PENERAPAN PENDEKATAN DILEMMA
STORY PADA
MATERI STATISTIKA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN
THINK PAIR SHARE
Iwan Setiadi
Madrasah Aliyah Al Wathoniyah 43 Jakarta,
Indonesia
E-mail: iwansetiadi43@gmail.com
Abstract
One
focus of 21st-century education is character education. This kind of education
requires changes in learning approaches. One approach can be used is the
dilemma story and the think pair share learning model. This research aims to
describe the application of the dilemma story approach to statistical material
through the think pair share learning model and the constructive values that
develop in students. The research method used is descriptive quantitative. The
instruments used consisted of assignments, questionnaires, and interview
guidelines. The research subjects were 21 students of grade XII at MA Al-Wathoniyah
43 North Jakarta. The results are: 1) the application of the dilemma story
approach to statistics material provides different experiences for students; 2)
Applying the dilemma story approach with the think pair share model fosters
constructive values in the learning environment, namely deep involvement,
working together, communication, empathy, reflective thinking, and critical
thinking in the high category. Besides, students have a sense of social
awareness and have carriage to express ideas.
Keywords:
dilemma story; learning transformation; learning model; statistics; think pair
share
Abstrak
Salah satu fokus pada pendidikan abad 21 adalah
Pendidikan karakter. Pendidikan tersebut menuntut adanya perubahan dalam
pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dilemma
story dan model pembelajaran think pair share. Pendekatan dan model
tersebut perlu diteliti efektivitasnya. Tujuan penelitian adalah untuk: 1) mendeskripsikan
penerapan pendekatan dilemma story pada materi statistika melalui model
pembelajaran think pair share; 2) mendeskripsikan nilai-nilai
konstruktif yang berkembang pada siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif deskriptif. Instrumen yang digunakan terdiri dari tugas, angket dan
pedoman wawancara. Subjek penelitian sejumlah 21 orang siswa kelas XII MA Al Wathoniyah 43
Jakarta Utara.
Hasilnya adalah: 1) penerapan pendekatan dilemma story pada materi statistika
dengan model pembelajaran think pair share memberikan pengalaman berbeda kepada
siswa; 2) Penerapan pendekatan dilemma story dengan model think pair
share menumbuhkan nilai konstruktif pada lingkungan pembelajaran, yaitu
keterlibatan mendalam, bekerja sama, komunikasi, empati, berpikir reflektif,
dan berpikir kritis dengan kategori tinggi. Selain itu siswa memiliki
rasa kepedulian sosial dan menjadi berani untuk mengemukakan pendapat.
Kata Kunci: dilemma story; model pembelajaran; statistika; think pair share; transformasi pembelajaran
PENDAHULUAN
Transformasi pendidikan abad 21 merupakan suatu upaya
untuk menghadapi tantangan zaman yang makin berkembang. Transformasi ini
meliputi pengajaran dan pembelajaran dalam pengembangan karakter siswa. Pendidikan
karakter dan nilai-nilai menjadi isu penting dalam kurikulum baru di Indonesia (Rahmawati et al., 2020). Tujuan penguatan pendidikan karakter adalah agar
perilaku siswa berubah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai pemerintah (Widyastuti, 2021). Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting
dalam pembentukan generasi yang berkarakter.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam
pendidikan karakter dan nilai-nilai adalah pendekatan pembelajaran dilemma
story. Pendekatan dilemma story adalah pendekatan pembelajaran yang
mengutamakan pembelajaran kontekstual dengan mengaitkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari melalui cerita yang menimbulkan dilemma (Rahmawati, 2018). Pembelajaran
dengan pendekatan dilemma story merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah dengan cara menghadapi dilemma
yang kompleks dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Hal ini dapat
membantu siswa dalam mengembangkan karakter yang toleran dan mampu menghargai
perbedaan (Pratama & Lestari, 2017).
Selain itu, pendekatan pembelajaran dilemma story
juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan karakter disiplin dan mandiri (M. A. Tasya et al., 2023). Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran dilemma
story dapat menjadi salah satu solusi dalam pendidikan karakter untuk
menghasilkan generasi yang berkarakter dan mampu menghadapi tantangan di masa
depan. Pembelajaran matematika memiliki kaitan erat dengan generasi yang
berkarakter. Pengelolaan pembelajaran matematika untuk menanamkan karakter
dapat diintegrasikan baik dalam
perencanaan, proses maupun evaluasi pembelajaran (Amelia et al., 2022). Dengan demikian, pendekatan dilemma story dalam
pembelajaran dapat dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menyusun
perencanaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menanamkan karakter pada
siswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengintegrasikan penanaman karakter dalam proses pembelajaran adalah melalui model
pembelajaran. Model pembelajaran berperan dalam keberhasilan belajar siswa (Setiadi, 2023). Salah satunya adalah model pembelajaran Think Pair Share
(TPS). Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah model
pembelajaran yang dapat dilakukan secara berkelompok dengan terlebih dahulu
setiap anggota kelompok memecahkan masalah masing-masing kemudian berdiskusi
dalam kelompoknya dan dilanjutkan dengan berdiskusi antar kelompok (Hidayah et al., 2019). Melalui model pembelajaran TPS, masing-masing siswa
akan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuannya,
termasuk dalam pembelajaran matematika.
Beberapa penelitian terdahulu sudah dilakukan berkaitan
dengan pembelajaran menggunakan dilemma story. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati (2018) dijelaskan bahwa pendekatan pembelajaran dilemmas
stories berperan penting dalam transformative learning yang
menitikberatkan pada proses refleksi siswa dan guru sebagai transformative
educator. Penelitian kualitatif yang
dilakukan oleh Elfrida et al., (2017) dipaparkan bahwa pembelajaran kimia menggunakan dilemmas
stories menumbuhkan soft skill siswa berupa motivasi, rasa ingin
tahu, refleksi terhadap nilai-nilai, tanggung jawab, dan dapat berargumentasi.
Selain itu penelitian kualitatif transformatif yang dilakukan oleh Dewi & Mariana (2020), dijelaskan bahwa pendekatan dilemma story mempengaruhi
peningkatan pengetahuan serta pemahaman literasi zakat dalam pembelajaran
matematika bagi guru dan siswa. Hasil penelitian kualitatif transformatif juga
dilakukan oleh Dewi et al., (2023), hasilnya adalah pembelajaran matematika menggunakan dilemma
story pedagogy dapat mempengaruhi transformasi pandangan belajar
matematika, dari menakutkan menjadi menyenangkan.
Selain itu penelitian yang sudah dilakukan berkaitan
dengan model pembelajaran TPS dalam pembelajaran matematika antara lain, yaitu:
Penelitian Quasi Experiment yang dilakukan oleh Sari et al., (2018), menjelaskan bahwa model pembelajaran TPS berpengaruh
terhadap pemahaman konsep matematika. Selain itu karakter jujur, tanggung
jawab, dan disiplin pada siswa juga lebih baik dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan model TPS. Zuriati (2019)
melakukan penelitian tindakan kelas, memaparkan bahwa hasil belajar matematika
siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan model TPS dan nilai karakter jujur, mandiri serta bertanggung jawab juga meningkat (A. S. Tasya et al., 2023).
Dengan demikian penerapan model pembelajaran TPS, selain berdampak pada
peningkatan hasil belajar matematika juga berdampak pada penanaman karakter
atau nilai-nilai positif pada diri siswa. Siswa akan berusaha memecahkan masalah dan menyerap
niai-nilai positif dari proses pembelajaran matematika.
Kenyataannya, statistika yang merupakan salah satu materi
matematika wajib di kelas 12 SMA/MA sering menimbulkan masalah dalam pembelajaran.
Masalah yang muncul bukan hanya pada siswa, gurupun demikian. Pembelajaran
statistika membutuhkan keterampilan berpikir kritis untuk menganalisis data dan
mengambil kesimpulan yang tepat. Namun, siswa seringkali kurang terlatih dalam
keterampilan ini. Statistika seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit dipahami oleh siswa. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas konsep dan
rumus yang digunakan dalam statistika. Statistika juga dianggap sebagai mata
pelajaran yang membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Hal ini menyebabkan kurangnya motivasi dan minat siswa dalam mempelajari
statistika.
Berdasarkan masalah-masalah
tersebut, masalah yang paling krusial untuk ditemukam penyelesaiannya adalah
masalah pembelajaran statistika yang tidak kontekstual. Selama ini, guru hanya
menjelaskan konsep statistika, memberikan contoh soal kemudian siswa
mengerjakan latihan soal. Akhirnya siswa kurang terstimulasi untuk mengerjakan
soal pemecahan masalah (Setiadi, 2023).
Oleh karena itu, berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, maka peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran statistika
melalui studi kasus yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari agar
pembelajaran lebih bermakna. Peneliti
mencoba menerapkan pembelajaran statistika menggunakan pendekatan dilemma
story dan model pembelajaran TPS. Peneliti melakukan penelitian untuk
menjawab rumusan masalah berikut: 1) Bagaimanakah penerapan pendekatan dilemma
story pada materi statistika melalui model pembelajaran think pair share?
2) Bagaimanakah nilai-nilai konstruktif lingkungan pembelajaran pada siswa
setelah melakukan pembelajaran? Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah
untuk 1) mendeskripsikan penerapan pendekatan dilemma story pada materi
statistika melalui model pembelajaran think pair share; 2) mengetahui
nilai-nilai konstruktif lingkungan pembelajaran pada siswa setelah melakukan
pembelajaran. Hasil penelitian dimanfaatkan untuk peneliti dan guru lain
sebagai referensi dalam pembelajaran statistika.
METODE
Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2022/2023 di
kelas XII MA Al Wathoniyah 43 Jakarta Utara. Subjek penelitian sejumlah 21
orang siswa, yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
Metode penelitian menggunakan kuantitatif deskriptif. Pengumpulan
data menggunakan penilaian tugas dan angket. Selanjutnya data hasil tugas
dihitung menggunakan rumus:
Instrumen
angket untuk mengetahui nilai-nilai konstruktif dalam lingkungan pembelajaran
pada diri siswa menggunakan The Constructivist Values Learning
Environment Survey (CVLES) yang terdiri dari enam dimensi, yaitu: Keterlibatan mendalam, Dukungan guru, Bekerja sama, Komunikasi
empati, Berpikir reflektif, dan Pemikiran sosial kritis (Rahmawati et al., 2020). Instrumen
terdiri dari 18 butir pernyataan dengan skala 1 yang berarti sangat tidak
setuju sampai skala 5 yang berarti sangat setuju, dibuat menggunakan google
form. Selanjutnya skor tersebut dibuat kategori berdasarkan rerata skala
pada tiap dimensi sebagaimana Tabel
1. Selain itu, instrumen penelitian menggunakan panduan wawancara dan lembar
observasi.
Tabel 1
Kategori Skala Nilai - Nilai Konstruktif Lingkungan Pembelajaran
No. |
Skor
Interval |
Kategori |
1 |
1,0 – 1,7 |
Sangat Rendah |
2 |
1,8 – 2,5 |
Rendah |
3 |
2,6 – 3,3 |
Cukup Tinggi |
4 |
3,4 – 4,1 |
Tinggi |
5 |
4,2 – 5,0 |
Sangat Tinggi |
Prosedur
penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Tahap persiapan: membuat
RPP dengan pendekatan dilemma story menggunakan model pembelajaran TPS dalam
materi statistika dengan sub materi ukuran pemusatan data pada data
berkelompok. Membuat instrumen tugas
kelompok, survei dan panduan wawancara serta lembar observasi. (2) Melaksanakan
proses pembelajaran sebanyak dua pertemuan. (3) Melakukan penilaian hasil
belajar, mengisi link survey, dan wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap Persiapan Pembelajaran
Hal
pertama yang dilakukan adalah menentukan tema cerita dilema yang sesuai dengan materi statistika. Peneliti menggunakan tema cerita mengenai kasus Covid-19
di DKI Jakarta berdasarkan data kasus tahun 2020. RPP dibuat dengan alokasi
waktu sebanyak 6 jam pelajaran (tiga pertemuan) dengan model pembelajaran TPS. Pertemuan pertama, siswa berdiskusi mengenai
studi kasus pandemi Covid-19 di DKI Jakarta.
Selanjutnya pada pertemuan kedua, siswa berdiskusi mengenai data pada
grafik kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta untuk dapat menentukan nilai
ukuran pemusatan data (mean, median, dan modus). Pada pertemuan ketiga siswa
mempresentasikan tugas kelompok. Guru melakukan penilaian tugas kelompok dan
diakhiri dengan siswa mengisi link survey dan wawancara.
Selanjutnya setelah menentukan tema cerita, guru
mempersiapkan RPP. Di dalam RPP tersebut disertakan juga rencana proyek atau
tugas kelompok yang akan dikerjakan siswa.
RPP yang dibuat guru bertujuan agar dapat menumbuhkan rasa kepedulian
sosial, menghargai perbedaan, dan dapat bekerja sama antar siswa serta siswa dapat
menentukan ukuran pemusatan (mean, median, dan modus) pada data berkelompok.
Di dalam RPP, pada tahap Pendahuluan pembelajaran, guru
meminta siswa untuk melakukan value reflection dalam kasus
pandemi Covid-19 di DKI Jakarta. Selanjutnya pada tahap Eksplorasi, guru
meminta siswa berkelompok (dipilih secara heterogen) untuk menentukan problem
solving & decision making menggunakan model pembelajaran TPS. Kemudian
dilanjutkan dengan tahap Fakta, yang berisi content integration yaitu
guru mengaitkan studi kasus atau cerita dilemma dengan materi statistika. Tahap
berikutnya adalah proyek, yaitu project development mengenai tugas
menganalisis ukuran pemusatan data pada tabel kasus positif Covid-19 di DKI
Jakarta. Terakhir adalah tahap evaluasi, yaitu transformation dengan
melakukan refleksi terhadap nilai-nilai empati selama proses pembelajaran dan
memberikan penilaian.
Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam tahap pelaksanaan, terbagi menjadi tiga pertemuan. Di
pertemuan pertama, yaitu mulai dari pendahuluan. Siswa
melakukan value reflection sampai eksplorasi untuk problem solving
and decision making. Sedangkan di pertemuan kedua, siswa mulai menemukan fakta
berupa content integration sampai pengembangan proyek atau penugasan. Selanjutnya,
di pertemuan ketiga yaitu evaluasi.
Pada
saat value reflection, siswa diberikan gambar-gambar yang berkaitan dengan
Covid-19 dan studi kasus berupa wacana pandemi Covid-19 di DKI Jakarta. Wacana
berisi gambaran kasus Covid-19 saat itu, yaitu lonjakan kasus Covid-19 karena masyarakat kurang disiplin akan
protokol kesehatan, menganggap Covid-19 adalah konspirasi pihak tertentu, fakta
banyak jenazah di pemakaman Covid-19, sampai masalah vaksin yang belum
ditemukan.
Gambar 1 Cerita
dilemma tahap value reflection
Pada
tahap ini guru mengajukan pertanyaan mengenai nilai-nilai yang dianut siswa. Misalnya,
apakah siswa mempercayai adanya kasus Covid-19. Siswa mulai berpikir dengan
merefleksikan keadaan saat itu yang pernah dialami atau diketahui. Perwakilan
siswa dalam tiap kelompok menyampaikan hasil refleksinya dengan mengemukakan
pendapatnya. Berdasarkan jawaban diskusi kelompok, empat kelompok mengatakan
bahwa mereka percaya Covid-19 ada seperti yang diungkapkan oleh siswa berikut. “Kami
percaya Covid-19 ada, karena berbagai bukti diperlihatkan nyata, seperti,
adanya pemakaman Covid-19, anggota keluarga yang terpapar, saudara yang
meninggal, dan bahkan kasus Covid-19 ini mendunia. Jadi bukan hanya di Indonesia saja” (Hasil diskusi kelompok 1, 2 Agustus 2022). Namun ada
satu kelompok yang memberikan jawaban berbeda dengan keempat kelompok lainnya.
Kelompok ini tidak mempercayai adanya Covid-19, sebagaimana jawaban berikut
ini. “Kelompok kami tidak percaya adanya Covid-19. Ini merupakan konspirasi
pihak tertentu yang sengaja mencari keuntungan pribadi. Sebab, saya tahu ada
orang sakit tertentu semua dibilang kena Covid, Pak….” (Hasil diskusi
kelompok 4, 2 Agustus 2022). Berdasarkan dua argumen siswa yang berbeda
tersebut, maka selanjutnya guru menanggapi dengan merefleksikan bersama di
akhir tahap ini.
Pada tahap eksplorasi, yaitu Problem
solving and decision making, siswa diberikan wacana berupa cerita dilemma yang berkaitan dengan
kasus Covid-19 di DKI Jakarta. Dalam wacana pertama, dimisalkan bahwa siswa
merupakan warga yang tergolong dari keluarga sederhana. Memiliki dua orang adik
yang masih sekolah. Sementara ayah bekerja sebagai ojek online dan Ibu
sebagai buruh cuci di dua rumah tangga. Dalam wacana tersebut diceritakan
betapa sulitnya memenuhi perekonomian keluarga walaupun ada bantuan sosial dari
pemerintah. Di sisi lain, orang tua khawatir terpapar Covid-19 jika harus
memaksa bekerja ke luar rumah. Guru bertanya, apa yang akan dilakukan untuk
membantu perekonomian keluarga di masa pandemi tersebut.
Pada
tahap ini, guru meminta siswa untuk memberikan solusi secara individu (think)
pada peristiwa tersebut.
Gambar 2 Cerita dilemma tahap Problem solving
and decision making pada wacana 1
Kemudian
meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok (pair)
untuk mencari solusi final dari kelompoknya. Terakhir adalah perwakilan
kelompok mengemukakan solusi sebagai keputusan kelompok di kelas (share).
Hasil
diskusi kelompok pada wacana atau kasus pertama ini, diketahui bahwa banyak tanggapan
dikemukakan. Mereka akan berusaha untuk membantu perekonomian keluarga dengan
cara yang berbeda. Ada yang akan membantu dengan berjualan online,
menghemat uang jajan, dan mengajar les online. Secara keseluruhan mereka dapat berpikir kritis untuk
mencari solusi ketika hal itu terjadi pada diri mereka seperti pernyataan siswa
berikut. “Saya akan berjualan secara online barang-barang yang dibutuhkan
selama covid seperti masker dan handsanitizer”. (Hasil diskusi kelompok 1,
2 Agustus 2022).
Selanjutnya dalam wacana kedua, guru mulai mengaitkan
kasus Covid-19 yang terjadi di sekitar tempat tinggal siswa tersebut dengan
data kasus Covid-19 di DKI Jakarta. Diceritakan bahwa banyak warga yang belum
bisa memahami grafik yang dilihat pada website corona jakarta.
Gambar 3 Cerita dilemma tahap Problem
solving and decision making pada wacana 2
Pada
wacana cerita dilemma atau kasus kedua tersebut, guru meminta siswa
untuk memberikan solusi kepada warga yang belum memahami grafik tersebut. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan solusi individu (think), dilanjutkan dengan berdiskusi dengan teman
kelompok (pair), dan mengemukakan solusi keputusan kelompok di grup
kelas (share).
Hasil diskusi kelompok pada kasus ini ditanggapi
beragam oleh siswa. Misalnya ada kelompok yang mengatakan “Saya akan
menjelaskan mengenai grafik tersebut kepada warga sekitar tempat tinggal saya”.
(Hasil diskusi kelompok 2, 2 Agustus 2022). Ada juga kelompok yang lebih detil menjelaskan
grafik tersebut, yaitu: “Saya akan mempelajari terlebih dahulu grafik materi
statistika kemudian menjelaskan kepada warga dengan melihat kelompok umur dan
gender, berapa banyak warga yang positif Covid, usia warga yang paling banyak
terpapar Covid, dan juga jenis kelamin yang terbanyak sakit Covid.” (Hasil
diskusi kelompok 3, 2 Agustus 2022). Secara keseluruhan mereka akan tergerak
hatinya untuk membantu menjelaskan kepada warga sekitar yang belum memahami
grafik positif Covid-19 di DKI Jakarta.
Di akhir
pertemuan pertama ini guru menstimulasi solusi untuk dikaitkan dengan proyek
atau tugas yang akan dilakukan. Selain itu, guru
menyimpulkan kegiatan eksplorasi sebagai pengantar ke materi pembelajaran.
Selanjutnya pada pertemuan kedua, yaitu pada tahap Content
integration guru mengaitkan studi kasus dan cerita dilemma dengan
materi. Guru menyampaikan materi ukuran pemusatan pada data berkelompok. Kemudian
siswa diberikan tugas untuk menentukan nilai rerata, median dan modus pada data
kelompok dari grafik Covid-19 di DKI Jakarta seperti tampak dalam Gambar 4.
Pada pertemuan ketiga atau terakhir, guru melakukan
evaluasi tugas kelompok dengan memperhatikan dan menilai presentasi tugas
kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan siswa mengisi link
angket.
Gambar 4 Content integration cerita dilemma
dengan
materi statistika
Hasil
Penilaian Tugas dan Angket
Data
hasil tugas kelompok materi statistika pada sub materi ukuran pemusatan data
berkelompok diperoleh sebagai berikut.
Gambar 5 Grafik
Hasil Tugas
Berdasarkan
Gambar 5 tersebut, diketahui nilai kelompok
tertinggi 90 dan terendah 75. Nilai rerata dan simpangan baku masing-masing 82
dan 5,70. Pembelajaran statistika menggunakan pendekatan dilemma story
dan model pembelajaran think pair share memiliki hasil belajar yang
baik. Hal ini terlihat dari perolehan nilai
tugas siswa di atas KKM
Selain itu pembelajaran statistika dengan pendekatan dilemma
story merupakan hal baru bagi siswa. Siswa dapat memahami keterkaitan
materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata.
Perubahan pembelajaran seperti ini merubah cara pandang siswa dan guru
dalam pembelajaran matematika (Dewi et al., 2023). Selanjutnya data sebaran hasil angket nilai-nilai
konstruktif lingkungan pembelajaran pada Gambar 6.
Gambar 6 Sebaran Data Hasil Angket Lingkungan
Pembelajaran
Berdasarkan
Gambar 6 tersebut diketahui bahwa dari 18
butir pernyataan, nilai rerata skala terendah adalah 3,48 dan skala tertinggi
4,86. Secara keseluruhan, rerata skala adalah 4,19. Hal ini berarti nilai-nilai
konstruktif lingkungan pembelajaran yang dimiliki siswa masuk dalam kategori
tinggi.
Jika
dilihat berdasarkan masing-masing dimensi diperoleh data seperti pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7 tersebut, diketahui bahwa dimensi
yang paling disetujui oleh siswa adalah dimensi komunikasi empati dengan rerata
skala 4,76. Sedangkan dimensi berpikir kritis sosial merupakan dimensi paling
rendah tingkat persetujuannya, yaitu 3,78. Walaupun demikian secara keseluruhan enam dimensi
memiliki tingkat persetujuan yang tinggi. Artinya, nilai-nilai konstruktif
lingkungan pembelajaran yang dimiliki siswa masuk dalam kategori tinggi.
Gambar 7 Grafik Hasil Angket Lingkungan
Pembelajaran Nilai - Nilai Konstruktif
Selanjutnya
untuk mengetahui uraian nilai-nilai konstruktif lingkungan pembelajaran yang
dimiliki siswa setelah pembelajaran, dapat dilihat dari hasil angket CVLES
berikut ini.
Hasil
angket CVLES pada dimensi Keterlibatan Mendalam, diperoleh rerata skala tingkat
persetujuan sebesar 4,08, Nilai ini masuk dalam kategori tinggi. Sebagian besar
siswa, yaitu 71,43% menyetujui bahwa studi kasus pada pendekatan dilemma
story mampu menarik perhatian siswa untuk belajar. Selain itu, siswa juga
menikmati studi kasus walaupun memerlukan waktu lebih untuk belajar. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang siswa berikut ini. “Seru Pak
belajar begini, biasanya diskusi hanya mengerjakan tugas hitungan, kalau ini
diskusi masalah Covid-19”. (Wawancara siswa, 9
Agustus 2022).
Dimensi
Dukungan Guru
Selanjutnya
pada dimensi Dukungan Guru, diperoleh tingkat persetujuan dengan rerata skala
4,51. Artinya dukungan guru dalam pembelajaran statistika masuk dalam kategori
sangat tinggi. Dari hasil angket sebagian besar siswa, yaitu 90,48% menyetujui
bahwa guru memotivasi agar siswa berpartisipasi dalam pembelajaran, berani
menyampaikan pendapat, dan menghargai perbedaan pendapat siswa lain. Ketika
salah seorang siswa ditanya Apakah guru memotivasi untuk bertanya dan
menghargai perbedaan pendapat. Salah seorang siswa mengatakan bahwa, “Iya
Pak…. Waktu diskusi dan mau menjawab, Bapak sering bilang, ayo coba jelasin
aja… ga usah malu, ga usah takut berpendapat…” (Wawancara siswa, 9 Agustus
2022). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Elfrida et al., (2017)
bahwa salah satu implikasi dari pembelajaran dengan pendekatan dilemma story
adalah siswa memiliki sikap berani untuk berargumentasi.
Dimensi
Bekerja sama
Tingkat
persetujuan pada dimensi Bekerja sama dalam pemecahan masalah, diperoleh rerata
skala sebesar 4,05. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyetujui
dengan rerata tingkat persetujuan sebesar 68,25%. Pernyataan bahwa siswa dapat
menjelaskan argumennya kepada siswa lain dan memberikan kesempatan kepada teman
untuk menyampaikan pendapatnya dalam pemecahan masalah memiliki tingkat
persetujuan di atas 80%. Tetapi pernyataan bahwa siswa lain meminta pendapatnya,
sebagian besar siswa, yaitu 66,67% merasa ragu-ragu untuk menyetujuinya. Ketika
hal ini ditanyakan kepada salah seorang siswa, mengatakan bahwa “Saya ga
tahu Pak… kayanya ga ada yang tanya pendapat saya karena masing-masing udah
punya pendapat untuk memecahkan masalah, lalu tinggal diskusi aja di dalam
kelompok untuk menentukan pemecahan masalah yang paling baik.” (Wawancara siswa, 9 Agustus 2022).
Namun
demikian dalam penelitian ini ditemukan bahwa pembelajaran statistika dengan
pendekatan dilemma story dapat melatih siswa untuk bekerja sama memecahkan
masalah dalam kondisi belajar yang menyenangkan. Sehingga antar siswa dapat saling memahami
perbedaan pendapat (Elfrida et al., 2017).
Dimensi
Komunikasi Empati
Selanjutnya adalah dimensi Komunikasi Empati. Dimensi ini
memiliki rerata tingkat persetujuan sebesar 98,41%. Siswa terbuka untuk
menerima pendapat siswa lain, siswa menghormati perbedaan pendapat, dan menghargai
dengan mendengarkan pendapat lain. Rerata skala secara keseluruhan pada dimensi
ini sebesar 4,76. Artinya komunikasi empati yang dimiliki oleh siswa sangat tinggi.
Dengan demikian pembelajaran statistika dengan dilemma story mengenai
kasus Covid-19 dapat melatih empati komunikasi siswa.
Dimensi Berpikir Reflektif
Pada dimensi Berpikir Reflektif, tingkat persetujuan
siswa memperoleh rerata sebesar 76,19%. Artinya siswa dapat berpikir kritis
dengan nilai-nilai dan karakter yang dimiliki, mulai melakukan refleksi
terhadap ide-ide sendiri, dan menjadi lebih memahami nilai-nilai karakter yang
dimiliki sendiri. Hal ini diperkuat dengan perolehan skala sebesar 3,95.
Nilai-nilai positif ini muncul dalam diri siswa setelah melakukan pembelajaran
dengan pendekatan dilemma story, sebagaimana yang dikatakan siswa berikut.
“Saya jadi lebih semangat mempelajari statistika karena saya menyadari bahwa
pelajaran ini bermanfaat bagi masyarakat luas.” (Wawancara siswa, 9 Agustus
2022).
Komentar siswa tersebut memperlihatkan bahwa siswa mampu
merefleksikan pikirannya dengan menghubungkan manfaat materi statistika bagi
kehidupan. Siswa mengetahui, dengan belajar statistika menjadi lebih bermakna
bagi kehidupan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Taylor et al., (2013) bahwa
pembelajaran dengan pendekatan dilemma story dapat membuat siswa untuk
merefleksikan nilai-nilai positif yang ada dalam diri.
Dimensi Pemikiran Sosial Kritis
Dimensi terakhir adalah dimensi Pemikiran Sosial Kritis.
Pada dimensi ini, sebagian besar siswa atau 61,90% menyetujui bahwa siswa dapat
mempelajari tentang konsep-konsep pelajaran melalui studi kasus. Namun sebagian
siswa atau 38,10%, siswa masih bingung apabila belajar konsep statistika
mengenai ukuran pemusatan data berkelompok dengan pendekatan ini. Hal ini
disebabkan oleh durasi waktu yang digunakan hanya 4 JP. Tetapi siswa mengakui
bahwa konsep materi bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa
tertarik belajar melalui studi kasus.
Secara keseluruhan rerata skala untuk dimensi ini sebesar
3,78 dan masuk kategori tinggi. Artinya pembelajaran statistika dengan
pendekatan dilemma story dengan kasus Covid-19 mampu menanamkan
pemikiran kritis bagi siswa. Berdasarkan hasil wawancara siswa, diungkapkan
bahwa “Pemikiran saya menjadi lebih terbuka terhadap kasus Covid-19.
Terutama bagi lingkungan sekitar tempat tinggal saya. Sayapun akan turut
membantu tetangga dengan bergantian mengirim makanan untuk warga yang terdampak“(Wawancara
siswa, 9 Agustus 2022). Hasil wawancara tersebut memperlihatkan bahwa siswa
menjadi lebih kritis terhadap lingkungannya. Cerita dilemma yang
mengangkat isu-isu kontroversial dapat membuat siswa lebih tertantang dalam
belajarnya (Elfrida et al., 2017). Selain itu rasa kepedulian siswa juga nampak dari hasil
wawancara tersebut. Siswa dapat berpartisipasi dalam membantu warga sekitar
yang terdampak Covid-19. Dengan demikian pembelajaran berbasis studi kasus
menstimulasi siswa untuk menumbuhkan rasa kepedulian sosial. Hal ini sesuai
dengan penelitian Rahmawati (2018) bahwa pembelajaran dengan pendekatan dilemma story
menimbulkan rasa kepedulian sosial bagi
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan dilemma story pada pembelajaran statistika melalui
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memberikan pengalaman
pembelajaran yang berbeda bagi siswa. Guru
memilih topik cerita mengenai kasus Covid-19 di DKI Jakarta sebagai cerita
dilema. Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan pembelajaran dengan cara membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran. Di akhir kegiatan, yaitu melaksanakan
penilaian untuk menilai proyek atau tugas siswa yang beirisi masalah kontekstul.
Selain itu nilai-nilai konstruktif lingkungan
pembelajaran yang dimiliki siswa, diperoleh sebagai berikut. Untuk dimensi Keterlibatan
Mendalam diperoleh nilai rerata skala 4,08. Dimensi Dukungan Guru
diperoleh rerata skala 4,51. Dimensi Bekerjasama, diperoleh rerata skala
4,05. Dimensi Komunikasi
Empati dan Berpikir Reflektif masing-masing memperoleh rerata skala
sebesar 4,76 dan 3,95. Sedangkan rerata skala untuk dimensi Pemikiran Kritis
Sosial sebesar 3,78. secara keseluruhan masuk dalam kategori tinggi.
Temuan lain dari hasil penelitian ini adalah tumbuh
rasa kepedulian sosial dan siswa menjadi berani untuk mengemukakan pendapatnya.
Hal ini karena pendekatan dilemma story dan model pembelajaran think
pair share berperan dalam melatih keberanian siswa untuk berargumentasi
mulai dari berargumentasi di dalam kelompok kecil maupun dalam kelas.
Mengingat keterbatasan penelitian ini, yaitu hanya pada
materi statistika, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan
penelitian pendekatan dilemma story pada mata pelajaran matematika
dengan materi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, W., Marini,
A., & Nafiah, M. (2022). Pengelolaan Pendidikan Karakter Melalui
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, 8(2),
520–531. https://doi.org/10.31949/jcp.v8i2.2431
Dewi, I. S., & Mariana, N. (2020).
Literasi Zakat Pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Melalui Dilemma
Story Pedagogy. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 8(3),
767–778.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/35817
Dewi, I. S., Mariana, N., & Ekawati,
R. (2023). Transformasi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Melalui
Pendekatan Dilemma Story Pedagogy. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(3),
566–579. https://doi.org/10.37329/cetta.v6i3.2522
Elfrida, E., Hadinugrahaningsih, T.,
& Rahmawati, Y. (2017). Studi Pendekatan Dilemmas Stories pada Materi Hidrolisis
Garam dengan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Jurnal
Riset Pendidikan Kimia, 7(2), 91–100. https://doi.org/10.21009/JRPK.072.02
Hidayah, N., Sulasmono, B. S., Widyanti, E., Guru, P., Dasar,
S., Kristen, U., & Wacana, S. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Think
Pair Share dengan Permainan Puzzle untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematika Kelas IV SD. Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika
(JTAM),
3(1), 34–39. https://doi.org/10.31764/jtam.v3i1.759
Khaesarani, I. R., & Hasibuan, E. K.
(2021). Studi Kepustakaan Tentang Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa. Wahana Matematika Dan
Sains: Jurnal Matematika, Sains, Dan Pembelajarannya, 15(3), 37–49.
https://doi.org/10.23887/wms.v15i3.38716
Pradana, O. R. Y. (2021). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Pada Prestasi Matematika Siswa
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Jendela Pendidikan, 1(1), 1–6.
https://ejournal.jendelaedukasi.id/index.php/JJP/article/view/1
Pratama, L. D.,
& Lestari, W. (2017). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Performance Task. Seminar Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY 2017,
415–420.
Rahmawati, Y.
(2018). Peranan Transformative Learning dalam Pendidikan Kimia: Pengembangan
Karakter, Identitas Budaya, dan Kompetensi Abad ke-21. Jurnal Riset
Pendidikan Kimia, 8(1), 1–16. https://doi.org/10.21009/JRPK.081.01
Peranan
Rahmawati, Y., Taylor, E., Taylor, C.
P., & Koul, R. (2020). Student Empowerment in a Constructivist Values Learning
Environment For a Healthy and Sustainable World. Learning Environments
Research, 24, 451–468. https://doi.org/10.1007/s10984-020-09336-9
Sari, M., Habibi, M., & Putri, R. (2018). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think- Pairs-Share Dalam Pembelajaran Matematika
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Pengembangan Karakter Siswa
SMA Kota Sungai Penuh. Edumatika Jurnal Riset Pendidikan
Matematika,
1(1), 7–21. https://doi.org/10.32939/ejrpm.v1i1.221
Setiadi, I. (2023). Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Efikasi Diri Matematis Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Snowball-throwing. Jurnal Tadris Matematika, 6(1),
145–158. https://doi.org/10.21274/jtm.2023.6.1.145-158
Tasya, A. S., Nurjanah, & Ahmatika,
D. (2023). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Menggunakan Model
Pembelajaran Think Pair Share Berbasis Pendidikan Karakter Percaya Diri. Perisai:
Jurnal Pendidikan Dan Riset Ilmu Sains, 2(2), 235–247.
https://doi.org/10.32672/perisai.v2i2.287
Tasya, M. A., Tahir, M., Indraswati, D., & Witono, A. H.
(2023). Pendidikan Karakter Anak dalam Buku Cerita Anak Domba yang Nakal Kelas
IV. Jurnal Educatio, 9(2), 623–629.
https://doi.org/10.31949/educatio.v9i2.4582
Taylor, E., Taylor, P. C., & Chow, M. (2013). Diverse,
Disengaged and Reactive: A Teacher’s Adaptation of Ethical Dilemma Story
Pedagogy As a Strategy To Re-Engage Learners in Education for Sustainability.
In Science Education for Diversity: Theory and Practice (Issue 2013, pp.
97–117). Springer Netherlands. https://doi.org//10.1007/978-94-007-4563-6_6
Widyastuti, R. (2021). Strategi Pendidikan Karakter Dalam
Mengantisipasi Paham Radikal dan Intoleran di Sekolah. Wawasan: Jurnal
Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta, 2(2), 187–201.
https://doi.org/10.53800/wawasan.v2i2.104
Zuriati, E. (2019). Internalisasi Nilai-Nilai Karakter dalam
Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS). Jurnal
Etika Demokrasi PPKn, 4(1), 47–51. https://doi.org/10.26618/jed.v4i1.2022