UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MATERI DESCRIPTIVE
TEXT DAN PARTISIPASI PESERTA DIDIK MELALUI PRAKTIK PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI
Rini Silvana
MAN 1 Kota Tangerang, Indonesia
E-mail: rinisilvana109@gmail.com
Abstract
This research aims to describe
how differentiated learning helps improve learning outcomes and learners’
participation during learning and how
learners perceive learning experiences that accommodates their varied learning
needs. To achieve this goal, classroom
action research was carried out
with a process of planning, implementing,
developing and reflecting in grade X (ten) IPS 2 MAN 1 Tangerang Municipality.
Differentiated learning is applied during
the process of learning descriptive
texts with local wisdom context. This research used
teacher’s journal, tests, and interviews
to obtain data. The data was then analyzed
descriptively and comparatively to determine the progress
of students in learning descriptive texts from cycle
1 to cycle 2. Teacher journals and interviews helped record learners’
participation during the process and
understand their attitudes towards the implementation of differentiated instruction. The results of the study indicate
that differentiated learning helps improve student learning outcomes where, before the
intervention, the average score achieved
by students was 72.5 with a percentage of 47.5% in the insufficient criteria. This increased to 77.5 with a percentage of 67.5% in the sufficient category in cycle 1. The average student score in cycle 2 was 83.27 with a percentage of 86% in the very
good criteria. Observations recorded in the teacher's journal confirmed the increase
in learners’ participation
as seen in their readiness and preparation,
participation in discussion
as well as response to questions. The interview results reinforced the positive attitude of students towards
the experience of learning descriptive
texts with differentiated instruction practices.
Keywords: differentiated
learning, learning outcomes, participation
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi
membantu meningkatkan hasil belajar dan partisipasi peserta didik serta
bagaimana sikap peserta didik terhadap pengalaman belajar yang mengakomodasi
kebutuhan belajar peserta didik yang bervariasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan proses perencanaan,
pelaksanaan, pengembangan dan refleksi di kelas X (sepuluh) IPS 2 MAN 1 Kota
Tangerang. Pembelajaran berdiferensiasi ini
diterapkan selama proses pembelajaran teks Deskriptif dengan konteks kearifan
lokal. Penelitian ini menggunakan jurnal guru, tes, dan wawancara untuk
memperoleh data. Data kemudian dianalisis secara deskriptif komparatif, untuk
mengetahui kemajuan peserta didik dalam mempelajari teks deskriptif dari siklus
1 ke siklus 2. Jurnal guru dan wawancara membantu mencatat partisipasi peserta
didik selama proses dan mengetahui sikap peserta didik terhadap pelaksanaan
pembelajaran berdiferensiasi. Hasil penelitian mengindikasikan
pembelajaran berdiferensiasi membantu meningkatkan
hasil belajar peserta didik di mana sebelum tindakan nilai rata-rata yang
dicapai peserta didik adalah 72,5 dengan persentase 47,5% kriteria kurang,
meningkat menjadi 77, 5 dengan persentase 67,5% kategori cukup di siklus
1. Rata-rata peserta didik pada siklus 2
adalah 83,27 dengan persentase 86% kriteria baik sekali. Hasil pengamatan yang dicatat dalam jurnal
guru selama tindakan mengkonfirmasi peningkatan partisipasi aktif peserta didik
dilihat dari kesiapan dan persiapan, keaktifan dalam diskusi dan respons
terhadap pertanyaan. Hasil wawancara menguatkan sikap positif peserta didik
terhadap pengalaman belajar teks deskriptif dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi. Penelitian ini merekomendasikan
implementasi pembelajaran berdiferensiasi untuk
meningkatkan hasil belajar dan partisipasi peserta didik bahasa inggris materi
teks deskriptif.
Kata Kunci: pembelajaran berdiferensiasi, hasil belajar, partisipasi
PENDAHULUAN
Memiliki peserta didik dengan kemampuan
beragam dalam satu kelas adalah situasi yang lazim namun cukup membuat
frustrasi. Pendidik perlu persiapan materi dan aktivitas yang lebih matang
serta variasi dalam pendekatan pembelajaran. Pendidik pun perlu mengelola kelas
dengan lebih hati-hati agar semua peserta didik berpartisipasi dan terlibat
secara efektif dalam proses pembelajaran. Pun pendidik tetap harus memastikan
tujuan pembelajaran tercapai dan hasil belajar peserta didik memuaskan.
Intinya, kemampuan tidak merata peserta didik dalam satu kelas adalah hal biasa
tetapi membuat pendidik terganggu karena kondisi ini dapat mempengaruhi hasil
belajar dan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran (Tomlinson, C. A. & Moon, 2014)
Tidak lepas dari pengecualian pada
pembelajaran bahasa Inggris di mana peserta didik memiliki kemampuan yang juga
beragam. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang memuaskan
sesuai target perlu implementasi metode yang tepat. Pembelajaran berdiferensiasi dianggap pendekatan pembelajaran yang tepat
untuk mengakomodasi baik kemampuan peserta didik yang tidak seragam, maupun
gaya belajar, minat, serta pengetahuan sebelumnya yang juga bervariasi
Penelitian lain berkenaan dengan efektivitas
pembelajaran berdiferensiasi di kelas di antaranya
adalah Suwartiningsih (2021), yang hasil penelitiannya memastikan
adanya peningkatan hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran IPA di
kelas IX SMP, di mana selama proses pembelajaran itu motivasi belajar peserta
didik turut meningkat. Selanjutnya, penelitian Magableh & Abdullah (2020) yang menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas-kelas dengan
kemampuan campuran meningkatkan motivasi, interaksi, dan tingkat kemahiran
peserta didik, serta meningkatkan pencapaian belajar secara keseluruhan.
Di kelas di mana peneliti adalah guru
mata pelajaran untuk 36 peserta didik, telah berusaha menerapkan pembelajaran
yang menyenangkan peserta didik, dengan aktivitas berpasangan, berkelompok
dengan dibantu dengan kuis-kuis interaktif. Namun hasilnya kurang maksimal
karena ada peserta didik mendapat hasil sangat memuaskan dan tampak menikmati
proses, sementara mayoritas berjuang untuk mencapai nilai sesuai kriteria
tuntas dan sebagian besar pasif di kelas, menyerah pasrah pada peserta didik
yang mereka anggap unggul di mata pelajaran bahasa inggris.
Dengan membaca data nilai yang ada dan
pengamatan selama proses pembelajaran, peneliti sementara membuat simpulan ke-tidakefektif-an ini karena kemampuan bahasa inggris
peserta didik yang tidak merata, penyampaian materi yang hanya mengakomodir gaya belajar visual saja, dan aktivitas
kelompok yang monoton.
Merujuk dari hasil penelitian tentang
efektivitas penerapan pembelajaran berdiferensiasi,
peneliti memilih pendekatan ini untuk diterapkan. Dalam praktiknya,
pembelajaran berdiferensiasi ini mengakomodasi
kebutuhan belajar peserta didik baik dari kemampuan beragam, gaya belajar dan dinamika belajar
berkelompok, berpasangan serta individu agar
setiap peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan hasil
belajar masing-masing pun optimal (Imbeau & Tomlinson, 2013). Dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi ini, diharapkan pendidik dapat membantu
peserta didik meningkatkan hasil belajar dan partisipasi mereka di kelas.
Penelitian tindakan kelas selanjutnya
didesain karena sesuai tujuan intinya, meningkatkan praktik pengajaran dan
hasil belajar peserta didik, secara langsung di lingkungan kelas. Dengan
penelitian tindakan kelas ini, peneliti dapat memantau, mengevaluasi
efektivitas pembelajaran berdiferensiasi, dan
mengambil keputusan berbasis bukti untuk penyesuaian yang cepat dan tepat bagi kebutuhan belajar peserta didik. Selain
itu, kemampuan reflektif peneliti menjadi terlatih dan pada akhirnya membantu
meningkatkan hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran secara
berkelanjutan (Suryadi, Asip & Berdiati, 2018).
Penelitian ini menjawab tiga rumusan
masalah berikut ini: (1) Bagaimana praktik pembelajaran berdiferensiasi
diterapkan di kelas bahasa Inggris dengan profil peserta didik yang beragam?
(2) Bagaimana praktik pembelajaran berdiferensiasi
membantu meningkatkan hasil belajar dan partisipasi peserta didik? dan 3) Bagaimana pandangan peserta didik
terhadap kegiatan pembelajaran berdiferensiasi di
kelas bahasa Inggris mereka?
Penelitian tindakan kelas dengan
praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas
bertujuan untuk membantu peserta didik, tidak hanya mendapat hasil belajar
maksimal, tetapi juga meningkatkan partisipasi mereka dalam proses
pembelajaran. Bagi peneliti yang juga guru, penelitian ini tentunya membantu
guru memperbaiki pembelajaran di kelas yang juga berimbas pada tercapainya
tujuan pembelajaran secara maksimal.
Akademisi Amerika Carol Ann Tomlinson (2001) mempopulerkan konsep pembelajaran berdiferensiasi ini dan mendefinisikannya sebagai
pembelajaran yang responsif, di mana guru secara proaktif merencanakan berbagai
pendekatan terhadap apa yang peserta didik perlu pelajari, bagaimana mereka
mempelajarinya, dan/atau bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka
pelajari dan memungkinkan setiap peserta didik belajar sebanyak yang mereka
bisa, seefisien mungkin. Artinya dalam penerapannya di kelas, perencanaan yang
matang dan fleksibilitas pendidik sangat diperlukan. Perencanaan dalam
penelitian ini di antaranya menyiapkan
bahan ajar beragam dan pilihan tugas untuk direspon
peserta didik. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi
sangat melibatkan pemahaman mendalam tentang setiap peserta didik yang direspon oleh peneliti dengan melakukan tes kemampuan awal
dan mengetahui gaya belajar peserta didik.
Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat men-diferensiasi;
(1) isi, (2) proses, (3) produk dan (4) lingkungan belajar. Modifikasi dan
penyesuaian isi, proses, produk, dan lingkungan pembelajaran tersebut
didasarkan pada evaluasi guru terhadap kesiapan peserta didik, minat peserta
didik, dan profil peserta didik (Tomlinson, 2001). Pada praktikya
diferensiasi isi dilakukan pendidik dengan menyediakan berbagai sumber seperti
buku, artikel, video, dan bahan online untuk
mengajarkan konsep yang sama agar peserta didik nyaman memilih sumber yang
paling sesuai dengan gaya belajar mereka. Untuk diferensiasi proses, pendidik
memberi tingkat bantuan yang berbeda; peserta didik yang membutuhkan lebih
banyak bantuan mendapat instruksi langsung, sementara siswa yang lebih mandiri
bekerja sendiri atau dalam kelompok.
Kemudian untuk diferensiasi produk, pendidik
memberi pilihan tugas akhir. Peserta didik diberikan pilihan untuk menunjukkan
pemahaman mereka tentang materi pelajaran, misalnya memilih antara membuat video,
menulis esai, membuat poster, atau produk lainnya. Terakhir adalah diferensiasi
lingkungan belajar, yaitu dengan Pengaturan kelas yang fleksibel: pendidik
mengatur area dalam kelas untuk berbagai jenis kegiatan, seperti area untuk
kerja kelompok, area untuk belajar mandiri, dan area untuk diskusi kelas.
Beberapa penelitian yang signifikan,
memaparkan penerapan pembelajaran berdiferensiasi
dalam konteks EFL (English as a Foreign Language), Bahasa
Inggris sebagai bahasa asing, untuk membantu pemelajar meningkatkan
pembelajaran mereka. Pertama, Aliakbari & Haghighi (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran berdiferensiasi secara signifikan
meningkatkan pemahaman membaca peserta didik lebih baik daripada peserta didik
yang menerima pengajaran konvensional. Penelitian ini mendukung penggunaan
pembelajaran berdiferensiasi sebagai metode yang
efektif untuk meningkatkan hasil belajar, khususnya dalam konteks pemahaman
membaca. Pembelajaran berdiferensiasi mencakup
penyesuaian dalam materi, proses, dan produk belajar untuk memenuhi kebutuhan
individual siswa berdasarkan tingkat kemampuan, minat, dan gaya belajar mereka..
Penelitian lain dilakukan oleh Saleh (2021) yang membuktikan bahwa pembelajaran berdiferensiasi efektif dalam meningkatkan hasil belajar,
motivasi, keterlibatan, dan keterampilan berpikir kritis. Terkonfirmasi bahwa siswa
termotivasi untuk membaca secara lebih efektif.
Pembelajaran berdiferensiasi ini mempraktikkan
variasi tidak hanya pada materi, tetapi juga metode pengajaran, dan penilaian
yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa.
Selanjutnya, Ismail & Al Allaq, (2019) menemukan bahwa meskipun praktik
penerapan pembelajaran berdiferensiasi bukan hal
sederhana, tetapi bukan juga hal sulit karena untuk efektivitas hasil. Guru
memerlukan banyak sumber, beragam media dan keterampilan mengelola kelas yang
akan ‘mudah’ jika mendapat dukungan. Disarankan agar guru menerima pelatihan
lebih lanjut dalam menerapkan pendekatan ini untuk menentukan variasi dalam
materi pelajaran, metode penyampaian, dan aktivitas pembelajaran untuk merespons
perbedaan kemampuan dan minat siswa. Pada penelitian ini, praktik pembelajaran berdiferensiasi berhasil dalam mengajarkan proses menulis
bahasa Inggris sebagai bahasa asing kepada mahasiswa yang memiliki kemampuan
beragam.
Simpulan dari uraian diatas, bahwa kelas Bahasa Inggris yang dipelajari sebagai
bahasa asing memiliki kelompok pemelajar dengan kemampuan beragam, gaya belajar
yang berbeda, minat, preferensi, latar belakang, dan motivasi belajar yang
tidak sama. Situasi seperti ini berdampak pada ke-tidakmaksimal-an
capaian tujuan pembelajaran yang ditargetkan. Praktik pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi yang layak dipraktikkan
untuk membantu mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran bahasa Inggris pada
kelompok pemelajar yang heterogen. Pada akhirnya, harapan dari hasil penelitian
ini adalah bertambahnya dukungan untuk penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas bahasa Inggris dan juga kelas yang
menghadapi tantangan serupa.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang menurut Suryadi & Berdiati (2018) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri untuk
memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran. PTK melibatkan proses
reflektif yang sistematis dalam siklus perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi, yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses
pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan
Proses penelitian meliputi: 1)
perencanaan, untuk mengembangkan rencana tindakan yang dianggap kritis untuk
diperbaiki, 2) tindakan, untuk melaksanakan rencana, 3) observasi, untuk
mengamati dampak dari tindakan, dan 4) refleksi, untuk merefleksikan
hasil-hasil yang diamati selama tindakan sebagai dasar perencanaan selanjutnya.
Prosesnya terdiri dari 2 (dua) siklus
dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 (dua) pertemuan.
Penelitian ini melibatkan peneliti
sebagai guru mata pelajaran dan peserta didik kelas X IPS 2 Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kota Tangerang. Peserta didik berjumlah 36 orang, terdiri dari 16
orang peserta didik laki-laki dan 20 orang peserta didik perempuan. Kurikulum
yang digunakan di madrasah ini adalah Kurikulum 2013, di mana pendidik harus
membantu peserta didik mencapai nilai ketuntasan minimum yang ditetapkan, yaitu
75.
Penelitian dilakukan pada saat proses
belajar mengajar bahasa Inggris. Durasi pembelajaran adalah 3 jam pelajaran di mana
satu sesinya berlangsung selama 45 (empat puluh lima) menit. Intervensi
berlangsung dalam sesi pembelajaran bahasa Inggris materi descriptive
text, selama 2 bulan, di semester 1 tahun
pelajaran 2022/2023, tepatnya terhitung mulai 15 September sampai dengan 17
November 2022.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jurnal guru, tes, dan wawancara. Jurnal mencatat refleksi
pribadi peneliti, mencatat apa yang telah dilakukan dengan baik, apa yang perlu
diperbaiki, serta catatan pengamatan selama intervensi. Adapun tes berupa tes
awal, tes siklus 1 dan tes siklus 2 berupa penilaian harian. Tes yang diberikan
adalah tes pengetahuan objektif dengan bentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal.
Wawancara berupa pertanyaan terbuka kepada peserta didik di akhir siklus 1 dan
siklus 2. Peserta didik yang di wawancara adalah 3 peserta didik di nilai
tinggi, 5 peserta didik di nilai tengah dan 5 peserta didik di nilai belum
tuntas. untuk mendapatkan data yang tidak terekam atau bias di jurnal guru.
Data kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis deskriptif
komparatif.
Penelitian ini menggunakan metode
analisis data yang terintegrasi antara data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh melalui jurnal dokumentasi, dan wawancara sedangkan data
kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar.
Hasil belajar dianalisis dengan teknik
analisis hasil evaluasi, untuk mengetahui ketuntasan belajar dengan cara
menganalisis data hasil tes dengan kriteria ketuntasan belajar, persentase
hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan. Hasil analisis
disajikan dalam bentuk tabel.
Partisipasi aktif peserta didik selama
proses intervensi dianalisis secara deskriptif dari data jurnal dan wawancara.
Indikator keberhasilan penelitian
ini adalah apabila kriteria hasil
belajar dan partisipasi aktif peserta didik terpenuhi dengan ketentuan; 1)
adanya peningkatan hasil penilaian harian terhadap hasil belajar dari pra-siklus ke siklus satu, dan ke siklus dua; 2) adanya
peningkatan partisipasi belajar peserta didik yang dilihat dari kesiapan dan
persiapan, keaktifan dalam diskusi dan respon
terhadap pertanyaan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah deskripsi proses
pembelajaran dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi
mulai dari pra-siklus, siklus 1 dan siklus 2.
Kegiatan Pra siklus
Observasi awal di kelas X IPS 2 menjadi
awal penelitian ini. Dari beberapa kelas, kelas ini memiliki rata-rata nilai
ulangan paling kecil di antara kelas X lainnya. Catatan pengamatan yang
dibuktikan dengan penilaian harian menunjukkan bahwa terdapat rentang tingkat
kemampuan peserta didik kelas X (sepuluh) IPS 2. Sejumlah 6 peserta didik (17%)
yang dikategorikan sebagai peserta didik di atas level (mahir) karena mereka
mendapat nilai ulangan harian 85 sampai 100, 19 peserta didik (52%) peserta
didik berada sesuai level (sedang) karena hasil tes mereka yang berkisar antara
70 sampai 80 dan 11 peserta didik (31%) berada di bawah level (kurang) dengan
nilai tes di bawah 50.
Berikutnya, kelas yang terdiri dari 16
peserta didik laki-laki dan 20 peserta didik perempuan, memiliki gaya belajar
pilihan yang bervariasi. Dari hasil tes yang dengan sukarela mereka ikuti
secara online di website https://www.learningstylequiz.com/
mengungkapkan bahwa 12 peserta didik (33%) adalah peserta didik dengan
gaya belajar auditori, 15 peserta didik (42%) memiliki
gaya belajar visual dan 9 peserta didik lainnya (25%) mempunyai gaya belajar kinestetik.
Untuk mengetahui lebih jauh profil
peserta didik, selanjutnya dilakukan wawancara. Peserta didik yang ada pada
level mahir (6 dari 36 peserta didik) mengatakan bahwa mereka menyukai bahasa
Inggris dan mereka telah mengenal bahasa Inggris sejak mereka duduk di bangku
Sekolah Dasar. Namun, mereka mengatakan bahwa pembelajaran tersebut tidak
terlalu menantang dan terkesan sedikit membosankan.
Sedangkan peserta didik dengan level
sedang (19 dari 36 peserta didik) mengaku sejauh ini mereka baik-baik saja
dengan pembelajaran, walaupun terkadang mereka menganggap kegiatan yang
dilakukan sangat monoton sehingga kehilangan minat untuk belajar bahasa
Inggris.
Wawancara lebih lanjut dengan peserta
didik dengan kemampuan kurang (11 dari 36 peserta) menegaskan bahwa mereka
sebenarnya memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Akan
tetapi, mereka mengalami kesulitan untuk mengingat apa yang mereka pelajari di
kelas bahasa Inggris. Penyelidikan lebih lanjut dari 11 peserta didik ini
menunjukkan bahwa; pertama, 3 peserta didik mengatakan bahwa mereka hanya
mendapat sedikit manfaat dari mendengarkan guru, kedua, 5 peserta didik
menganggap bekerja secara individu itu membuat frustrasi dan ketiga, 3 peserta
didik merasa terlalu malu untuk bertanya atau berdiskusi dengan teman
sebayanya.
Dengan berdasar temuan pra-siklus
di atas, tindakan perbaikan perlu didesain secara cermat dan menyeluruh dengan
menerapkan praktik pembelajaran berdiferensiasi di
kelas X IPS 2 untuk materi teks deskriptif.
Deskripsi siklus 1
Siklus 1 ini diawali dengan penyusunan
rencana pembelajaran, termasuk menyiapkan lembar kerja, media dan 20 soal tes
pilihan ganda. Pertemuan 1 ini guru mengawali pembelajaran dengan kuis
interaktif online untuk menyiapkan peserta
didik pada kegiatan pembelajaran inti. Setelahnya, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Pada saat intervensi, pendidik
melakukan praktik diferensiasi konten (isi materi) dan proses. Tujuan
pembelajaran adalah (1) peserta didik dapat membedakan fungsi sosial, struktur teks
dan unsur kebahasaan teks deskriptif tentang tempat wisata dan bangunan
bersejarah, dan (2) peserta didik dapat menangkap makna beberapa teks
deskriptif tentang tempat wisata dan
bangunan bersejarah. Untuk konteks kearifan lokal, teks yang disiapkan adalah
teks tempat wisata dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang pada
Tabel 1.
Tabel
1 Teks Deskriptif
Teks 1: Mesjid Jami Kali Pasir |
Teks 2: Benteng Heritage Museum |
Teks
3: Pasar Lama Culinary Tour |
Teks 4: Boen
Tek Bio Chinese Temple |
Setelahnya, peserta didik merespon lembar kerja untuk menilai pemahaman mereka
terhadap teks yang diberikan. Hasilnya dibahas secara klasikal di kelas.
Jurnal reflektif pendidik mencatat (1)
pendidik berusaha untuk melakukan diferensiasi pembelajaran pada isi materi
dengan memberikan teks deskriptif sederhana untuk kelompok bawah, teks yang
lebih panjang untuk kelompok menengah dan teks menantang untuk kelompok atas,
(2) partisipasi peserta didik belum memperlihatkan peningkatan dilihat dari
peserta didik yang bertanya masih dari kelompok atas dan sebagian kecil
kelompok menengah yang aktif pada saat diskusi kelas. (3) hasil kuis akhir
dengan teks yang berbeda masih didominasi oleh kelompok atas, ada peningkatan
tetapi belum dapat dikatakan signifikan.
Pada pertemuan ke-2, kegiatan
pembelajaran dimulai dengan me- review
pembelajaran, peserta didik mengerjakan kuis sederhana dengan Kahoot. Kemudian pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran sambil menanyakan peserta didik jika ada yang perlu ditanyakan
lebih lanjut tentang materi sebelumnya.
Untuk intervensi di pertemuan ke-2 ini,
peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kemampuan. Ada sembilan kelompok,
yang masing-masing terdiri dari empat peserta didik. Dari sembilan kelompok
ini, dua kelompok terdiri dari peserta didik dengan kemampuan di atas rata-rata,
empat kelompok adalah kelompok peserta didik dengan kemampuan menengah dan tiga
kelompok terakhir adalah peserta didik dengan kemampuan di bawah rata rata.
Kemudian kelompok-kelompok ini diberi
teks deskriptif dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Siswa yang lebih mampu diberi teks yang lebih
kompleks, sedangkan siswa yang membutuhkan dukungan diberi teks dengan detail
yang lebih sederhana. Guru juga menyediakan sumber belajar tambahan berupa
gambar dan video dari youtube/tiktok/ig reels untuk membantu peserta
didik memahami teks dengan lebih baik. Sumber belajar tambahan ini untuk mengakomodir gaya belajar peserta didik yang auditori, visual dan kinestetik.
Bagi peserta didik dengan gaya belajar visual video bisa membuat mereka lebih
fokus dan memahami materi lebih mudah. Peserta didik dengan gaya belajar auditori terbantu dengan sumber belajar video pendek karena
ada narasi yang jelas dengan musik yang menarik. Mereka tertarik untuk
mengulang audionya dan mendengarkan narasi dengan variasi suara, intonasi dan
tekanan yang beragam. Bagi peserta didik dengan gaya belajar kinestetik, video pendek yang mereka lihat bisa menjadi
inspirasi pembuatan tugas akhir, mereka tertarik pada gerakan atau mencoba
tutorial yang ditampilkan.
Setelah itu guru menyediakan task cards (kartu tugas). Task cards terdiri
dari delapan pilihan yang dipilih oleh siswa secara sukarela untuk menunjukkan
pemahamannya terhadap teks. Task cards berisi seperti pada Gambar 1.
Gambar
1 Task
cards
Task card atau kartu tugas ini dibuat dengan
mempertimbangkan kemampuan peserta didik yang di kelompokkan tadi, cara
merespons task card
beragam, dari yang sederhana untuk memotivasi kelompok peserta didik di bawah
rata-rata dan hingga yang menantang peserta didik yang di atas rata rata. Task card 1, 2 dan 3 untuk kelompok bawah, task card 4, 5 dan
6 untuk kelompok tengah dan task card 6, 7 dan 8 untuk kelompok atas.
Tujuan penggunaan task
card ini adalah agar peserta didik terlibat
secara aktif dalam membaca dan memahami teks deskriptif. Mereka perlu melakukan itu agar bisa merespons
kartu tugas yang disediakan. Mereka diarahkan untuk fokus pada detail penting,
membuat kesimpulan, berpikir kritis dan berbagi pemahaman mereka dengan teman
sekelas.
Setelah selesai merespons task card ini
secara individu, peserta didik dikelompokkan dengan teman yang berbeda. Satu
kelompok terdiri dari enam peserta didik campuran dari kelompok bawah, menengah
dan atas. Tugas kelompok ini adalah masing-masing anggota mempresentasikan task card yang
telah mereka pilih dan respon kepada teman
sekelompoknya.
Tujuan dari pengelompokan campuran
peserta didik dengan berbagai tingkat kemampuan adalah; (1) peserta didik
kemampuan lebih rendah dapat belajar dari teman-teman mereka yang lebih mampu,
baik melalui pengamatan maupun bantuan langsung dalam memahami materi; (2)
peserta didik dengan kemampuan menengah dapat menjelaskan konsep kepada
teman-teman mereka yang berada di bawah rata-rata sehingga memperdalam
pemahaman mereka sendiri; (3) Peserta didik dengan kemampuan di atas rata-rata
dapat belajar untuk bekerja sama dengan teman mereka yang berkemampuan rata-rata
atau di bawahnya, belajar menemukan cara terbaik menjelaskan konsep,
mengembangkan empati, kesabaran, dan keterampilan sosial penting lainnya.
Hasil catatan jurnal guru; (1) pengelompokkan pertama, ketika peserta didik dikelompokkan sesuai
dengan tingkat kemampuan ada manfaatnya, kelompok bawah percaya diri untuk
diskusi dan bertanya di kelompoknya. Ini berdasarkan pengamatan di kelompok kelompok itu masing-masing anggota bersuara, bertanya
mendiskusikan lembar kerja dan kartu tugas, (2) ketersediaan sumber belajar
yang variatif membuat peserta didik termotivasi untuk mengaksesnya. Hasil
pengamatan mencatat tidak ada peserta didik yang duduk diam, masing-masing
sibuk, ada yang mengakses sumber belajar, merespon
kartu tugas, berdiskusi dengan teman dan bertanya kepada pendidik atau teman
kelompoknya.
Pada saat pengelompokan kedua, yaitu pengelompokan
campuran, peserta didik di kelompok bawah sudah terlihat percaya diri, mereka
memegang kartu tugas yang mereka pilih dan dari hasil pengamatan, terlihat
tenang dan berani membacakan hasil pengerjaan tugasnya.
Refleksi dari dua pertemuan di siklus 1
ini adalah hasil catatan lapangan di jurnal pendidik dan hasil wawancara kepada lima peserta didik yang mewakili
kelompoknya untuk perbaikan proses pembelajaran di siklus selanjutnya.
Masukan dari peserta didik adalah agar
pendidik secara kreatif mencari sumber belajar yang menarik, dari video tiktok, ig reel,
website maupun cetak dan jika memungkinkan, diberikan
sebelum pertemuan di kelas agar peserta didik lebih siap saat tatap muka di
kelas. Pendidik juga sebaiknya juga menyediakan sumber belajar yang untuk
dipelajari siswa secara mandiri di luar jam kelas yang disebut dengan flipped materials
berupa kuis yang membantu peserta didik mengecek pemahaman mereka terhadap
materi yang akan dipelajari, bisa juga berupa link
yang dapat di akses kapan saja dan disematkan, misalnya di worldwall.net.
Tujuannya agar peserta didik lebih siap belajar pada saat tatap muka di kelas.
Deskripsi Siklus 2
Siklus 2 juga terdiri dari dua
pertemuan. Pada pertemuan ke-1, pendidik memberikan flipped
material mengenai format penulisan teks deskriptif dengan beberapa soal
yang dapat direspons siswa dengan mudah (LOTS questions)
secara mandiri. Saat tatap muka di kelas, pendidik memastikan semua peserta
didik telah mengakses materi di rumah dan merespons pertanyaannya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kesiapan belajar peserta didik, di pertemuan ke-1
ini ada 29 peserta didik yang mengerjakan latihan di google
form tersebut.
Tujuan pembelajaran pada siklus 2 ini
adalah (1) peserta didik dapat menyusun teks deskriptif tentang tempat wisata
dan bangunan bersejarah dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur
kebahasaan yang tepat dan (2) peserta didik dapat mempublikasikan hasil teks
deskriptif.
Diferensiasi pembelajaran di pertemuan
1 berfokus pada proses. Strategi intervensinya adalah learning
station atau Pos Pembelajaran, yaitu satu
aktivitas pembelajaran di mana peserta didik berkeliling ke berbagai stasiun
atau pusat aktivitas yang masing-masing berfokus pada aspek atau tujuan
berbeda. Cara ini efektif untuk differensiasi proses,
memungkinkan pendidik untuk menyesuaikan tugas sesuai dengan kebutuhan, minat,
gaya belajar dan kemampuan individu peserta didik. Sesuai fokus diferensiasi
proses, masing-masing stasiun atau pos dilengkapi media pembelajaran yang yang mengakomodir gaya belajar
peserta didik untuk dapat menyusun teks deskriptif.
Di stasiun/pos 1, peserta didik bisa
mengakses gambar, video, teks bacaan cetak dan link
website. Pada stasiun/pos 2, disediakan model mind map kertas, sticky
notes dan mind map online
seperti canva. Untuk mengakses link,
pendidik menyediakan QR code. Di stasiun 3, pendidik
menyediakan panduan penulisan kalimat dan contoh deskriptif di layar infocus dan di kertas (hard
copy), peserta didik juga bisa mengakses di link Worldwall.
Peserta didik mendatangi setiap pos dan
mengerjakan menyelesaikan tugas secara individu. Namun, mereka diberi keleluasaan
untuk berdiskusi baik secara berpasangan, berkelompok atau bekerja secara
individu dan berdiskusi dengan pendidik jika diperlukan. Gambar 2 menunjukkan
aktivitas di pos pembelajaran.
Gambar
2 Learning
Stations 1-3
Selanjutnya, di pertemuan ke 2,
pendidik mengawali aktivitas proses pembelajaran dengan kuis yang memotivasi
sekaligus mengulang materi di pertemuan sebelumnya dengan aplikasi Quizziz.
Sebelum ke pembelajaran inti atau
intervensi, pendidik dan peserta didik membahas kesulitan yang dihadapi saat
menyusun teks deskriptif. Semua kendala ditulis oleh pendidik di papan tulis,
dan kemudian meminta peserta didik untuk merespons kendala tersebut berdasarkan
pengalaman atau barangkali dengan ide baru. Aktivitas ini bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Ketika kendala yang mereka hadapi
dianggap serius dan dibahas secara kolektif, keterlibatan dan motivasi peserta
didik dalam proses pembelajaran meningkat. Pernyataan ini didukung oleh hasil
penelitian Rovai (2002) yang membuktikan ketika peserta didik
merasa didengar dan dipedulikan, mereka cenderung lebih terlibat aktif dalam
diskusi kelas. Perasaan memiliki dan hubungan yang kuat dalam komunitas kelas
meningkatkan partisipasi peserta didik.
Pada kegiatan inti dengan intervensi
pembelajaran berdiferensiasi, pendidik mempraktikkan
diferensiasi produk. Peserta didik disediakan Stasiun Pilihan Produk; (1)
stasiun proyek, hasil tulisan teks deskriptif berbentuk poster iklan wisata
atau a blog post; (2) stasiun penulisan:
peserta didik menulis teks deskriptif seperti esai sederhana, menggabungkan
konsep yang telah mereka pelajari di kertas atau buku; (3) Stasiun Multimedia:
peserta didik membuat vt (video tiktok),
podcast, atau presentasi digital untuk
menunjukkan produk tulisan teks deskriptif mereka.
Peserta didik menuju station 4 untuk mengetahui tugas mereka. Kemudian
mereka boleh memilih untuk bekerja individu, berpasangan atau berkelompok dan
menyunting teks deskriptif yang telah mereka susun. Pendidik memastikan peserta
didik yang bekerja secara individu ini atas kenyamanan sendiri atau ada alasan lain.
Pendidik memberi bantuan yang diperlukan.
Setelahnya, peserta didik menuju
stasiun 5, membaca tugas di stasiun 5, lalu berkumpul di tempat yang telah
disediakan guru. Guru menyediakan tiga
lokasi di kelas, 1 untuk kelompok poster atau iklan, 2 untuk kelompok
konvensional yang menulis di buku atau kertas, 3 untuk kelompok multimedia.
Learning stations 4 dan 5 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Learning Stations 4-5
Catatan jurnal menunjukkan ada 17
peserta didik yang memilih poster dan iklan. Mereka memanfaatkan canva untuk teks deskriptif yang mereka susun. Ada 11
peserta didik memilih menulis di kertas dan buku mereka dan tujuh peserta didik
memilih membuat vt dan ig reel untuk menunjukkan hasil teks deskriptif mereka.
Catatan lainnya adalah, setiap peserta didik fokus dengan tugasnya, dan
berkelompok dengan mereka yang memiliki interest
yang sama. Tidak ada peserta didik yang tidak menyelesaikan tugas hari itu.
Pertemuan ke-2 ini diakhiri pemberian
motivasi, refleksi dan tes untuk penilaian harian.
Indikator keberhasilan penelitian ini
berdasar pada (1) Jika nilai hasil belajar dari 70% peserta didik (25 peserta
didik) mendapat nilai minimal 75 (tuntas) maka penelitian telah berhasil, (2)
Jika partisipasi belajar peserta didik meningkat yang diukur dengan melakukan
wawancara dengan peserta didik untuk mendapatkan pandangan mereka tentang
partisipasi mereka di kelas serta jurnal reflektif pendidik yang mencatat
pengamatan harian tentang partisipasi siswa.
Penelitian ini menemukan hasil belajar
peserta didik meningkat dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi.
Tabel 2 menunjukkan nilai yang diperoleh peserta didik dari kondisi pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.
Tabel 2 Data Penilaian Peserta Didik
No |
Keterangan |
Jumlah |
|||
Pra |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
|
||
1 |
KKM |
75 |
|||
2 |
Nilai rata rata |
72,35 |
77,5 |
83,27 |
|
3 |
Siswa
tuntas |
17 |
24 |
31 |
|
4 |
Siswa tidak tuntas |
19 |
12 |
5 |
|
5 |
Nilai
tertinggi |
90 |
90 |
100 |
|
6 |
Nilai
terendah |
40 |
55 |
60 |
|
7 |
Prosentase |
47,5 |
67,5 |
86 |
|
8 |
Kriteria |
kurang |
cukup |
Baik Sekali |
|
Nilai tes hasil belajar peserta didik
sebelum intervensi cukup banyak yang di bawah kriteria ketuntasan, tetapi ada
peningkatan setelah intervensi di siklus 1 dan siklus 2
Data ini mengindikasikan adanya perubahan
pemahaman peserta didik pada materi deskriptif teks dengan menerapkan praktik
pembelajaran berdiferensiasi. Peningkatan hasil
belajar peserta didik dari pra siklus, siklus 1 dan
siklus 2 dapat di lihat dari Gambar 4.
Gambar 4
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Dengan merujuk nilai hasil tes di mana
pada akhir siklus 2 ada 35 peserta didik yang mendapat nilai minimal 75.
Artinya 86% dari jumlah keseluruhan peserta didik telah memenuhi kriteria
tuntas. Maka indikator keberhasilan penelitian ini terpenuhi.
Kriteria spesifik untuk mengukur
partisipasi peserta didik yaitu mengamati kesiapan dan persiapan, keaktifan
dalam diskusi dan respon terhadap pertanyaan.
Rekapitulasi partisipasi peserta didik tercatat pada Tabel 3.
Tabel 3
Partisipasi Peserta Didik
Kriteria |
Jumlah peserta didik |
||
Pra |
Siklus
1 |
Siklus
2 |
|
Kesiapan
dan persiapan |
4 |
13 |
29 |
Keaktifan
dalam diskusi |
8 |
36 |
36 |
Respon terhadap pertanyaan |
13 |
23 |
34 |
Tabel 3 menunjukkan adanya peningkatan
jumlah peserta didik yang berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran.
Perubahan partisipasi peserta didik ke arah yang lebih baik dapat juga di lihat
dari Gambar 5.
Gambar 5
Peningkatan Partisipasi Peserta Didik
Dari hasil wawancara kepada peserta didik yang mewakili kelompoknya
ditemukan bahwa; (1) peserta didik lebih mudah memahami materi dan mendapat nilai tes yang lebih baik; (2)
peserta didik menjadi lebih siap mengantisipasi materi, aktif berdiskusi di
kelompoknya dan dapat merespons pertanyaan pendidik karena aktivitas aktivitas dalam pembelajaran ‘mengharuskan’ mereka
melakukan itu; (3) peserta didik merespons positif praktik pembelajaran berdiferensiasi, terutama dengan ketersediaan sumber
belajar dengan berbagai format, kebebasan memilih merespons tugas juga
kebebasan menentukan bekerja baik secara individu, berkelompok ataupun
berpasangan.
Masukan peserta didik yang perlu
dipertimbangkan adalah agar pendidik menyediakan kuis satu hari sebelum tatap
muka untuk kesiapan belajar saat pertemuan tatap muka. Akan sangat membantu
peserta didik, jika guru menyediakan sumber belajar, video link
kuis atau materi yang dapat diakses peserta didik kapan saja.
Pembahasan
Hasil refleksi selama praktik
pembelajaran berdiferensiasi pada penelitian ini
adalah pendidik ‘harus’ memperhatikan kebutuhan belajar individual setiap
peserta didik, termasuk gaya belajar, minat, dan tingkat kesiapan sehingga
peserta didik lebih terlibat dan termotivasi karena materi dan kegiatan
disesuaikan dengan profil mereka. Sesuai
dengan hasil penelitian Roy, A., Guay, F., & Valois ( 2013)
bahwa peserta didik yang belajar dengan metode pembelajaran berdiferensiasi menunjukkan tingkat partisipasi yang lebih
tinggi dan hasil akademis yang lebih baik. Pada akhirnya membantu tercapainya
tujuan pembelajaran.
Refleksi selanjutnya adalah untuk
keterlibatan aktif semua peserta didik yang lebih tinggi, pendidik menggunakan
berbagai strategi pengajaran, seperti kegiatan kelompok, tugas individual, dan
penggunaan teknologi. Partisipasi aktif
peserta didik menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam yang berpengaruh positif pada hasil belajar.
Selaras dengan penelitian Suprayogi et al., (2017) yang mengevaluasi hubungan antara
penerapan strategi pembelajaran berdiferensiasi pendidik dan tingkat partisipasi peserta
didik. Hasilnya menunjukkan bahwa pendidik yang menerapkan diferensiasi dalam
pembelajaran mereka cenderung melihat peningkatan partisipasi peserta didik,
terutama dalam hal diskusi kelas dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Untuk maksimalisasi
praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas,
diperlukan sumber daya tambahan, seperti variasi sumber pembelajaran, media dan
peralatan, dan yang paling penting adalah pelatihan tambahan bagi pendidik
mengenai bagaimana praktik pembelajaran berdiferensiasi
di kelas. Pernyataan ini didukung oleh Smets & Struyven (2020) yang dalam mengeksplorasi efek
pelatihan profesional tentang pembelajaran berdiferensiasi
pada kualitas guru dan pencapaian siswa. Penelitian mereka menunjukkan bahwa
pelatihan yang tepat dapat meningkatkan kemampuan guru untuk melaksanakan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
Penelitian ini berhasil memperbaiki
pembelajaran di kelas peneliti. Tujuan penelitian pun tercapai. Namun, hal ini
bersifat spesifik untuk situasi dan konteks kelas peneliti saja. Temuan hasil
penelitian tidak bisa digeneralisasi ke situasi atau konteks kelas yang
berbeda.
KESIMPULAN
Penelitian mengenai praktik
pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan hasil
belajar dan partisipasi aktif peserta didik ini telah menjawab 3 pertanyaan
penelitian, yaitu (1) Penerapan pembelajaran berdiferensiasi
membantu meningkat hasil belajar peserta didik. Ada peningkatan hasil belajar
yang signifikan dari sebelum penelitian pada kedua siklus. (2) praktik ini
telah membantu peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Dari catatan jurnal membuktikan bahwa
partisipasi peserta didik meningkat dengan adanya aktivitas dan media yang
disediakan guru sebagai upaya pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik yang
bervariasi. (3) Peserta didik menilai pengalaman belajar mereka secara positif,
mereka diberi pilihan yang meskipun belum sangat sesuai, setidaknya mendekati
minat dan sesuai profil mereka.
Terkait temuan penelitian, ada dua poin
utama yang perlu kemukakan oleh peneliti. Pertama, mengenal profil peserta
didik dan menghormati peserta didik sebagai individu yang berbeda adalah hal
pertama dan utama untuk berhasilnya praktik pembelajaran berdiferensiasi,
yang menjadi tugas bukan hanya pendidik tetapi juga tugas pengambil kebijakan
dan bahkan staf administrasi di madrasah. Kedua, inovasi
yang melibatkan pendidik, peserta didik, dan pengambil kebijakan di madrasah
terkait pembelajaran berdiferensiasi sebaiknya
didukung dan difasilitasi, salah satunya dengan memberi pelatihan kepada para
pendidik tentang bagaimana praktik pembelajaran berdiferensiasi
di kelas besar dengan tingkat kemampuan beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Aliakbari, M., & Haghighi, J. K. (2014). On the
Effectiveness of Differentiated Instruction in the Enhancement of Iranian
Learners Reading Comprehension in Separate Gender Education. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 98, 182–189.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.405
Imbeau,
M. B., & Tomlinson, C. A. (2013). Managing a differentiated classroom. Breaking
the Mold of Classroom Management: What Educators Should Know and Do to Enable
Student Success, January, 11–18.
Ismail,
S. A. A., & Al Allaq, K. (2019). The Nature of Cooperative Learning and
Differentiated Instruction Practices in English Classes. SAGE Open, 9(2).
https://doi.org/10.1177/2158244019856450
Magableh,
I., & Abdullah, A. (2020). The Effect of Differentiated Instruction on EFL
Learners: Teachers’ Perspective. International Journal of Academic Research
in Business and Social Sciences, 10(5).
https://doi.org/10.6007/ijarbss/v10-i5/7235
Rovai,
A. P. (2002). Development of an instrument to measure classroom community. Internet
and Higher Education, 5(3), 197–211.
https://doi.org/10.1016/S1096-7516(02)00102-1
Roy,
A., Guay, F., & Valois, P. (2013). Teaching to address diverse learning
needs: Development and validation of a differentiated instruction scale. International
Journal of Inclusive Education, 17(11), 1186–2104.
Saleh,
A. H. A. E. (2021). The Effectiveness of Differentiated Instruction in
Improving Bahraini EFL Secondary School Students in Reading Comprehension
Skills. REiLA : Journal of Research and Innovation in Language, 3(2), 135–145.
https://doi.org/10.31849/reila.v3i2.6816
Smets,
W., & Struyven, K. (2020). A teachers’ professional development programme
to implement differentiated instruction in secondary education: How far do
teachers reach? Cogent Education, 7(1).
https://doi.org/10.1080/2331186X.2020.1742273
Suprayogi,
M. N., Valcke, M., & Godwin, R. (2017). Teachers and their implementation
of differentiated instruction in the classroom. Teaching and Teacher
Education, 67(December), 291–301.
https://doi.org/10.1016/j.tate.2017.06.020
Suryadi,
Asip & Berdiati, I. (2018). Menggagas Penelitian Tindakan Kelas Bagi
Guru (1st ed.). Remaja Rosdakarya.
Suwartiningsih,
S. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Tanah dan Keberlangsungan
Kehidupan di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia, 1(2), 80–94.
https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39
Tomlinson, C. A., &, & Moon, T.
(2014). Assessment in the differentiated classroom. Classroom Management and
Assessment, 4(1), 1–5.
https://us.corwin.com/sites/default/files/upm-binaries/63569_Chapter_1.pdf
Tomlinson, C. A. (2001). How to
Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms (2nd ed.). ASCD.
https://rutamaestra.santillana.com.co/wp-content/uploads/2020/01/Classrooms-2nd-Edition-By-Carol-Ann-Tomlinson.pdf