang cerdas spiritualnya. Danar johar dan Ian
Marshal menanggapi dengan kecerdasan spiritual (spiritual quotient) bahwa
kecerdasan spiritual dibentuk oleh orang tua dan lingkungan yang mendukung dari
kebutuhan fase anak-anak dalam keseharian. Jika anak sudah mahir dalam
kecerdasan spiritualis, maka akan cerdas pula intelektualnya (Pristiwanti et al., 2022).
Untuk mewujudkan peserta
didik yang unggul melalui kemampuan
intelektual sekaligus spiritual dengan guru mengajar di sekolah seharusnya
bersifat holistik atau menyeluruh. Arti holistik adalah melayani pendidikan
berupa kesehatan, perawatan, gizi, pengasuhan, perlindungan, dan kesejahteraan
menjadi kebijakan pengembangan anak usia dini dengan melibatkan pihak
pemerintah, masyarakat, organisasi, maupun tokoh masyarakat lainnya.
Di sekolah, anak
belajar sangat terbatas. Sistem belajar dengan desain kurikulum melalui
strategi dan pendekatan sudah ditentukan, tetapi pendekatan yang sesuai
kebutuhan individual anak tidak dapat diperhatikan sepenuhnya oleh guru.
Kebutuhan karakter ataupun moral anak lebih dominan banyak dikenal oleh orang
tua di rumah (Munir, 2013). Dari sinilah, tingkat intensitas komunikasi dan peran
orang tua terhadap bagaimana layanan belajar anak di rumah memberi pengaruh
positif terhadap pengembangan spiritual anak sejak dini. Meskipun, tugas guru
telah memprogram banyak kegiatan belajar keagamaan, tetapi harus ada estafet
program keagamaan dengan orang tua (Ambariani & Suryana,
2022). Misalnya, program di sekolah ada mengaji juz amma atau
suratan pendek, maka ketika di rumah, orang tua dapat membantu mendampingi
dengan mengecek kemampuan anak selama belajar di sekolah. Dari sinilah, konsep
kolaborasi atau kerjasama guru dan orang tua terlibat dalam meningkatkan
kecerdasan spiritualisme anak sejak dini.
Siti Habsoh, Endin
Nasrudin, dan Adi Rosadi meneliti tentang pelaksanaan bimbingan belajar oleh
orang tua dalam perkembangan moral spiritual anak di raudhatul athfal. Hasil
penelitian Siti Habsoh, Endin Nasrudin, dan Adi Rosadi, pertama, adanya orang
tua yang bersikap apatis dalam melakukan bimbingan belajar dalam perkembangan
moral spiritual anak, dengan alasan sibuk pekerjaan rumah tangga. Kedua,
orang tua melaksanakan bimbingan belajar kepada anaknya sudah maksimal hanya
ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni melakukan bimbingan kepada anak.
Ketiga, faktor pendukung masih pada kesadaran orang tua selalu mendidik
dan membimbing anak-anak dalam kegiatan belajar dan adanya suasana keluarga
yang penuh kasih sayang sehingga menciptakan suasana nyaman bagi anak
belajarnya. Keempat, adanya perbedaan yang dibimbing belajar orang tua
degan perkembangan moral spiritual anak di sekolah, anak yang dibimbing belajar
oleh orang tua lebih patuh, tapi ketika di sekolah anak tidak mau dibimbing
oleh guru (Habsoh et al., 2021).
Hakikat bimbingan
keagamaan berupaya membantu siswa-siswi belajar mengembangkan fitrah melalui
keimanan, akal dan kemampuan yang diberi oleh Allah SWT kepada manusia untuk
mempelajari dasar-dasar kehidupan dari Allah dan rasul-Nya, bila di atas
problem kesadaran orang tua atas perkembangan moral spiritualnya terbatas, maka
budaya pengasuhan dalam layanan belajar keagamaan belum maksimal. Ada orang tuanya
yang sibuk dengan pekerjaannya, karirnya dan jabatannya sehingga tugas mendidik
dan mengasuh anak diberikan ke pembantu atau panti asuh (Asmawati, 2022). Dari sinilah, kerugian orang tua dalam kasih sayang dan
kelekatan terhadap anak-anak sangat kurang sehingga tumbuh kembang fase remaja
anak tidak ada momen pengalaman yang menyenangkan dari orang tuanya.
Beberapa PAUD sudah
melaksanakan pendidikan yang mengedepankan pengembangan kecerdasan spiritual.
Salah satunya adalah TK Putra Harapan Bantarsoka Jl. KS. Tubun Gang
Slobor, RT 4 RW 6, Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat, Kober,
Kec. Purwokerto Barat, Kab. Banyumas. TK Putra Harapan ini
mengedepankan kurikulum aspek nilai agama dan moral. Salah satu program yang
setiap kali peneliti observasi adalah, layanan ibadah, layanan mengaji, layanan
kisah, dan layanan hari keagamaan. Setiap anak umur 4 tahun sampai 6 tahun di
TK Putra Harapan di ajari moral mulai dari berbaris antri, jujur, disiplin
berangkat sekolah, dan hafalan hadis serta suratan pendek.
Dalam artikel ini peneliti
akan mendeskripsikan bagaimana program
layanan belajar keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia
dini di TK Putra Harapan Purwokerto Barat. Deskripsi akan mencakup aspek melalui;
(1) Layanan Belajar Keagamaan untuk Individu; (2) Layanan Belajar Keagamaan
untuk Kelompok; (3) Implikasi Spiritual Anak Sejak Dini.
METODE
Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif (field
research) (Sugiyono, 2013). dengan metode studi kasus di TK Putra Harapan Bantarsoka. Melalui observasi belajar keagamaan anak usia
dini, dengan menggunakan cara program layanan belajar untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual anak sejak dini yang dilatih dengan program layanan
belajar keagamaan.
Penelitian dilaksanakan di TK Putra Harapan Bantarsoka Jl.
KS. Tubun Gang Slobor, RT 4 RW 6, Kelurahan Kober
Kecamatan Purwokerto Barat, Kober, Kec. Purwokerto Barat,
Kab. Banyumas. Subjek penelitian ini adalah guru dan kepala sekolah, serta
peserta didik usia 4-6 tahun yang tahun 2023-2024.
Peneliti meneliti program layanan belajar keagamaan sejak
usia dini selama di sekolah. Teknis pengambilan data dalam penelitian ini yakni
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi, dilakukan
peneliti untuk memperoleh data melalui pengamatan pada anak-anak TK Putra
Harapan Purwokerto Barat dalam melakukan aktivitas program layanan belajar
keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual sejak dini seperti, salat,
puasa, bersabar, berdoa, mengucapkan hal-hal baik, bersedekah, dan hafalan hadis
dan suratan pendek untuk membentuk karakter spiritual dari program yang telah
didesain oleh para guru TK Putra Harapan Bantarsoka. Metode dokumentasi
dilakukan mengabadikan fenomena, teks dokumen, karya, dan kegiatan lembaga
pendidikan lewat gambar. Misalnya, kegiatan program hafalan hadis dan suratan
pendek, mempraktikkan kebiasaan religius, dan merefleksikan kesadaran spiritual
anak usia dini.
Analisis data menggunakan teknik kualitatif melalui: (1) Reduksi Data
mengambil pokok pada hal yang bersifat penting, (2) penyajian datanya untuk
memahami sesuatu yang terjadi, kemudian melakukan reduksi datanya dengan adanya
penyajian data, (3) penarikan kesimpulan ini untuk mengumpulkan data, membaca
banyak literatur, hingga penarikan dalam kesimpulan sesuai kenyataan di
lapangan (Lexy J. Moleong, 2018).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pendidikan keagamaan memiliki peran strategis dalam
membentuk kepribadian anak sejak usia dini. Pada kanak-kanak merupakan fase
kritis dalam perkembangan spiritual, di mana nilai-nilai dasar seperti
keimanan, moralitas dan akhlak mulia ditanamkan.
Melalui program layanan belajar keagamaan, upaya
penguatan spiritual dapat dilakukan secara terstruktur dan terarah, mencakup
pembelajaran yang interaktif, mendidik dan relevan dengan kebutuhan anak.
Peningkatan spiritual pada anak tidak hanya berdampak
pada hubungan mereka dengan Yang Maha Pencipta, tetapi juga mempengaruhi
pembentukan karakter, etika, sosial, dan kemampuan mereka dalam menghadapi
tantangan kehidupan. oleh karena itu, program-program ini dirancang untuk
memadukan pendekatan pendidikan agama dengan metode pembelajaran yang sesuai
dengan tahap perkembangan anak.
Pada pembahasan ini, akan dikaji pentingnya program
layanan belajar keagamaan, implementasi program tersebut dalam lingkungan
pendidikan, serta dampaknya terhadap perkembangan spiritual anak. Penelitian
ini bertujuan untuk menumbuhkan generasi berakhlak mulia, beriman, dan
kesadaran spiritual yang kuat sejak dini (Supriani & Arifudin,
2023).
Program layanan belajar keagamaan di TK Putra Harapan
Purwokerto bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai spiritual sejak dini melalui
berbagai kegiatan yang terstruktur dengan usia anak. program ini dirancang
untuk membantu sekaligus mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Beberapa program layanan belajar ibadah tersebut di antara
lain: Pertama, Tahfidz Al-Qur’an. Program ini bertujuan untuk membantu
anak menghafal ayat-ayat Al-Qur’an secara bertahap, yang dimulai dari
surah-surah pendek. Metode yang digunakan meliputi pengulangan (Muraja’ah),
dari mulut ke mulut (Talaqqi), mendengarkan dan menghafal bersama dengan
suasana yang menyenangkan. Kedua, shalat berjamaa’ah.
Kegiatan ini mengajarkan tata cara shalat yang benar,
membiasakan anak untuk disiplin, serta memahami pentingnya ibadah. Anak- anak
diajak untuk mengikuti shalat berjama’ah di sekolah secara rutin. Ketiga,
hafalan do’a harian.
Anak-anak diajarkan berbagai do’a harian untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, meliputi do’a sebelum dan sesudah makan, do’a
masuk dan keluar kamar mandi. Keempat, Hafalan Hadits pendek. Anak-anak
diperkenalkan dengan hadits-hadits pendek yang berisi moral dan nilai-nilai
keislaman untuk ditanamkan dalam kehidupan mereka.
Manfaat dari beberapa program layanan belajar ibadah
tersebut tentunya untuk meningkatkan kesadaran spiritual pada anak dalam
memahami konsep ibadah, nilai-nilai moral dan pentingnya memiliki hubungan
dengan Allah sejak dini. Kemudian,
anak-anak nantinya akan terbentuk karakter islami dan terbiasa dengan
etika sosial yang baik.
Kegiatan program layanan ibadah TK Putra Harapan
dilakukan pada kelompok A (usia 4-5 tahun) dan B (usia 5-6 tahun) dengan
pendekatan bermain sambil belajar agar anak-anak merasa antusias dan tidak tertekan. Terdapat secara
keseluruhan 18 pendidik dengan rincian dua guru (ustadzah) sebagai pengajar dan
pendamping bertindak sebagai teladan membimbing anak-anak dengan sabar dan
konsisten. Anak-anak diberikan penghargaan sederhana, seperti pujian atau
bintang prestasi, untuk memotivasi mereka dalam mengikuti kegiatan.
Dengan program layanan belajar keagamaan ini, TK Putra
Harapan berhasil menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk penguatan
spiritual anak sejak dini, sehingga membentuk generasi muda yang beriman,
berakhlak, dan siap menghadapi masa depan.
Program layanan keagamaan di TK Putra Harapan pada
kelompok A yang berusia 4-5 tahun dirancang dengan untuk menanamkan nilai-nilai
keislaman sejak dini. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan dan
mengembangkan aspek spiritual, moral, dan karakter islami. Program layanan
keagamaan yang diberikan pada kelompok A pastinya memiliki kapasitas yang
berbeda dengan program layanan keagamaan yang diberikan pada kelompok B.
Program layanan keagamaan tersebut di antaranya:
Pertama, kegiatan Tahfidz
Al-Qur’an. kegiatan tahfidz ini dilakukan setiap pagi dari selama 10 menit
(pukul 08.00 - 08.10). Anak-anak diajak menghafal surah-surah pendek dengan
metode talaqqi (berhadapan langsung antara guru dan murid) dan dengan muraja’ah
(pengulangan). Ustadzah membacakan ayat, kemudian anak-anak mendengarkan
setelah itu menirukan bacaan tersebut secara kelompok atau individu. Setelah
itu, ustadzah mengulang kembali surah yang sudah dilafalkan kurang lebih 3-5
kali pengulangan bacaan surah. Suasana pembelajaran terlihat menyenangkan,
dengan guru memberikan motivasi berupa apresiasi kecil. Anak-anak umumnya
terlihat antusias, meski beberapa masih kesulitan mengikuti lafal dengan benar.
Ustadzah DI menjelaskan bahwa tahfidz dimulai dari
surah-surah pendek seperti Al-fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas. Metode
berhadapan langsung dengan menirukan bacaan dari mimik wajah ustadzah dan
pengulangan dianggap efektif karena anak-anak lebih mudah mengingat melalui
pendengaran. Ustadzah juga menggunakan pendekatan bermain, seperti membuat
kompetisi hafalan untuk meningkatkan semangat anak-anak. Dokumen kurikulum
menunjukkan bahwa tahfidz merupakan bagian wajib dalam jadwal harian. Setiap
anak memiliki buku hafalan dan mencatat kemajuan mereka. Berdasarkan laporan
target hafalan untuk kelompok A yaitu dari surat Al-Fatihah sampai Al-Maun sampai
dua semester.
Kedua, program shalat
berjama’ah dilaksanakan setiap dua kali sehari sebelum pulang sekolah yaitu
shalat dhuha pada pukul 08.15-08.30 dan shalat dzuhur pukul 11.30-11.55. Anak-anak
diarahkan untuk mengambil wudhu terlebih dahulu dengan bimbingan ustadzah.
Selama shalat, ustadzah bertindak sebagai imam dan memberikan instruksi gerakan
serta bacaan.
Selain itu, ustadzah pendamping mengawasi pelaksanaan
dalam shalat. Anak-anak terlihat bersemangat, meski beberapa masih memerlukan
bimbingan dalam gerakan dan bacaan. Bacaan surah yang dibacakan dalam kegiatan
shalat berjama’ah yaitu surah yang sedang dalam proses penghafalan maupun yang
sudah dihafal.
Ustadzah DI menyebutkan bahwa kegiatan ini bertujuan
membiasakan anak melaksanakan shalat secara teratur. Selain itu, anak-anak
diajarkan tata cara berwudhu dan bacaan shalat melalui pendekatan bertahap. Ustadzah
juga sering memberikan cerita singkat tentang keutamaan shalat berjama’ah untuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap ibadah.
Evaluasi harian mencatat kehadiran anak dalam kegiatan
shalat berjama’ah. Berdasarkan laporan anak-anak kelompok A rata-rata telah
memahami posisi shaf shalat, tata cara berwudhu dan gerakan shalat.
Ketiga, hafalan do’a harian
dilakukan setiap pagi dan sebelum kegiatan tertentu, target pada kelompok A
hafalan do’a harian yaitu 10 do’a harian tertentu, seperti do’a sebelum
belajar, do’a sebelum dan sesudah makan, do’a sebelum tidur dan sesudah bangun
tidur, do’a masuk da keluar kamar mandi, do’a turun hujan, do’a selesai belajar
dan do’a penutup majelis. Ustadzah menggunakan nyanyian untuk membantu
anak-anak menginat do’a dengan lebih mudah. Anak-anak terlihat menikmati metode
ini, dan suasana kelas menjadi lebih interaktif.
Ustadzah DI menyatakan bahwa metode bernyanyi sangat
efektif, terutama untuk anak usia dini. Anak diajak menghafal do’a dengan irama
yang menarik, sehingga mereka lebih mudah mengingat dan menerapkan di rumah.
Ustadzah juga meminta kerjasama orang tua untuk mendukung pembiasaan do’a di
lingkungan keluarga. TK Putra Harapan mencantumkan target hafalan do’a harian
untuk setiap bulan. Evaluasi dilakukan melalui penilaian lisan secara individu,
dengan hasil rata-rata anak kelompok A telah menghafal lima do’a harian utama
dalam satu semester.
Keempat, hafalan hadits
pendek dilakukan setiap hari setelah hafalan do’a harian. Target hafalan hadits
pendek pada kelompok A yaitu 5 hadits pendek di antaranya hadits tentang
kebersihan sebagian dari iman, hadits sesama muslim bersaudara, hadits orang
yang bermanfaat, hadits iabadah yang paling utama dan hadits iman yang paling
utama. Ustadzah mengajarkan hadits dengan pengulangan dengan memberikan
penjelasan arti hadits melalui cerita atau ilustrasi sederhana. Anak-anak
terlihat tertarik ketika ustadzah menggunakan media visual untuk membantu
pemahaman mereka.
Ustadzah DI menjelaskan bahwa hadits pendek yang
diajarkan, seperti “kebersihan adalah sebagian dari iman”, hadits ini
dipilih karena yang paling relevan dengan kehidupan anak-anak. anak-anak diajak
berdiskusi tentang penerapan hadits tersebut, misalnya dengan menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
Dokumen pelaporan dalam mencatat hafalan hadits anak pada
kelompok A. Berdasarkan laporan, anak-anak telah menghafal dua hadis pendek
selama satu semester. Penilaian dilakukan secara kelompok untuk mengurangi
tekanan pada anak.
Pada anak (usia 5-6 tahun) di kelompok B mendapatkan
perhatian khusus dalam meningkatkan spiritual mereka melalui kegiatan yang
dirancang untuk menanamkan nilai-nilai islami secara praktis dan menyenangkan.
Program layanan keagamaan di TK Putra Harapan untuk kelompok B sama dengan
kelompok A namun yang menjadi pembeda yaitu target yang dicapai.
Setiap kegiatan yang disusun untuk membangun fondasi
spiritual yang kokoh bagi anak, sekaligus mempersiapkan mereka untuk menjalani
kehidupan dengan nilai-nilai keislaman yang kuat.
Pembahasan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan,
wawancara dengan pendidik dan analisis dokumen terkait pelaksanaan program
layanan keagamaan di kelompok B.
Melalui pendekatan yang terstruktur, sehingga mereka
dapat dengan mudah memahami, menghafal, dan mempraktikkan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari. Pembahasan
berikut akan menjelaskan secara rinci mengenai implementasi program layanan
keagamaan di TK Putra Harapan untuk kelompok B.
Gambar 1 adalah program Tahfidz Al-Qur’an pada kegiatan
tahfidz untuk kelompok B dilakukan setiap pagi selama 20 menit pukul 08.00-08.30.
Anak-anak diajak menghafal surah-surah pendek dengan metode tallaqqi dan
muraja’ah (berhadapan langsung dengan ustadzah dan pengulangan).
Ustadzah membimbing anak-anak secara berkelompok, sementara ustadzah pendamping
membantu anak-anak yang mengalami kesulitan dalam proses penghafalan. Anak-anak
terlihat cukup fokus dan mampu menghafal surah baru dalam waktu yang relatif
singkat.
Gambar 1. Program Tahfidz Al-Qur’an
Ustadzah TR menyatakan bahwa anak-anak usia 5-6 tahun
(kelompok B) memiliki daya ingat yang lebih baik dibanding kelompok usia lebih
muda, sehingga mereka dapat diajak menghafal surah dengan durasi lebih panjang.
Target surah yang diajarkan di antaranya dari surah Al-Fatihah sampai surah
Ad-Dhuha, dan ayat-ayat tertentu QS. Al-Baqarah: 225, Al-Baqarah: 284-286 dan
QS. Al-Kahfi: 1-10. Pengulangan dengan metode muraja’ah dilakukan
sebanyak 5 kali pengulangan untuk setiap kelompok kecil bahkan individu. Dokumen
kurikulum dan evaluasi menunjukkan bahwa anak kelompok B rata-rata mampu
menghafal lima surah pendek selama satu semester. Kemajuan setiap individu
dicatat dalam buku portofolio anak, yang juga dibagikan kepada orang tua untuk
mendorong latihan di rumah.
Gambar 2. Shalat Berjama’ah
Kedua, shalat berjama’ah dilaksanakan setiap hari sebelum
anak pulang sekolah pada Gambar 2. Kegiatan shalat berjama’ah ini dilaksanakan
dua kali dengan rincian shalat dhuha pukul 08.30-09.00 dan shalat dzuhur 11.30-
11.55. Anak-anak diarahkan untuk berwudhu secara mandiri di bawah pengawasan ustadzah.
Selama shalat, salah satu anak secara bergantian dipilih
untuk menjadi imam dengan arahan ustadzah dalam bacaan dan gerakan dengan
tertib. Kelompok B terlihat lebih mandiri dan tertib dalam pelaksanaan shalat
dibandingkan kelompok A, meskipun tetap memerlukan koreksi pada beberapa
bacaan.
Ustadzah TR menjelaskan bahwa anak kelompok B mulai
diajarkan bacaan shalat secara lengkap, termasuk do’a iftitah, tasyahud akhir
beserta dzikir dan do’a diakhir shalat. Bacaan surah pendek pada saat shalat
berjama’ah yaitu surah yang sudah dihafal, proses penghafalan maupun yang akan
dihafal pada anak. Dengan begitu proses hafalan surah lebih ditingkatkan.
Ketika salah satu anak bertindak sebagai imam, ini akan melatih jiwa
keberanian, tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan pada diri anak. Ustadzah menggunakan
pendekatan praktik langsung, di mana anak-anak diminta mengulangi gerakan dan
bacaan hingga lancar. Selain itu, anak-anak diajak berdiskusi tentang
pentingnya shalat sebagai ibadah utama dalam agama Islam.
Dokumentasi pelaksanaan kegiatan menunjukkan bahwa
rata-rata anak kelompok B telah memahami niat berwudhu, tata cara berwudhu,
tata cara berwudhu, do’a selesai berwudhu dan melaksanakan shalat dengan urutan
gerakan yang benar. Buku catatan evaluasi juga mencatat kehadiran dan
keterlibatan anak dalam kegiatan shalat berjam’ah.
Ketiga, hafalan do’a harian yang dilaksanakan setiap pagi
dan menjelang kegiatan tertentu, target pada kelompok B hafalan do’a harian
yaitu 20 seperti dzikir pagi, do’a harian tertentu, seperti do’a sebelum dan
sesudah belajar, do’a sebelum dan sesudah makan, do’a sebelum tidur dan sesudah
bangun tidur, do’a masuk dan keluar kamar mandi, do’a turun hujan, do’a selesai
belajar, do’a sebelum dan sesudah wudhu, do’a berpergian, do’a memakai dan
melepas pakaian, do’a masuk dan keluar masjid, do’a bercermin, do’a penutup
majelis dan dzikir petang. Anak-anak dari kelompok B terlihat lebih percaya
diri saat mengucapkan do’a secara bersama-sama maupun secara individu, meskipun
beberapa masih mengandalkan panduan dari guru.
Ustadzah TR menyebutkan bahwa anak dari kelompok B
diajarkan lebih banyak variasi do’a dibandingkan pada kelompok A, karena
kemampuan verbal mereka sudah lebih berkembang. Metode yang digunakan meliputi
pengulangan, bernyanyi dan diskusi tentang makna do’a. Ustadzah juga melibatkan
orang tua untuk melatih do’a di rumah, sehingga pembiasaan menjadi lebih
efektif.
Dokumentasi evaluasi hafalan menunjukkan bahwa anak
kelompok B rata-rata telah menghafal 10 do’a harian salam satu semester.
Penilaian dilakukan secara individu setiap akhir bulan untuk mengukur kemajuan
pada anak.
Ketiga, hafalan hadits pendek dilakukan setiap hari
setelah hafalan do’a harian. Target hafalan hadits pendek pada kelompok B yaitu
10 hadits pendek di antaranya hadits tentang kebersihan sebagian dari iman, hadits
sesama muslim bersaudara, hadits orang yang bermanfaat, hadits ibadah yang
paling utama dan hadits iman yang paling utama, hadits keutamaan belajar
Al-Qur’an, hadits kepemimpinan, hadits shalat sebagai penyejuk, hadits malu dan
iman dan hadits senyum adalah sedekah.
Anak-anak kelompok B diajarkan hadits yang berkaitan
dengan akhlak mulia, seperti “Kebersihan adalah sebagian dari iman” dan
“Senyum adalah sedekah”. Ustadzah menggunakan metode bercerita dan
memberikan contoh nyata agar anak-anak memahami isi hadits.
Ustadzah menjelaskan bahwa anak kelompok B sudah mampu
memahami makna hadits secara sederhana. Mereka sering diajak berdiskusi tentang
bagaimana menerapkan nilai-nilai hadits dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
menjaga kebersihan atau berbuat baik kepada teman. Ustadzah juga memberikan
tugas kecil, seperti mempraktikkan hadits di rumah dan menceritakan pengalaman
tersebut di kelas. Dokumen pelaporan menunjukkan bahwa anak- anak dari kelompok
B rat-rata mampu menghafal lima hadits pendek setiap semester. Ustadzah
mencatat hafalan anak dalam lembar penilaian, yang juga digunakan untuk
melaporkan perkembangan spiritual anak kepada orang tua.
KESIMPULAN
Program layanan keagamaan di TK Putra Harapan telah
berjalan dengan berhasil menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai spiritual
pada usia dini. Perbedaannya untuk kelompok A difokuskan pada pengenalan dasar
nilai-nilai keagamaan dengan pendekatan yang menyenangkan, sedangkan kelompok B
diarahkan pada pengembangan dan penguatan pemahaman serta kemandirian dalam
praktik keagamaan. Pelaksanaan program ini didukung oleh pendidik yang
kompeten, kurikulum yang terstruktur dan metode yang sesuai dengan karakteristik
anak usia dini.
Keberhasilan program ini terlihat dari kemampuan
anak-anak dalam menghafal, memahami dan mempraktikkan nilai-nilai islami di
kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa program layanan keagamaan di
TK Putra Harapan mampu memberikan fondasi spiritual yang kuat bagi perkembangan
anak yang berkomitmen dalam mencetak generasi muda berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Ambariani, A., & Suryana, D. (2022). Hambatan
Implementasi PAUD Berbasis Holistik Integratif. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5),
5200–5208. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.1599
Asmawati, L. A. (2022). Pelaksanaan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
Usia 4-6 Tahun Melalui E-Parenting Di Masa Normal Baru. Indonesian Journal
of Early Childhood: Jurnal Dunia Anak Usia Dini, 4(1), 46–59.
https://doi.org/10.35473/IJEC.V4I1.1450
ERFAYLIANA, Y. (2017). PENDIDIKAN JASMANI DALAM MEMBENTUK ETIKA, MORAL, DAN KARAKTER. Terampil: Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 2(2), 302–315.
https://doi.org/10.24042/TERAMPIL.V2I2.1299
Habsoh, S., Nasrudin, E., & Rosadi, A. (2021). Pelaksanaan Bimbingan
Belajar oleh Orang Tua dalam Perkembangan Moral Spiritual Anak di Raudhatul
Athfal. Jurnal El-Audi, 2(1), 20–36.
https://doi.org/10.56223/elaudi.v2i1.23
Hafidz Raden Diana Rachmy UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, N. (2021).
Mengasah Kecerdasan Spiritual Melalui
Aktivitas Berdoa pada Anak Usia Dini. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan
Budaya, 7(4), 59–68. https://doi.org/10.32884/IDEAS.V7I4.444
Hermawan, A. (2018). Urgensi Pola Asuh Anak dalam Keluarga di Era
Globalisasi. Interdisciplinary Journal of Communication, 3(1),
105–123. https://doi.org/10.18326/INJECT.V3I1.105-123
Lexy J. Moleong. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja
Rosdakarya.
Munir, A. (2013). Manajemen Pembiayaan Pendidikan dalam Perspektif Islam. At-Ta’dib,
8(2). https://doi.org/10.21111/AT-TADIB.V8I2.502
Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022).
Pengertian Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6),
7911–7915. https://doi.org/10.31004/JPDK.V4I6.9498
Sugiyono;, P. D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Supriani, Y., & Arifudin, O. (2023). Partisipasi orang tua dalam
pendidikan anak usia dini. Plamboyan Edu.
https://jurnal.rakeyansantang.ac.id/index.php/plamboyan/article/view/326
Wiyani, N. A. (2017). Optimalisasi Kecerdasan Spiritual Bagi Anak Usia
Dini Menurut Abdullah Nashih Ulwan. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru
Raudhatul Athfal, 4(2), 77–98. https://doi.org/10.21043/THUFULA.V4I2.2009