GAMES
KaDoKo AND COOKING CLASS
IN CHEMISTRY, FOR WHAT?
Yuliana Dwi Asworo
MAN
10 Jakarta Barat, Indonesia
E-mail: yulianaasworo@gmail.com
The development of science, technology
and art requires
human resources to be able to
compete globally in the 21st century. The effects of the
Covid-19 pandemic require digitalization of education so that
learning activities continue without limitations in space and time. Colloidal
systems are part of chemistry, examples
of which are often found in everyday life. The complexity of the
material in the colloid system in the form
of memorization, usually carried out by teachers
using lecture and discussion methods, makes teachers innovate how to make
learning activities in the classroom fun
and memorable so that the
learning material is understood in accordance with the demands
of the basic
competencies that students must master, both aspects cognitive
and psychomotor, namely KD 3.14 and KD 4.14. One way to make
chemistry learning activities in class meaningful is to
do practicums and play. In this
research, the author conducted qualitative research with a descriptive approach through colloidal domino game (KaDoKo) using an
inquiry method carried out in groups, then each
student wrote down questions along with explanations
of the answers
in a notebook. For the skills domain, students carry out cooking
practice (cooking class), namely making colloid products or food preparations
made from colloids, then presenting the manufacturing process, the type of
colloid produced and the final result
in video as a form of digitalization of education carried out by students.
The teacher ensures that the type
of colloid made by each
group is different to ensure
product variations. The
final result obtained is that students
enjoy learning activities and gain a different learning experience compared to previous learning
and have directed communication skills based on
the products they have made
related to the concept of
colloid systems and there is
an increase in mastery of colloid
concepts compared to the previous
year.
Keywords: digitalization of education, KaDoKo
game, inquiry, colloid, practice cooking
Abstrak
Perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menuntut sumber daya manusia untuk mampu bersaing
secara global di abad ke-21 ini. Efek pandemi Covid-19, menuntut digitalisasi
pendidikan agar kegiatan pembelajaran tetap berlangsung tak terbatas ruang dan
waktu. Sistem koloid merupakan bagian dari ilmu kimia yang contohnya sangat
banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kompleksitas materi dalam sistem
koloid yang berupa hafalan, biasanya dilakukan guru dengan metode ceramah dan
diskusi membuat guru berinovasi bagaimana caranya membuat kegiatan pembelajaran
di kelas berlangsung menyenangkan dan berkesan agar materi pembelajaran dipahami
sesuai dengan tuntutan dalam kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik, baik itu aspek kognitif maupun psikomotoriknya yaitu KD 3.14 dan KD
4.14. Salah satu cara agar kegiatan pembelajaran kimia di kelas menjadi
bermakna adalah melakukan praktikum dan bermain. Dalam penelitian ini penulis
melakukan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui game domino koloid (KaDoKo)
menggunakan metode inkuiri yang dilakukan per kelompok, lalu setiap peserta
didik menuliskan soal beserta penjelasan jawabannya di buku catatan. Untuk
ranah keterampilan, peserta didik melakukan praktik memasak (cooking class)
yaitu membuat produk koloid atau olahan makanan berbahan dasar koloid kemudian
mempresentasikan proses pembuatan, jenis koloid yang dihasilkan dan hasil
akhirnya dalam bentuk video sebagai bentuk digitalisasi pendidikan yang
dilakukan peserta didik. Guru memastikan jenis koloid yang dibuat setiap
kelompok berbeda jenisnya agar terjadi variasi produk. Hasil akhir yang
diperoleh adalah peserta didik menikmati kegiatan pembelajaran dan mendapatkan
pengalaman belajar yang berbeda dibanding pembelajaran sebelumnya serta
memiliki kemampuan berkomunikasi yang terarah berdasarkan produk yang telah dibuatnya
terkait konsep sistem koloid serta terjadi peningkatan penguasaan konsep Koloid
dibandingkan tahun sebelumnya.
Kata Kunci: digitalisasi pendidikan, game KaDoKo, inkuiri, koloid,
praktik memasak
Kimia merupakan bagian dari ilmu sains yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan untuk
mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika
dan energi zat. Kimia berhubungan dengan ilmu fisika dengan ilmu kehidupan
dan ilmu terapan. Kimia mempelajari sifat, struktur, perubahan, hukum dan prinsip yang menjelaskan perubahan, serta konsep
dan teori yang
menafsirkannya, di mana kimia lebih luas daripada angka, rumus dan teori abstrak
Salah satu ujuan
penting mempelajari ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah agar
peserta didik memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta keterkaitan
dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
Pembelajaran dalam konteks mempersiapkan
abad ke-21 mengacu pada konsep pembelajaran yang memberikan pengalaman kepada
peserta didik. Pendidikan abad ke-21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita
bangsa, yaitu manusia yang sejahtera dan bahagia dengan kedudukan yang setara
dengan bangsa lain di dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri
dari sumber daya manusia yang berkualitas yaitu mandiri, mau dan mampu
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.
Komponen prestasi belajar dalam kerangka
pembelajaran abad ke-21 disusun sedemikian rupa untuk menjamin kesiapan seluruh
peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup di abad ke-21. Pendukung sistem
pembelajarannya berkaitan dengan standar penilaian, desain kurikulum dan
prosedur pengajaran, pengembangan kompetensi profesional guru dan lingkungan
pembelajaran. Pembelajaran inovatif sebagai sistem pendukung pembelajaran abad
ke-21 diperlukan untuk melibatkan peserta didik yang diselenggarakan melalui praktik
keterampilan dan pengetahuan, teknologi yang sesuai dan hubungan dunia nyata
untuk menjadikan pembelajaran kontekstual, sesuai konten dan menarik.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni menuntut sumber daya manusia untuk mampu bersaing secara global di
abad ke-21 ini. Arus globalisasi ini mengharapkan sumber daya manusia yang
melek sains, teknologi dan pengetahuan baru yang merupakan capaian belajar yang
lebih tinggi. Kondisi ini memberikan tantangan kepada pemerintah, akademisi dan
pemangku kepentingan pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas di masa depan dan juga generasi profesional yang berkarakter baik
serta dapat mengemban tujuan pembentukan karakter generasi emas Indonesia 2045.
Pasalnya, pada tahun 2045 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yang
merupakan penduduk usia produktif (15-64 tahun) terbesar sepanjang sejarah.
Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai
aktivitas masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan
Topik koloid yang dipelajari di kelas XI
tidak melibatkan perhitungan matematika seperti pada stoikiometri,
kesetimbangan kimia, laju reaksi dan termokimia. Contoh fenomena koloid dalam
kehidupan sehari-hari adalah sorot lampu mobil pada malam yang berkabut atau
proyektor di ruang kelas gelap dan berkas sinar matahari melalui celah jendela
di pagi hari menunjukkan adanya efek
pembiasan cahaya oleh partikel koloid yang disebut efek Tyndall
Materi koloid bersifat kompleks dan banyak
hafalan seperti pada jenis-jenis koloid, cara pembuatannya dan sifat-sifatnya
mengakibatkan sulit dipahami peserta didik sehingga mereka kurang berminat
mempelajarinya. Peserta didik menganggap materi kimia sulit dan tidak
menyenangkan saat belajar, sehingga muncul rasa tidak tertarik untuk belajar
dan nilai yang diperoleh peserta didik di bawah rata-rata
Upaya yang dapat dilakukan untuk menarik
perhatian, meningkatkan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar peserta
didik salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan dan
menerapkan prinsip permainan
Praktikum adalah kegiatan yang bertujuan
untuk membekali peserta didik agar lebih dapat memahami teori dan praktik
Kegiatan praktikum adalah metode yang
mengutamakan proses dan bekerja untuk menemukan konsep ilmiah bagi diri sendiri
berdasarkan proses, observasi, analisis, pembuktian dan penarikan kesimpulan
tentang suatu objek
Praktikum dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran kimia melalui dua pendekatan yaitu pendekatan verifikasi dan
pendekatan inkuiri, di mana dalam pendekatan verifikasi guru menjelaskan konsep
dan prinsip terlebih dahulu, kemudian peserta didik memverifikasinya dengan
praktikum
Dalam
pembelajaran koloid ini, praktikum yang dilakukan adalah melakukan praktik
membuat atau memasak produk koloid atau olahan koloid sebagai implikasi nilai
keterampilan pada KD 4.14 Pembelajaran koloid dengan model inkuiri melibatkan
kegiatan praktikum, yaitu memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan
masalahnya dan menyelesaikannya seperti seorang ilmuwan
Perkembangan
teknologi yang semakin pesat mendorong perkembangan teknologi ke arah dunia
digital, yang dikenal dengan digitalisasi pendidikan, di mana pendayagunaan
teknologi ini terdapat dalam sistem pembelajaran hingga ke administrasinya
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan digitalisasi pendidikan dalam hal pembuatan
media pembelajaran hingga tuntutan yang dicapai peserta didik yaitu pembuatan
video sebagai penerapan KD 4.14 sebagai salah satu bentuk digitalisasi
pendidikan.
Media
yang digunakan guru adalah KaDoKo (Kartu Domino
Koloid), yang dimainkan seperti permainan kartu domino biasa dengan modifikasi
bentuk dan soal yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Tujuan
penelitian ini adalah menciptakan pembelajaran bermakna di mana peserta didik
mengalami langsung apa yang dipelajarinya, membuat pembelajaran kimia yang
aktif, menyenangkan, memberi pengalaman berharga dalam permainan dan praktik
serta menumbuhkan jiwa kompetitif yang akan memunculkan jiwa kewirausahaan
peserta didik, sehingga rumusan masalahnya adalah bagaimana penerapan game
KaDoKo (kartu Domino Koloid) dalam pembelajaran kimia
di Madrasah sebagai penguatan konsep koloid? dan bagaimana bentuk digitalisasi
pendidikan pada praktik memasak di kelas (cooking
class) dalam pembelajaran kimia di Madrasah?
Dengan demikian tujuan penelitiannya adalah
untuk mengetahui bagaimana penerapan game KaDoKo (Kartu Domino Koloid) dalam pembelajaran kimia di
Madrasah sebagai penguatan konsep koloid dan mengetahui bagaimana bentuk
digitalisasi pendidikan pada praktik memasak di kelas (cooking
class) dalam pembelajaran kimia di Madrasah.
Manfaat
penelitian ini ditunjukkan kepada 3 pihak, yaitu:
1. Manfaat Bagi Peserta Didik
a. Melatih peserta didik agar
lebih aktif belajar, antusias dan mampu bekerja sama dalam tim/kelompok yang
dilandasi atas dasar kejujuran, saling membantu, pantang menyerah dan ulet
dalam mencari jawaban dan menjawab soal.
b. Agar seluruh peserta didik
kelas XI IPA maupun peserta didik lainnya menikmati pelajaran kimia dengan cara
bermain game KaDaKo
dan melakukan praktik memasak agar lebih mudah diingat.
c. Seluruh peserta didik yang
mempelajari kimia agar dapat bereksplorasi dalam praktikum sehingga
menghasilkan hasil dan informasi yang variatif.
2. Manfaat Bagi Guru
Agar dapat mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai
materi yang dipelajari, lebih kreatif dan membuat pembelajaran yang bermanfaat
bagi peserta didik serta dapat diterapkan guru sebagai bentuk variasi
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta
didik untuk mengaitkan konten materi pada kehidupan sehari-hari dan mendukung
terlaksananya partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
3. Manfaat bagi Madrasah
Dapat
memberikan sumbangan untuk perbaikan dan peningkatan mutu madrasah serta hasil
inovasi media pembelajaran ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru
lainnya untuk penelitian selanjutnya.
METODE
Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2022/2023 semester genap pada
bulan Mei 2022 – Juli 2022. Tempat penelitian di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
10 Jakarta yang berlokasi di Jalan joglo Baru No. 77, Kelurahan Joglo Kecamatan
Kembangan, Jakarta Barat.
Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan subjek penelitiannya adalah seluruh peserta
didik kelas XI IPA1 dan 2, dimana sampelnya dipilih
secara purposive sample
berdasarkan adanya tujuan tertentu, yaitu beberapa peserta didik yang
diwawancara dan diambil datanya terkait pelaksanaan pembelajaran.
Seluruh
kegiatan pembelajaran mengadopsi aktivitas inkuiri terbimbing, yaitu suatu proses yang terdiri
dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan peserta didik dan kompetensi-kompetensi
mendasar yang diperlukan oleh aktivitas-aktivitas tersebut
1. Tahap Orientasi (orientation)
Pembelajaran Koloid diawali
dengan:
a. Memperkenalkan kompetensi
dasar yang harus dikuasai peserta didik setelah mempelajari koloid, yaitu KD
3.14 (Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid. Menjelaskan kegunaan koloid
dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya) dan KD 4.14 (Membuat makanan atau
produk lain berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid) yang terdapat dalam
buku paket maupun LKS.
b. Menjelaskan tujuan dan manfaat
mempelajari materi Koloid dan
c. Menjelaskan proyek akhir yang
akan dilakukan untuk memperoleh nilai keterampilan adalah praktik membuat
produk koloid, di mana masing-masing kelompok harus berdiskusi menentukan
produk yang akan dibuat beserta alat dan bahan yang akan disiapkan serta
tagihannya adalah video yang di upload ke
salah satu akun Youtube peserta didik sebagai implementasi digitalisasi
pendidikan.
2.
Tahap
eksplorasi (exploration)
Pada Tahap ini yang dilakukan adalah:
a. Peserta didik berdiskusi
menentukan produk koloid yang akan dibuatnya.
b. Guru memilih perwakilan tim
ahli dari tiap kelompok yang sudah tersusun sebelumnya sebanyak 6 orang dari
masing-masing kelompok dan mereka memilih paket KaDoKo
yang telah disiapkan guru di atas meja dengan ketentuan yang bisa menjawab
pertanyaan guru adalah yang bisa memilih paket terlebih dahulu.
c. Menjelaskan aturan permainan KaDoKo.
d. Mempersilahkan tim ahli
kembali ke kelompoknya dan menjelaskan aturan permainan KaDoKo
yang harus diselesaikan bersama anggota kelompoknya.
3. Tahap Pembentukan konsep dan
Aplikasi (concept formation
and application).
Tahap ini dilakukan dengan
melakukan permainan KaDoKo dalam kelompok yang
dilakukan selama 2 kali pertemuan, di mana masing-masing anggota kelompok harus
menulis soal, jawaban beserta penjelasan jawabannya untuk menguatkan konsep
tentang materi Koloid. Pertemuan selanjutnya melakukan praktik pembuatan produk
Koloid dan membuat video presentasi penjelasannya yang dipublikasikan dalam
Youtube salah satu anggota kelompok.
4. Tahap Evaluasi (evaluation)
Kegiatan evaluasi dilakukan
selama proses pembelajaran dan akhir pembelajaran, yaitu menilai aktivitas
peserta didik dalam permainan, penulisan hasil bermain KaDoKo
maupun praktik membuat produk olahan koloid dan menilai hasil soal dan jawaban KaDoKo yang telah ditulis dalam buku catatannya serta untuk
evaluasi membuat produk olahan Koloid dilakukan dengan membuat video yang di-upload ke dalam Youtube peserta didik.
Data
pada penelitian diperoleh dengan tes domino koloid berupa paket permainan
berisi 20 soal, lembar observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan saat
penelitian ini di antaranya, yaitu lembar pedoman wawancara
semi terstruktur, soal tes literasi sains, reflektif jurnal dan lembar observasi.
Prosedur teknik olah dan analisis data
yaitu data direduksi, disajikan, lalu ditarik
kesimpulan dan verifikasi untuk menjamin signifikansi penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap
Persiapan pembuatan KaDoKo
Hal
pertama yang dilakukan guru adalah pembuatan media pembelajaran. Untuk membuat
variasi pembelajaran dalam mengerjakan soal, guru menugaskan peserta didik
membuat soal tentang koloid, di mana masing-masing kelompok membuat soal dan
jawabannya, lalu dikumpulkan dan dikoreksi guru. Setelah soal yang dibuat valid
dan berhubungan dengan materi koloid selanjutnya membuat desain rancangan
domino yang akan dibuat dengan memposisikan soal dan
jawabannya dalam kartu yang berbeda hingga tersusun 20 kartu soal dan jawaban
yang saling berhubungan dengan menggunakan aplikasi Canva
seperti pada Gambar 1, lalu mencetaknya dengan kertas foto seperti yang
terlihat pada Gambar 2.
Pembuatan
KaDoKo ini penulis lakukan pada tahun pelajaran
2021/2022 sebagai arsip media pembelajaran. Di sinilah letak digitalisasi
pembelajaran dimulai, yaitu pembuatan KaDoKo.
Aplikasi ini penulis pilih karena dapat digunakan pada telepon genggam sehingga
lebih mudah dan memuat banyak template yang
bervariasi menghasilkan tampilan warna yang menarik dan tidak membosankan.
Gambar 1 Desain Pembuatan KaDoKo
dengan Canva
Gambar 2 Enam Set KaDoKo
Tahap
pelaksanaan
Tahap
pelaksanaan ini dilakukan dengan 2 tahap, yaitu:
1) Memberikan link
materi Koloid yang telah penulis buat dengan Canva,
dengan link https://www.canva.com/,
ini adalah digitalisasi pendidikan yang kedua yang penulis lakukan, di mana
dalam materi ini penulis mengkombinasikan antara
aplikasi padlet, https://padlet.com/
untuk melakukan brainstorming dan
memasukkan tes penilaian harian dengan soal online
melalui https://quizizz.com/
yaitu suatu platform yang dikhususkan untuk pembelajaran online peserta didik selama pandemi dan merupakan
permainan berbasis penilaian
2) Melakukan game
menggunakan media KaDoKo yang telah dibuat selama dua
kali pertemuan, di mana pertemuan pertama peserta didik melakukan permainan secara
berkelompok dengan 1 orang tim ahli sebagai asisten guru terlihat pada Gambar 3
yang bertugas mengecek jawaban temannya dalam kelompok dan memastikan semua
kartu terjawab dengan berpasangan semuanya dan pertemuan selanjutnya menuliskan
soal dengan jawaban yang benar disertai penjelasan jawabannya agar peserta
didik memahami hubungan sebab akibat dari pertanyaan yang diberikan dengan
jumlah 1 set kartu soal sebanyak 20 buah.
Gambar 3 Tim Ahli Perwakilan tiap Kelompok
Mengambil Set KaDoKo
3)
Melakukan
praktik masak sebagai penerapan kompetensi dasar (KD) 4.14 pada Gambar 4, yaitu
membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip
koloid. Penulis memberikan arahan bahwa peserta didik bebas membuat makanan
atau minuman apa pun yang sesuai dengan KD tersebut dengan bahan-bahan yang
mudah diperoleh sesuai kesepakatan kelompok dengan masing-masing kelompok harus
berbeda judulnya. Penilaian antar teman juga dilakukan dengan menilai hasil
produk olahan koloid teman-temannya berdasarkan rasa dan kualitas tampilan yang
paling menarik.
Gambar 4 Contoh Membuat Produk Koloid berupa Jely dan Mayonaise
Tugas
akhir pembuatan Video Koloid untuk kelas XI IPA1 dan XI IPA2, peneliti rangkum
sebagai berikut:
Kelas XI IPA 1
–
kelompok 1 (es
krim milo)
–
kelompok 2 (whipcream)
–
kelompok 3 (roti
bakar)
–
kelompok 4 (dalgona coffee)
–
kelompok 5 (jelly)
–
kelompok 6 (es
krim oreo)
Kelas XI IPA 2
–
kelompok 1 (es
agar agar selasih)
–
kelompok 2 (milk tea)
–
kelompok 3 (es
lumut bu rahma)
–
kelompok 4 (sandwich)
–
kelompok 5 (omelette)
–
kelompok 6 (butter)
Gambar 5 Tampilan Bagian Video Kelas XI IPA1 pada Pembuatan Dalgona Coffee
Gambar 6 Penjelasan Konsep Koloid dalam Video Kelas XI IPA2
Tugas di atas
menunjukkan digitalisasi pendidikan yang dilakukan peserta didik, yaitu
menggunakan Youtube sebagai sarana mengaktifkan kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa video membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran
Hasil-hasil
yang sudah dicapai dan keunggulan dari pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilakukan adalah:
a.
Media pembelajaran KaDoKo
ini merupakan media pembelajaran yang tak lekang oleh waktu, karena media dapat
digunakan untuk mengatasi kendala efektivitas pembelajaran
Dalam observasi guru terlihat kerja sama antar peserta
didik untuk menjawab soal yang diberikan dengan mencari dari berbagai sumber
belajar yang tersedia, buku paket, maupun LKS dan tim ahli dalam kelompok
melakukan tugasnya dengan maksimal, yaitu memastikan semua anggota kelompoknya
bekerja, belajar dan berdiskusi bersama agar terbentuk 1 lingkaran utuh jawaban
yang benar. Tim ahli juga sangat membantu rekan-rekannya dalam kelompok untuk
menyelesaikan paket Kadoko ini terselesaikan selama
pembelajaran berlangsung.
Gambar 7 Melakukan game KaDoKo
b.
Peserta didik belajar dengan bermain, sehingga
mereka menikmati pembelajaran dan memahami konsep koloid dengan baik, hal ini
dibuktikan dengan jawaban peserta didik saat menyelesaikan laporan hasil game KaDoKo terlihat pada
Gambar 8, menunjukkan 100% peserta didik dapat menjawab soal yang diberikan
serta memberikan penjelasan jawaban secara lebih lengkap dengan mengaitkan
konsep koloid dalam KaDoKo dengan materi yang
lainnya.
Gambar 8 Laporan hasil Games KaDoKo
Contoh
jawaban salah satu siswa dengan inisial NMK pada topik jenis-jenis koloid
adalah:
Soal:
Penyusun sistem koloid debu adalah…
Pasangan
jawaban: padat terdispersi dalam gas
Penjelasan:
Koloid debu terbentuk ketika partikel-partikel kecil dan zat padat terdispersi
dalam udara atau gas. Partikel-partikel tersebut terlalu kecil untuk jatuh ke
bawah karena gaya tarik gravitasi yang kecil, sehingga partikel-partikel ini
tetap terapung di udara dan membentuk koloid aerosol padat.
Jawaban soal
yang lain oleh HNS pada topik sifat-sifat koloid yaitu:
Soal: Pada
pembuatan es krim, cat, atau tinta terdapat koloid yang membentuk lapisan di
sekeliling koloid yang lain, disebut?
Pasangan
jawaban: koloid pelindung
Penjelasan:
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk tertentu untuk penggunanya.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling
koloid tersebut, yang disebut koloid pelindung.
Jawaban
tersebut menunjukkan proses berpikir analitis, yaitu C4 dalam taksonomi Bloom sehingga menguatkan pemahaman konsepnya tentang
koloid. seperti gagasan Dewey yang menganggap konsep
sebagai aturan untuk tindakan atau langkah yang harus dilakukan dengan
membentuk. Konsep bukanlah sesuatu yang final atau statis, melainkan
terintegrasi dalam aktivitas penyelidikan yang dinamis
c.
Memadukan Kimia dengan pembelajaran Pendidikan
Kewirausahaan (PKwu) dalam praktik memasak produk
olahan koloid terlihat pada Gambar 9, sehingga peserta didik menikmati Kimia
sebagai ilmu yang menyenangkan karena hasil olahan produknya bisa digunakan
untuk wirausaha (enterpreneurship). Hal
tersebut penulis dapatkan saat melakukan wawancara dengan beberapa peserta
didik bahwa mereka mendapatkan ide untuk berjualan es puding coklat, Dalgona Coffe, sandwich serta mayonaise.
Pertanyaan:
Ide apa yang kamu dapatkan setelah praktikum kimia pada bab Koloid ini?
Jawaban
1: “Saya mau jualan dalgona coffe
bu, nanti saya tawarin sodara saya-enak dan gampang ternyata ya bu”. (AN)
Jawaban
2: “Saya mau jual es puding coklat bu, kira-kira laku
ga ya bu?” (NF)
Jawaban 3: “Kalau saya mau bikin mayonaise
bu, enak dan lebih sehatkan ini ga
pakai pengawet-tinggal taruh di kulkas aja kan bu”.
Gambar 9 Salah satu hasil produk koloid Dalgona
Coffee
d.
Pembelajaran kimia dengan dan praktik membuat produk
olahan Koloid mampu meningkatkan pemahaman peserta didik tentang konsep dan
sifat-sifat koloid sesuai Kompetensi dasar (KD) 3.14 dan 4.14 yang diharapkan
dalam kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2022/2023, dibuktikan dengan naiknya
nilai rata-rata PH pada KD 3.14 kelas XI IPA1 82% dan XI IPA2 meningkat juga
dengan jumlah peserta didik yang di bawah KKM hanya berjumlah 3 orang terlihat
pada Gambar 10.
Gambar 10 Rata-rata PH Koloid kelas XI IPA2
Gambar 11 Rata-rata PH Koloid kelas XI IPA2 dari laporan Quizizz
Berdasarkan
laporan Quizizz pada Gambar 11 diketahui peserta
didik yang mengikuti tes berjumlah 33 orang, tetapi usaha peserta berjumlah 36
orang. Hal ini menunjukkan ada 3 peserta didik yang 2 kali masuk mengerjakan
tes dengan nilai salah satunya dinolkan, sehingga
nilai rata-ratanya rendah, padahal jika dianalisis per peserta didik, hanya 5
orang yang mendapat nilai di bawah KKM, yaitu 72 dan 68, sehingga nilai
rata-ratanya menjadi lebih tinggi.
Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa praktikum dapat di integrasikan dalam
pembelajaran kimia melalui dua pendekatan yaitu pendekatan verifikasi dan
pendekatan inkuiri, di mana dalam pendekatan verifikasi guru menjelaskan konsep
dan prinsip terlebih dahulu, kemudian peserta didik memverifikasinya dengan
praktikum
e.
Pembelajaran kimia dengan metode pembelajaran aktif
dan kreatif bagi peserta didik sangatlah menarik dan
menyenangkan, salah satunya dengan permainan (game)
menggunakan media pembelajaran KaDoKo sebagai upaya
memaksimalkan kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan kreatif. Games
adalah suatu hal yang menyenangkan dan setiap anak suka memainkannya, di mana game menambahkan variasi pembelajaran dan
meningkatkan motivasi belajar (Lewis & Bedson, n.d.), seperti yang
penulis buat dalam video berikut https://drive.google.com/file/d/1Kpy9RDuZnCzj-9T8tcaA2jbBDVRlRKuv/view?usp=sharing
Gambar
12 Salah satu bagian tampilan video peneliti
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari penelitian yang telah penulis lakukan di MAN 10 Jakarta adalah penerapan game KaDoKo (kartu Domino
Koloid) dalam pembelajaran kimia sangat efektif dilakukan karena terbukti
memunculkan rasa antusias antar peserta didik untuk menyelesaikan pembelajaran
dengan riang gembira dan terwujud jiwa kompetitif untuk menyelesaikan game tersebut tepat waktu, hal tersebut ditunjang
dengan meningkatnya nilai penilaian harian peserta didik pada materi koloid
dibandingkan tahun sebelumnya.
Praktik
memasak (cooking class)
dalam pembelajaran kimia di Madrasah memberikan nuansa baru bagi peserta didik,
bahwa mereka bisa membuat produk koloid atau produk olahan koloid dengan
memvariasikannya agar lebih bernilai dan lebih menarik untuk dikonsumsi serta
dapat mengaitkan proses pembuatannya dengan konsep koloid yang telah
dipelajarinya. Kekurangannya adalah butuh waktu lebih lama dari yang seharusnya
2 jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran untuk peserta didik menyiapkan alat dan
bahan, pembuatan hingga penyajian.
Proses
digitalisasi pendidikan yang dilakukan dimulai dari guru yang mencotohkan membuat media pembelajaran KaDoKo,
dilanjutkan oleh peserta didik untuk membuat tayangan video penerapan koloid
dalam membuat produk makanan atau olahan koloid sebagai implementasi kegiatan
aspek psikomotorik pada KD 4.14.
DAFTAR PUSTAKA
Aswan, H. (206 C.E.). Strategi
Pembelajaran Berbasis PAIKEM Edisi Revisi. Aswada
Pressindo.
Dwi Asworo,
Y. (2020). PENGGUNAAN KARTU “MATCH GAME FOR BILOKS” UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK KELAS X IPA2 MAN 10 JAKARTA. Wawasan:
Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta,
1(2), 54–62. https://doi.org/10.53800/wawasan.v1i2.37
Eliyarti, E. , R. C. , & Z. Z. (2020). Deskripsi Pengetahuan
Awal Alat Praktikum Materi Koloid dalam Perkuliahan Kimia Dasar Mahapeserta didik Teknik. Dalton: Jurnal Pendidikan
Kimia Dan Ilmu Kimia, 3(1), 14–25.
Erna, M. (n.d.).
Use of Media Colloid
Domino Card Game for Improving Learning Achievement of Students in Class Xi Sma
Negeri 1 Tapung Hulu. 1–11.
Fikrinda, C. N. (2022). Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia
Berbasis Chemistry Entrepreneurship
Pada Materi Koloid Di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya.
Gazali, Z. (2015). Pengembangan
Bahan Ajar Kimia Materi Koloid untuk SMA Kelas XI IPA Semester II Berdasarkan
Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Jurnal Kependidikan, 14(4),
417–425.
Husna, A. , & H. H. (2023).
Pengembangan video pembelajaran praktikum koloid untuk peserta didik kelas XII
SMA Negeri 8 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahapeserta
Didik Pendidikan Kimia, 7(2), 68–80.
Lestari, A. P. , K. S. , N. F.
(2023). Implementasi Digitalisasi Pendidikan terhadap Pembelajaran di SDN Ciptamargi I. PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PENELITIAN
DAN PENGABDIAN UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG, 3(1),
718–725.
Mayang Sari, S. , P. S. R. , &
F. (2016). Pengaruh Model Siklus Belajar 5E Pada Praktikum Koloid Terhadap
Hasil Belajar Peserta didik Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Pontianak.
Nisa, U. M. (2017). Metode
Praktikum untuk Meningkatkan Pemahaman dan Hasil Belajar Peserta didik Kelas V
MI YPPI 1945 Babat pada Materi Zat Tunggal dan Campuran. Procceding
Biology Education Conference, 14(1), 62–68.
Rönnebeck, S., Bernholt, S., & Ropohl, M. (2016). Studies in Science Education Searching for a common ground – A literature review of empirical research
on scientific inquiry activities. Studies in Science Education, 7267, 1–37.
https://doi.org/10.1080/03057267.2016.1206351
Saija, M. , & B. K. (2022). LKM berbasis inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konseptual dan motivasi belajar kimia.
4, 1–7.
Siahaan, K. W. A., Simangunsong, A.
D., Nainggolan, L. L., & Simanjuntak, M. A. (2020). PENGEMBANGAN BAHAN
AJAR KIMIA MATERI KOLOID UNTUK SMA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DENGAN
MEDIA ANIMASI. JURNAL NALAR PENDIDIKAN, 8(2), 130.
https://doi.org/10.26858/jnp.v8i2.15376
Supasorn, S., & Promarak, V. (2015). Implementation of 5E inquiry incorporated with analogy learning
approach to enhance conceptual understanding of chemical reaction rate for grade
11 students. Chemistry
Education Research and Practice, 16(1),
121–132. https://doi.org/10.1039/c4rp00190g
Suryadi, A., Berdiati,
I., Qonitah, L., & Mashum, M. M. (2023).
KEMANFAATAN BAHAN AJAR VIDEO PADA PELATIHAN JARAK JAUH CALON TUTOR IKM BDK
JAKARTA. Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat
Keagamaan Jakarta, 4(2), 170–186.
https://doi.org/10.53800/wawasan.v4i2.271
Westerblad, O. (2024). Deweyan conceptual engineering: reconstruction, concepts, and philosophical inquiry. Inquiry, 67(3),
985–1008. https://doi.org/10.1080/0020174X.2022.2118163
Zainuddin, Z. (2023). Integrating ease of use and
affordable gamification-based
instruction into a remote learning environment. Asia Pacific Education
Review.
https://doi.org/10.1007/s12564-023-09832-6