PEMANFAATAN APLIKASI WHATSAPP GROUP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DARING PADA MATA KULIAH ULUMUL HADIS

 

Atika Rofiqatul Maula*

Muqowim**

Siti Khodijah Nurul Aula***

Haqan Ridhaeva****

*UIN Sunan Kalijaga, Indonesia

**UIN Sunan Kalijaga, Indonesia

***UIN Sunan Kalijaga, Indonesia

****UIN Sunan Kalijaga, Indonesia

*E-mail: atika rofiqoh@gmail.com

**E-mail: muqowim@uin-suka.ac.id

***E-mail: siti.aula@uin-suka.ac.id

****E-mail: haqanridhaeva03@gmail.com

 

Abstract

WhatsApp is one of the most practical social media. The ease of use and completeness of features of the application can be used as a learning media at various levels of education, including lectures. This research examines student satisfaction with the WhatsApp Group (WAG) use as learning media in the Ulumul Hadith course. This type of research is quantitative descriptive. Data was obtained from a survey distributed to 73 students using Google Forms. The survey found that 94.5% of students stated that Ulumul Hadith's lectures using WAG media are elementary to follow, and 84.9% answered that using WAG as a learning medium increased student motivation. Furthermore, the survey finds that 63% of students are "Satisfied," 34.2% are "Slightly Satisfied," and 2.7% are "Not Satisfied." The research recommends three things for WhatsApp use. Firstly, firmness of learning flow; secondly, lecture attendance rule and active participation.

Keywords: WhatsApp group; learning media; Ulumul Hadis

 

Abstrak

Aplikasi WhatsApp merupakan salah satu media sosial paling praktis. Kemudahan akses dan fitur yang tersedia pada aplikasi WhatsApp dapat digunakan sebagai media belajar untuk berbagai tingkatan Pendidikan termasuk dalam perkuliahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kepuasan mahasiswa terhadap pemanfaatan aplikasi WhatsApp Group sebagai media pembelajaran pada mata kuliah Ulumul Hadis. Adapun jenis penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dari survei yang disebarkan kepada 73 mahasiswa menggunakan aplikasi Google Form. Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa sebanyak 94,5% menyatakan bahwa perkuliahan Ulumul Hadis menggunakan media WAG sangat memudahkan mahasiswa, sebanyak 84,9% menjawab penggunaan WAG sebagai media pembelajaran meningkatkan motivasi mahasiswa dalam mempelajari hadis. Selanjutnya untuk kepuasan media pembelajaran dengan WAG, sebanyak 63% menjawab “Puas”, 34,2% menjawab “Tidak Puas” dan 2,7% menjawab “Kurang Puas”. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan aplikasi WhatsApp sebagai media pembelajaran, yaitu alur perkuliahan, ketentuan mengikuti perkuliahan dan partisipasi aktif.

Kata Kunci:  WhatsApp group; media pembelajaran; Ulumul Hadis



 

PENDAHULUAN

Adanya tranformasi digital ialah berpengaruh terhadap media pembelajaran tingkat pendidikan tinggi yang harus disesuaikan dan diperbarui dengan penggunaan media digital. Sehingga setiap lembaga pendidikan dapat didorong dengan adanya paham digital, agar sistem pendidikan dapat terus berkembang (Ahmad, 2018; Efriani et al., 2020). Media pembelajaran secara online/daring mungkin sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa, namun ketika terdapat keterbatasan seperti adanya pandemi, media pembelajaran online dapat menjadi sebuah alternatif proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien, salah satunya ialah mengatasi adanya keterbatasan tempat dan waktu, serta dapat memberikan ruang kepada mahasiswa untuk belajar secara mandiri (Monica & Fitriawati, 2020; Sandiwarno, 2016).

Media pembelajaran digital di lembaga perguruan tinggi tentu memberikan banyak manfaat seperti kemudahan mengakses informasi, kebebasan belajar, serta bentuk pembelajaran yang lebih mandiri. Proses adaptasi dengan perubahan media pembelajaran digital tentu bukan hal yang mudah, terutama bagi para dosen yang dituntut untuk selalu meng-updrage kemampuan dan skill diri yang harus relevan dengan perkembangan zaman (Dewantara et al., 2020; Efriani et al., 2020). Dikarenakan pada era digital ini, para mahasiswa sudah terbiasa hidup berdampingan dengan teknologi, hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai aktifitas dan gaya hidup yang serba digital. Sehingga dosen dituntut agar terus melakukan inovasi dan kreatifitas dalam proses pembelajaran, yaitu dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat memudahkan serta memotivasi mahasiswa dalam belajar.

Terdapat beberapa aplikasi yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran secara daring diantaranya adalah Zoom, G-Meet, Classroom, E-learning, Microsoft 365, Quizizz, bahkan media sosial seperti Youtube, WhatsApp, Instagram, dan lain-lain (Sakkir et al., 2020). Penggunaan media sosial sebagai media pembelajaran membuat proses pembelajaran semakin fleksibel, dikarenakan berbagai fitur yang diberikan dan kemudahan akses yang diberikan cukup mendukung seperti pesan teks, videocall, voicenote, dokumen dan sebagainya. Adapun aplikasi media sosial yang sering digunakan diantaranya ialah Youtube, Instagram dan WhatsApp (Sholekah & Wahyuni, 2019). Hal ini tentu dapat dilihat ketika pembelajaran mulai dilaksanakan secara jarak jauh, sehingga solusi agar pembelajaran dapat terlaksana ialah menggunakan media yang paling mudah untuk diakses oleh para mahasiswa, salah satunya ialah media sosial.

Adapun salah satu platform media sosial menurut hasil survei yang sering digunakan pada saat pembelajaran daring ialah WhatsApp (Zaini et al., 2021). Hal tersebut dikarenakan WhatsApp menjadi salah satu aplikasi pada smartphone yang memiliki durasi penggunaan harian tertinggi dibandingkan dengan aplikasi media sosial lainnya (Montag et al., 2015; Zaini et al., 2021). Perkembangan penggunaan aplikasi WhatsApp menjadi salah satu alat untuk memudahkan kehidupan masyarakat dalam zoom bidang, salah satunya ialah menjadi media dalam menunjang proses pembelajaran, yaitu sebagai alat komunikasi antara dosen dengan mahasiswa (Bouhnik et al., 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasir dan Prastowo (Nasir & Prastowo, 2021) menyatakan bahwa penggunaan aplikasi WhatsApp dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif ketika pandemic COVID-19. Adapun pemberian tugas dengan melibatkan aplikasi WhatsApp membuat mahasiswa lebih terlibat dan terstruktur, sehingga aplikasi tersebut dinilai dapat membantu dalam pembelajaran aktif dan meningkatkan pembelajaran yang kolaboratif (Dahdal, 2020).  Selain itu, Alaby (Alaby, 2020) menyebutkan bahwa WhatsApp memiliki peran dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai sarana yang edukatif, sarana penghubung informasi, sarana evaluasi dan layanan konsultasi. Menurut Gon dan Rawekar (Gon & Rawekar, 2017) dalam Munir (Munir et al., 2021)  penggunaan aplikasi WhatsApp tidak membutuhkan kuota internet yang cukup besar, namun aplikasi tersebut juga memiliki kekurangan seperti bertumpuknya pesan, kelelahan mata, pembatasan pada ukuran file dan kapasitas anggota group.

Adapun mata kuliah Ulumul Hadis merupakan salah satu mata kuliah wajib di perguruan tinggi Islam, di mana Zoom program studi akan mendapatkan mata kuliah tersebut (Panasiah & Fajri, 2023). Selain itu, penyampaian materi-materi kajian Ulumul Hadis biasanya ditampilkan dalam bentuk pdf. atau power point (Fauziyah, 2021). Hal tersebut tentu membutuhkan media pembelajaran daring yang dapat mengakomodasi tersampainya materi Ulumul Hadis kepada mahasiswa khususnya pada masa pandemi.

Berdasarkan pemaparan beberapa penelitian terkait sebelumnya, artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan aplikasi WhatsApp sebagai media pembelajaran daring ketika pandemi COVID-19 di ranah perguruan tinggi pada mata kuliah Ulumul Hadis Selain itu, pemaparan akan pemanfaatan aplikasi WhatsApp dapat dipilih sebagai salah satu media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran agar lebih praktis dan efisien, baik pada jenjang perguruan tinggi, jenjang menengah ataupun jenjang dasar.

 

METODE

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode campuran (mixed methode) yaitu, Kualitatif, metode ini dugunakan untuk mengungkapkan sebuah fenomena dalam aktivitas sosial, persepsi, kepercayaan, serta berbagai perspektif yang bersifat individua tau kelumpok (Djunadi Ghony & Almanshur, 2016) dan Kuantitatif berupa penyebaran survei, di mana metode ini digunakan untuk memperoleh data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini yang berisi tentang pendapat, keyakinan, perilaku, serta karakteristik (Sugiyono, 2015). Adapun metode ini dipilih untuk mengetahui tentang pemanfaatan dari aplikasi WhatsApp pada mata kuliah Ulumul Hadis selama pembelajaran daring. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada tahap awal penelitian ialah dilakukan penyebaran angket melalui Google Form yang bertujuan untuk mengetahui pendapat responden yang disertakan dengan kolom jawaban deskriptif. Angket tersebut dibagikan kepada 73 mahasiswa, yaitu terdiri dari kelas Program Studi Biologi A dan B Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Metode pengumpulan data selanjutnya ialah melakukan wawancara kepada dosen pengampu, serta melakukan observasi partisipatif terhadap pelaksanaan perkuliahan Ulumul Hadis, dan yang terakhir ialah mengumpulkan sumber data berbentuk dokumen tentang sistem perkuliahan daring Ulumul Hadis (Sugiyono, 2013).

Kemudian data dianalisis melalui tiga tahap, yaitu pertama, Data condensation (Kondensasi data) yaitu pemilihan data, penyederhanaan dan labelisasi data yang diperoleh dari hasil survei, wawancara dan observasi. Kedua, Data display (Penyajian data) yaitu penyajian data, di mana dalam penelitian ini penulis memilih narasi teks yang dilengkapi dengan pemaparan gambar-gambar pendukung. Ketiga, Drawing and Verifying conclution (Penarikan kesimpulan) yaitu tahap pengambilan kesimpulan yang disesuaikan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, di mana menarik kesimpulan ini dilakukan pada saat pengumpulan data berdasarkan bukti-bukti pendukung (Miles et al., 2018).

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Perkuliahan Ulumul Hadis Menggunakan Aplikasi WAG

Berdasarkan hasil survei dari kuesioner yang telah dibagikan kepada mahasiswa, mereka menyatakan bahwa pada awal perkuliahan dosen menyampaikan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dengan jelas, yaitu mulai dari penjelasan terkait cakupan materi yang akan dipelajari, media pembelajaran yang digunakan, referensi rujukan, konsep perkuliahan, kemampuan yang harus dicapai, serta bobot penilaian. Berdasarkan acuan yang ada di RPS yang telah dibagikan, perkuliahan mata kuliah Ulumul Hadis tercatat 2 SKS, artinya perkuliahan ini hanya dilaksanakan sekali dalam seminggu. Adapun jadwal dari masing-masing kelas ialah kelas Biologi B terjadwal pada hari Selasa dari pukul 07.00 sampai 08-30 WIB, sedangkan kelas  kelas Biologi A terjadwal di hari Selasa pada pukul 8.50 sampai 10.30 WIB.

Adapun pada pertemuan awal dosen menjelaskan RPS menggunakan media Google Meet, kemudian pada proses perkuliahan selanjutnya yaitu sesi presentasi dan diskusi menggunakan WhatsApp Group (WAG). Berdasarkan pernyataan dari dosen pengampu, alasan dalam pemilihan media pembelajaran menggunakan WAG ialah untuk memudahkan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, di mana pada mata kuliah yang lainnya mahasiswa sudah banyak menggunakan aplikasi seperti virtual meeting yang menghabiskan banyak kuota, sehingga penggunaan WAG merupakan media pembelajaran yang cukup ekonomis (Munir et al., 2021). Alasan selanjutnya ialah untuk mengurangi tingkat kelelahan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran online, dikarenakan penggunaan WAG yang sangat fleksibel (Sholekah & Wahyuni, 2019), di mana dosen dapat merespon berbagai pertanyaan dan tanggapan dari mahasiswa secara langsung dan cepat (Rosenberg & Asterhan, 2018).

Terdapat beberapa fitur aplikasi WhatsApp yang dapat menunjang proses pembelajaran, diantaranya seperti mengirim pesan berupa dokumen, rekaman suara, gambar, PPT, tautan, kontak dan berbagi lokasi (Sahu, 2014; Utami & Utami, 2020). Hal ini tentu dapat mempermudah mahasiswa dalam melakukan presentasi dan memulai diskusi melalui group WhatsApp, di mana materi diskusi dapat dikirimkan secara langsung berdasarkan pilihan menu yang telah tersedia. Selain itu, untuk sesi diskusi akan lebih mudah dengan merespon pesan secara langsung. Tidak hanya itu, WhatsApp juga dapat melangsungkan percakapan langsung berupa panggilan suara dan video, baik secara personal maupun panggilan group. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat difahami melalui Gambar 1.

Gambar 1 Fitur aplikasi WhatsApp

 

Alur Perkuliahan Menggunakan Aplikasi WAG

Berdasarkan data yang dihasilkan dari observasi dan dokumen tentang sistem pembelajaran daring Ulumul Hadis, adapun perkuliahan menggunakan aplikasi WAG juga didukung dengan adanya ketentuan pembelajaran daring yang disusun oleh dosen disamping RPS yang telah dibagikan dan dijelaskan sebelumnya, di mana dikhususkan pada ketentuan yang diperuntukkan kepada pemakalah dan non-pemakalah. Adapun ketentuan/sistem perkuliahan daring yang disusun ialah mencakup alur perkuliahan, klasifikasi penilaian dan pembagian materi serta nama pemakalah. Alur perkuliahan menggunakan WAG berdasarkan RPS dan kontrak belajar yang telah disampaikan pada awal perkuliahan terbagi menjadi sembilan tahap yang mencakup empat sesi. Adapun empat sesi yang dimaksud ialah proses setting group pada waktu presentasi. Penjelasan dari alur perkuliahan yang dimaksud dapat dipresentasikan melalui Gambar 2.

Gambar 2 Alur perkuliahan menggunakan WAG

 

Tahap pertama, dosen membuka perkuliahan dan mempersilahkan pemakalah untuk mengirimkan PPT beserta penjelasan materi presentasi berupa rekaman suara sekitar 15 menit, kemudian dosen menjadikan pemakalah sebagai admin group sehingga ketika pemakalah menyampaikan materi group diatur hanya untuk admin group saja (lihat Gambar 3). Hal ini dilakukan untuk mengatasi terjadinya banjir pesan dari non-pemakalah yang akan mengganggu proses penyampaian materi yang pemakalah presentasikan.

Gambar 3 Group setting

 

 Tahap kedua, dosen membuka Sesi I dan mengubah setting group untuk seluruh partisipan dan membuka termin pertanyaan. Pada Sesi I ini adalah kesempatan bagi non-pemakalah untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan oleh presentator dengan format penulisan nomor pertanyaan, nama, dan pertanyaan agar lebih efektif (lihat Gambar 4).

Gambar 4 Format pertanyaan mahasiswa

 

Tahap ketiga, dosen kembali mengubah setting group hanya untuk admin dan mempersilahkan pemakalah untuk menjawab atau memberikan tanggapan kepada setiap pertanyaan dari non-pemakalah dengan baik dan maksimal. Sehingga pemakalah dapat memberikan setiap jawaban dengan cara menu reply (lihat Gambar 5) pada pesan penanya untuk mempermudah identifikasi jawaban dari setiap pertanyaan.

Gambar 5. Menu reply pesan

 

Tahap keempat, atau Sesi II ialah dosen mempersilahkan kepada mahasiswa non-pemakalah untuk menyampaikan tanggapan atau komentar atas jawaban dari pemakalah, serta dapat membantu memberikan jawaban dari berberapa pertanyaan yang telah terkumpul. Selanjutnya ialah Tahap kelima, pemakalah dipersilahkan untuk menanggapi sanggahan atau komentar yang disampaikan oleh non-pemakalah pada Sesi II. Tahap keenam, atau Sesi III yaitu dosen membuka kembali termin pertanyaan bagi mahasiswa yang belum mengajukan pertanyaan.

Tahap ketujuh, dosen kembali merubah setting group untuk admin saja dan memperlihakan kepada pemakalah untuk menjawab pertanyaan berikutnya, seperti pada tahap ketiga diatas. Tahap kedelapan, yaitu Sesi IV di mana group disetting untuk seluruh partisipan kembali agar non-pemakalah dapat menyampaikan tanggapan atau sanggahan terhadap jawaban yang disampaikan oleh pemakalah. Yang terakhir Tahap kesembilan, yaitu pemakalah menyampaikan kesimpulan, dilanjutkan dengan dosen memberikan tanggapan serta tambahan penjelasan atas materi yang dibahas kepada mahasiswa melalui voicenote, kemudian menutup perkuliahan.

Gambar 6 Cara mahasiswa menjawab pertanyaan

Setelah perkuliahan berakhir, mahasiswa diwajibkan untuk mengisi list presensi dengan batas waktu yang telah ditentukan. Disamping itu, tugas dari mahasiswa ialah mengirimkan report secara tertulis dari hasil presentasi makalah melalui akun E­­-learning kampus masing-masing, yaitu berisi tentang pertanyaan yang diajukan dan jawaban dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan, kemudian wajib mengisi list pengumpulan report mingguan. Adapun tugas pemakalah selain melakukan presentasi dan menyampaikan materi, pemakalah diwajibkan untuk melakukan report tertulis dari hasil presentasi yang diunggah melalui akun E-learning kampus.

 

Pemanfaatan Aplikasi WAG Sebagai Media Pembelajaran Pada Mata Kuliah Ulumul Hadis

Berdasarkan penggunaan aplikasi WhatsApp Group sebagai media pembelajaran, maka dibutuhkan ulasan terkait bagaimana persepsi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan pada mata kuliah Ulumul Hadis menggunakan WAG. Berdasarkan hasil survei dari 73 mahasiswa, sebanyak 94,5% atau sebanyak 69 responden mereka menyatakan bahwa perkuliahan Ulumul Hadis menggunakan media WAG sangat memudahkan mahasiswa. Kemudian penggunaan WAG sebagai media pembelajaran meningkatkan motivasi mahasiswa dalam mempelajari hadis sebanyak 84,9% mahasiswa menjawab “Ya” dan 15,1% menjawab “Tidak”, selanjutnya pada pertanyaan terkait pemahaman mahasiswa dalam mempelajari Ulumul Hadis menggunakan WAG hasilnya juga serupa, yaitu sebanyak 84,9% mahasiswa menjawab “Ya” dan sisanya menjawab “Tidak”. Adapun tugas yang diberikan oleh dosen pengampu ketika menggunakan aplikasi WAG pada mata kuliah Ulumul Hadis juga tidak memberatkan mahasiswa, di mana sebanyak 91,8% responden atau sebanyak 67 mahasiswa menjawab tidak memberatkan.

Gambar 7 Hasil Survei

 

Gambar 8 Hasil Survei

 

Berdasarkan hasil survei di atas, penggunaan Aplikasi WAG sebagai media perkuliahan dapat dinilai sangat efektif dan efisien, dikarenakan dapat membuat kelas lebih aktif dan kondusif, hal ini dibuktikan dengan pernyataan mahasiswa yang menyebutkan bahwa:

“karena tidak membutuhkan sinyal dan kuota yang banyak sehingga dapat mengikuti perkuliahan dari awal hingga akhir dengan lancar tanpa terkendala sinyal

“karena fleksibel dengan tempat dan kondisi yang tidak mengharuskan on-cam, menghabiskan kuota, serta materi bisa dibaca dan tanya jawab yang ada di group bisa dibaca berulang-ulang

Kemudian pendapat ini diperkuat dengan tanggapan mahasiswa lain yang menyampaikan bahwa:

“karena dengan menggunakan WAG kondisi kelas lebih kondusif dan mahasiswa bisa berinteraksi leluasa dengan mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan

Namun pada pertanyaan terkait kepuasan mahasiswa dalam menggunakan aplikasi WAG sebagai media pembelajaran mata kuliah Ulumul Hadis cukup beragam, di mana sebanyak 63% menjawab “Puas”, 34,2% menjawab “Tidak Puas” dan 2,7% menjawab “Kurang Puas” seperti Gambar 9.

Gambar 9 Hasil Survei

Adapun ketidakpuasan yang dirasakan mahasiswa dalam menjalani perkuliahan Ulumul Hadis dengan media WAG ialah dikarenakan tidak adanya interaksi secara langsung seperti pada aplikasi virtual meeting, kemudian terdapat materi yang belum dipahami secara menyeluruh dengan penjelasan melalui WAG. Hal ini disampaikan oleh mahasiswa yang menyebutkan bahwa:

“dikarenakan tidak adanya kontak secara visual antara pengajar dengan yang diajar. Hal ini menyebabkan sebagian mahasiswa tidak memahami secara penuh materi yang diajarkan

“dikarenakan WA group identik dengan membaca sendiri materi yang di share  ada beberapa rekaman yang terkadang masih kurang jelas jika digunakan sebagai bahan penjelasan, menurut saya tetap dibutuh kan media zoom atau G-Meet agar bisa berdiskusi untuk materi-materi yang mungkin sangat perlu dijelaskan lebih mendalam oleh ibu dosen

Berdasarkan pernyataan dari mahasiswa di atas terkait penggunaan WAG sebagai media pembelajaran, tentu sangat bergantung pada gaya belajar setiap mahasiswa yang pasti berbeda-beda, di mana ada yang terbiasa dengan mengikuti diskusi secara langsung seperti di kelas luring, atau bahkan nyaman dengan mengikuti diskusi virtual via WAG.

Adapun proses perkuliahan yang dilangsungkan dengan memanfaatkan aplikasi WhatsApp berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dipaparkan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: Alur perkuliahan, adanya kejelasan sistematika perkuliahan yang telah disusun oleh dosen secara runtut dan disampaikan kepada seluruh mahasiswa secara jelas, baik tentang tahap perkuliahan maupun pola komunikasi yang akan dijalankan.

Ketentuan mengikuti perkuliahan, terdapat syarat-syarat serta ketentuan khusus yang telah disepakati oleh dosen dan mahasiswa, baik ketentuan dalam penugasan serta aturan mengikuti perkuliahan. Partisipasi aktif, partisipasi dalam mengikuti perkuliahan menggunakan WhatsApp sangat membutuhkan atensi yang cukup dari mahasiswa, tidak hanya membuka group yang telah tersedia, namun mahasiswa juga dapat menyimaknya dengan seksama dan dapat mengikuti diskusi dengan aktif. Sehingga pemanfaatan aplikasi WhatsApp ini dapat menjadi sebuah media pembelajaran yang praktis dan transformatif, dikarenakan tidak hanya terjadi perubahan pada gaya pembelajaran, namun adanya peningkatan dalam media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.

 

Diskusi

Aplikasi WhatsApp sebagai media pembelajaran memang sudah dikaji dan oleh beberapa peneliti terdahulu seperti Daheri dkk. (Daheri et al., 2020), Okvireslian (Okvireslian, 2021), Pustikayasa (Pustikayasa, 2019), Alaby (Alaby, 2020), dan lain-lain. Hal tersebut dikarenakan transformasi digital dan pemanfaatannya yang mulai masuk pada ranah pendidikan. Dapat kita ketahui bahwa aplikasi WhatsApp pada mulanya merupakan sebuah media komunikasi dalam jarak jauh, kemudian dengan berbagai kebutuhan serta berbagai fitur yang ditawarkan sangat menarik, sehingga aplikasi WhatsApp menjadi salah satu media yang memungkinkan untuk digunakan sebagai penunjang dari proses pembelajaran (Dahdal, 2020). Kemanfaatan dari aplikasi WhatsApp juga dinilai menjadi salah satu media yang mudah digunakan serta paling sederhana, dikarenakan aplikasi tersebut yang dapat di-Instagram pada perangkat seluler yang dapat dibawa ke mana saja dan diakses kapan saja ((Alaby, 2020; Utami & Utami, 2020). Hal tersebut tentu sangat membantu berjalannya proses pembelajaran Ulumul Hadis, Di mana materi-materi yang disampaikan juga berupa teks maupun audio dan aplikasi WhatsApp dapat mendukung kebutuhan tersebut.

Adapun perkuliahan yang menggunakan media WhatsApp dapat memudahkan mahasiswa dalam mengulas kembali materi yang telah didiskusikan, dikarenakan hasil diskusi yang telah dilaksanakan akan tetap tersimpan, mulai dari dokumen, serta percakapan saat diskusi dapat disimak kembali oleh anggota WhatsApp Group (Ayuningtyas, 2018; Boyinbode et al., 2017; Rifqiyati et al., 2020). Hal tersebut tentu sangat memudahkan mahasiswa dalam mengikuti sesi diskusi selama mata kuliah Ulumul Hadis dari materi-materi yang telah dipresentasikan. Di samping itu, penggunaan aplikasi WhatsApp sebagai media pembelajaran tentu sangat bergantung pada penyesuaian mahasiswa itu sendiri, dikarenakan model belajar dengan aplikasi ini ialah berinteraksi dengan pesan teks dan suara, tanpa dapat berinteraksi secara langsung seperti ketika di kelas pada umumnya. Sehingga bagi mahasiswa yang cenderung lebih suka dengan model pembelajaran yang interaktif, ia akan kurang tertarik dan tidak puas dengan perkuliahan menggunakan WhatsApp. Namun hal sebaliknya dapat menjadi sebuah peluang bagi mahasiswa yang tidak terlalu percaya diri dalam menyampaikan pendapat secara langsung, sehingga dengan melakukan diskusi melalui WhatsApp ia akan lebih aktif untuk mengikuti diskusi.

Adapun hal yang dapat diperhatikan dalam menggunakan WhatsApp sebagai media pembelajaran pada tingkat perguruan tinggi ialah pada rencana dan konsep dari perkuliahan, di mana terdapat berbagai fitur dan pengaturan yang dapat dimanfaatkan secara baik (Alaby, 2020). Seperti pada hasil penelitian di atas, di mana dosen membuat rencana pembelajaran dengan menerapkan berbagai ketentuan selama proses perkuliahan, salah satunya ialah memanfaatkan tombol group setting agar lebih efektif dan kondusif. Selain itu, dosen menjelaskan bahwa salah satu poin dari penilaian ialah pengumpulan report mingguan, di mana mahasiswa mengajukan pertanyaan di setiap pertemuan agar dapat mengumpulkan repot tersebut. Adapun akibat dari konsep dan aturan perkuliahan yang disusun tersebut, tidak jarang kurang 20 mahasiswa yang aktif mengajukan pertanyaan. Berdasarkan aturan yang telah disusun oleh dosen, sehingga mahasiswa harus benar-benar fokus dalam mengikuti kelas dan benar-benar mengikuti jalannya diskusi secara maksimal.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan aplikasi WhatsApp sebagai media pembelajaran pada mata kuliah Ulumul Hadis dapat dinilai efektif dan efisien dalam proses pembelajaran secara daring. Hal tersebut dapat diketahui melalui respons positif dari mahasiswa terkait perkuliahan yang berlangsung dengan WhatsApp Group. Penggunaan media WhatsApp tersebut


tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri, zoom halnya dengan media lainnya. Salah satu kelebihan yang sangat dirasakan oleh mahasiswa ialah kemudahan akses yang diberikan serta fleksibilitas dari penggunaan aplikasi tersebut yang sangat membantu mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan lebih nyaman. Di samping itu, kekurangan dari media WhatsApp ini ialah lebih kepada kepuasan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan seperti pada saat diskusi atau mendengarkan penjelasan dari dosen. Adapun peran dosen dalam hal ini ialah dituntut agar lebih inovatif untuk membuat desain perkuliahan yang menarik agar kelas tetap aktif dan interaktif. Oleh karena itu, terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan seorang pendidik dalam memanfaatkan aplikasi WhatsApp sebagai media pembelajaran, yaitu: Menyusun alur perkuliahan secara jelas dan sistematis; Menerapkan ketentuan dalam mengikuti perkuliahan; dan Partisipasi aktif dari zoom pihak, baik pemakalah, peserta, serta dosen pengampu.


 


DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad, I. (2018). Digital learning process in the age of the industrial revolution 4. 0 era technology disruptions. Ministry of Research, Technology and Higher Education, 1–13.

Alaby, M. A. (2020). Media sosial whatsapp sebagai media pembelajaran jarak jauh mata kuliah ilmu sosial budaya dasar (ISBD). Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 3(2), 273–289.

Ayuningtyas, P. (2018). Whatsapp: Learning on the go. Metathesis: Journal of English Language, Literature, and Teaching, 2(2), 159–170.

Bouhnik, D., Deshen, M., & Gan, R. (2014). WhatsApp goes to school: Mobile instant messaging between teachers and students. Journal of Information Technology Education: Research, 13(1), 217–231.

Boyinbode, O. K., Agbonifo, O. C., & Ogundare, A. (2017). Supporting mobile learning with WhatsApp based on media richness. Circulation in Computer Science, 2(3), 37–46.

Dahdal, S. (2020). Using the WhatsApp social media application for active learning. Journal of Educational Technology Systems, 49(2), 239–249.

Daheri, M., Juliana, J., Deriwanto, D., & Amda, A. D. (2020). Efektifitas whatsapp sebagai media belajar daring. Jurnal Basicedu, 4(4), 775–783.

Dewantara, J. A., Efriani, E., Sulistyarini, S., & Prasetiyo, W. H. (2020). Optimization of Character Education Through Community Participation Around The School Environment (Case Study in Lab School Junior High School Bandung). JED (Journal of Etika Demokrasi), 5(1), 53–66.

Djunadi Ghony, M., & Almanshur, F. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Jakarta: Ar-ruzz Media.

Efriani, E., Dewantara, J. A., & Afandi, A. (2020). Pemanfaatan Aplikasi Discord Sebagai Media Pembelajaran Online. Jurnal Teknologi Informasi Dan Pendidikan, 13(1), 61–65.

Fauziyah, N. L. (2021). Pembelajaran Daring Ulumul Hadits: Respon Mahasiswa dan Dampaknya terhadap Nilai Akhir Semester. Alim, 3(2), 185–196.

Gon, S., & Rawekar, A. (2017). Effectivity of e-learning through WhatsApp as a teaching learning tool. MVP Journal of Medical Sciences, 4(1), 19–25.

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaa, J. (2018). Qualitative data analysis: A methods sourcebook. Sage publications.

Monica, J., & Fitriawati, D. (2020). Efektivitas Penggunaan Aplikasi Zoom Sebagai Media Pembelajaran Online Pada Mahasiswa Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Communio: Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi, 9(2), 1630–1640.

Montag, C., B aszkiewicz, K., Sariyska, R., Lachmann, B., Andone, I., Trendafilov, B., Eibes, M., & Markowetz, A. (2015). Smartphone usage in the 21st century: who is active on WhatsApp? BMC Research Notes, 8(1), 1–6.

Munir, S., Erlinda, R., Putra, H. E., & Afrinursalim, H. (2021). WHATSAPP AS A LEARNING TOOL DURING COVID-19 PANDEMIC: ADVANTAGES AND DISADVANTAGES. International Journal of Educational Best Practices, 5(2), 168–182.

Nasir, M. F. A., & Prastowo, A. (2021). Pemanfaatan WhatsApp Group (WAG) sebagai Instrumen Penilaian Sikap Siswa MI Al-Islah Jepara di Masa Pandemi. Dawuh Guru: Jurnal Pendidikan MI/SD, 1(2), 105–120.

Okvireslian, S. (2021). Pemanfaatan aplikasi Whatsapp sebagai media pembelajaran dalam jaringan kepada peserta didik paket B Uptd Spnf Skb Kota Cimahi. Comm-Edu (Community Education Journal), 4(3), 131–138.

Panasiah, S. E., & Fajri, M. (2023). Analisis Capaian Pembelajaran Mata Kuliah Ulumul Hadis pada Program Studi Ekonomi Syariah di UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samrainda (Meninjau Ekspektasi Mahasiswa). Jurnal Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Borneo, 4(3), 307–321.

Pustikayasa, I. M. (2019). Grup whatsapp sebagai media pembelajaran. Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama Dan Kebudayaan Hindu, 10(2), 53–62.

Rifqiyati, R., Andriyani, L., Fitrijantio, A., & Handayani, F. (2020). Efektifitas Pembelajaran Islam Melalui Whassap Group. Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ, 1(1).

Rosenberg, H., & Asterhan, C. S. C. (2018). WhatsApp, Teacher?-Student Perspectives on Teacher-Student WhatsApp Interactions in Secondary Schools. Journal of Information Technology Education: Research, 17, 205–226.

Sahu, M. S. (2014). An analysis of WhatsApp forensics in android smartphones. International Journal of Engineering Research, 3(5), 349–350.

Sakkir, G., Dollah, S., & Ahmad, J. (2020). Favorite E-Learning Media in Pandemic Covid-19 Era. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(3), 480–485.

Sandiwarno, S. (2016). Perancangan Model E-Learning Berbasis Collaborative Video Conference Learning Guna Mendapatkan Hasil Pembelajaran yang Efektif dan Efisien. Jurnal Ilmiah FIFO, 8(2), 191.

Sholekah, D. D., & Wahyuni, S. (2019). Pemanfaatan Media Sosial dalam Proses Pembelajaran di SMPN 1 Mojo Kediri. Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES), 2(1), 50–60.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV. ALFABETA.

Sugiyono, P. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta, 28, 1–12.

Utami, S., & Utami, P. (2020). Peningkatan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Peserta Didik Teknik Audio Video di Masa Pandemi Covid-19 dengan WhatsApp Group. Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational Education), 5(1), 75–88.

Zaini, H., Hadi, A., Sofyan, F. A., & Hamzah, A. (2021). Covid-19 and Islamic Education in School: Searching for Alternative Learning Media. Webology, 18(1), 154–165.