PENINGKATAN
HASIL BELAJAR BIOLOGI
MENGGUNAKAN
METODE SQ3R PADA PESERTA DIDIK
KELAS
XI IPA 1 MAN 5 JAKARTA
Erdawati
Madrasah Aliyah Negeri 5
Jakarta, Indonesia
E-mail: erda6405@gmail.com
Abstract
This study aims to improve students'
biology learning outcomes by applying the SQ3R method to students in class XI
IPA 1 MAN 5 Jakarta in the academic year. This type of research is classroom
action research with a research design using Kurt Lewin's model. The researcher
conducted the research in semester 1 (odd) of the 2019/2020 school year. The
research subjects were students of class XI IPA 1 MAN 5 Jakarta, which
consisted of 30 students. The object of research was the learning outcomes of
students' biology. Data collection techniques used observation and interviews.
The research data were analyzed descriptively and presented in tables and
graphs. The results showed an increase in students' biology learning outcomes;
in the first cycle, the average class score was 72.83 with learning mastery at
only 26.67%, then in the second cycle, it increased to 83.00 with learning
mastery reaching 93.33%. There is an increase in student learning activities.
Students are more enthusiastic about taking lessons; students' ability to ask
questions is getting better; students are active in finding learning resources;
students are active in discussion and fluent in answering questions. Based on
the study results, the conclusion is that applying the SQ3R method in Biology
subjects can improve students' learning outcomes and learning activities in
class XI IPA 1 MAN 5 Jakarta.
Keywords: learning
outcomes, biology, SQ3R method
Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan
hasil belajar biologi peserta didik melalui metode
SQ3R di MAN 5 Jakarta. Jenis penelitian
yaitu tindakan kelas (PTK), dengan desain model Kurt Lewin. Peneliti
melakukan penelitian pada semester
1 tahun pelajaran
2019/2020. Subyek penelitian
yaitu peserta didik kelas XI IPA 1 MAN 5
Jakarta yang terdiri dari
30 orang. Objek penelitian adalah hasil belajar
biologi. Data penelitian dilakukan dengan teknik observasi serta wawancara. Data penelitian dianalisis secara deskriptif kemudian ditampilkan dalam tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar biologi setiap siklus. Nilai rata-rata kelas pada siklus I yakni 72,83 dengan ketuntasan belajar hanya 26,67%, kemudian meningkat menjadi 83,00 pada siklus II dengan ketuntasan belajar mencapai 93,33%. Terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa. Siswa lebih antusias
mengikuti pelajaran; kemampuan siswa dalam bertanya menjadi semakin baik; siswa aktif
dalam mencari sumber belajar; siswa aktif dalam
berdiskusi dan lancar dalam menjawab pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian, penerapan metode SQ3R pada pelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil serta aktivitas
belajar peserta didik kelas XI IPA 1 MAN 5
Jakarta.
Kata kunci: hasil belajar, biologi,
metode SQ3R
PENDAHULUAN
Belajar adalah proses perubahan kemampuan pada diri seseorang, dilakukan secara terus menerus,
dengan demikian belajar bukan hanya
sekedar menghafal ataupun mengingat suatu pelajaran saja. Dalam proses belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor luar
diri dan dalam diri yang saling memengaruhi (Sudjana, 2005). Belajar
memiliki banyak manfaat dan perubahan kearah positf, lebih lanjut belajar
juga dapat diartikan sebagai perubahan kecakapan, kebiasaan, sikap, minat, segala
aspek atau pribadi seseorang tidak hanya jumlah
pengetahuan saja (Nasution, 2018).
Belajar merupakan aktivitas kompleks (Dimyanti & Mudjiono, 2002). Dimana
siswa berperan penting menjadi penentu terjadinya proses belajar ataupun tidak. Proses belajar dapat terjadi jika
siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian, belajar menjadi tindakan dan perilaku siswa yang hanya dialami oleh siswa itu sendiri dan proses belajar mengajar di kelas hendaklah dibuat menyenangkan agar hasil belajar yang diperoleh menjadi optimal.
Belajar yang
menyenangkan dapat membantu siswa memahami apa yang ia pelajari di dalam kelas. Sehingga,
seorang guru harus bisa merencanakan pembelajaran dengan baik dan menyenangkan. Hal yang harus dipertimbangkan oleh guru dalam perencanaan pembelajaran antara lain karakteristik pelajaran serta karakteristik siswa yang bersifat homogen atau beragam.
Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yaitu bidang ilmu yang berkaitan tentang alam. Mata pelajaran IPA terdiri dari kumpulan
pengetahuan yang berisi fakta-fakta, konsep, serta proses penemuan. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Mata pelajaran biologi berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia sehingga bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan secara sains. Demikian peranan penting Biologi dalam kehidupan
manusia. Salah satu materi pada mata pelajaran Biologi yang diajarkan di kelas XI adalah materi pencernaan.
Pencernaan terdiri dari materi yang berisi fakta dan menjadi penting untuk dikuasai oleh siswa.
Materi pencernaan yang isinya memuat fakta, memerlukan
aktivitas atau kegiatan membaca. Karena dengan membaca, siswa dapat memperoleh
manfaat dan pengetahuan tentang pencernaan. Namun, kenyataan di lapangan, siswa kerap kali malas untuk membaca, sehingga kurang menguasai konsep dan informasi tentang pencernaan. Dampaknya adalah hasil belajar yang semakin menurun. Padahal hasil belajar
seringkali dijadikan tolok ukur keberhasilan
proses pembelajaran yang telah
berlangsung.
Hasil belajar sebagai
berbagai kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah menerima
pengalaman dalam belajarnya (Sudjana, 2006). Hasil belajar
juga menunjukkan kepada prestasi belajar yang merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2006). Lebih
lanjut Bloom menyimpulkan secara garis besar
mengenai hasil belajar peserta didik dikelompokkan menjadi tiga kategori
yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor (Dimyanti & Mudjiono, 2002).
Hasil observasi awal
pada tanggal 07 Oktober
2019 dikelas XI IPA 1, didapatkan
hasil sebagai berikut: hasil belajar siswa cenderung
menurun, selama proses belajar, siswa hanya mengandalkan guru dalam menyampaikan materi sehingga menjadi tidak mandiri,
siswa malas untuk membaca sehingga informasi yang diterima sangat terbatas, siswa menganggap mata pelajaran biologi membosankan karena bersifat hafalan, akibatnya motivasi belajarnya kurang. Siswa cenderung
tidak aktif selama proses pembelajaran berlangsung serta cepat melupakan materi yang baru saja diberikan. Kondisi tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi
semakin menurun.
Kondisi menurunnya hasil dan aktivitas belajar di kelas XI IPA 1 harus segera dicarikan solusinya. Salah satu solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan merubah metode belajar mengajar yang lebih tepat. Tujuannya adalah meningkatkan hasil sekaligus keaktifan belajar biologi siswa. Diharapkan dapat terwujud pembelajaran yang bermakna, menyenangkan serta mudah dipahami. Upaya yang dilakukan untuk merancang pembelajaran Biologi yang tepat guna yaitu
melalui metode SQ3R.
SQ3R sebagai metode
dengan lima tahapan, yaitu survey, question, read, recite,
dan review (Sulistyaningsih, n.d.). Konsepnya
yaitu menemukan ide-ide pokok melalui proses membaca. Melalui tahapan SQ3R dapat membantu mengingat materi pelajaran lebih lama.
SQ3R merupakan pendekatan
belajar yang mudah diterpakan untuk semua pelajaran (Syah, 2000). Dijelaskan
pula SQ3R sebagai suatu metode yang dilakukan dengan mensurvei buku-buku yang relevan (survey),
membuat pertanyaan (question)
kemudian membaca (read)
serta menemukan jawaban dari pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti
maupun teman, untuk kemudian dilakukan penegesan serta pembahasa ulang (recite dan review) supaya
materi pelajaran tidak mudah lupa
(Sagala, 2003).
Lebih lanjut,
SQ3R merupakan strategi mempelajari suatu bahan yang akan dipelajari sebagai gambaran umum, lalu disusun pertanyaan
terarah yang kemudian dilakukan proses membaca untuk dapat menjawab
pertanyaan (Syah, 2000). Adapun
tahap atau langkah dalam menerapkan
SQ3R, yaitu:
1) Survey, yaitu peninjauan
informasi secara focus. Peninjauan dapat dilakukan selama 5-10 menit untuk satu
bab.
2) Question, yaitu membuat
pertanyaan relevan untuk dipelajari. Untuk mempermudah peserta didik dalam
menerapkan SQ3R, maka pertanyaan yang diajukan dapat disediakan atau dibantu menyusun
pertanyaan oleh peneliti.
3) Read, yaitu membaca. Membaca merupakan proses mengisi informasi. Caranya adalah dengan membaca
materi sampai tuntas, dan tidak boleh melanjutkan ke materi berikutnya.
Pada proses membaca ini juga
sekaligus menemukan jawaban pertanyaan dengan cara ditulis
di kertas dengan menggunakan kata-kata sendiri.
4) Recite, yaitu menceritakan.
Umumnya, seseorang sering lupa terhadap
materi yang dibaca. Melalui recite inilah bermanfaat untuk melatih konsentrasi dan mengingat bahan atau materi bacaan
lebih lama. Caranya yaitu dengan memperhatikan
pertanyaan yang ada kemudian membaca materi, lalu menjawab
soal tersebut.
5) Review yaitu mengulang,
untuk membangun daya ingat. Cara review adalah dengan membaca
ulang bahan atau materi kemudian
mencatat dan melakukan diskusi. Proses review menjadi
efektif jika dilakukan dengan menjelaskan kepada teman atau presentasi
didapan kelas.
Penerapan
SQ3R tidak hanya memiliki kelebihan saja. Terdapat kendala-kendala dalam proses penerapannya. Berikut kendala yang terjadi dalam proses penerapan SQ3R.
Penerapan metode SQ3R tidak mudah dilakukan, ada beberapa hambatan
yang harus diperhatikan di antaranya motivasi belajar peserta didik, sikap pasif
dalam belajar, ketergantungan peserta didik terhadap orang lain dalam belajar, serta keterbatasan fasilitas pembelajaran. Permasalahan mengenai motivasi belajar peserta didik, menjadi masalah dasar dan paling banyak dijumpai oleh guru. Selain itu kreativitas peserta didik juga dapat menjadi hambatan
dalam menerapkan metode SQ3R.
Terdapat beberapa kendala atau hambatan dalam
penerapan SQ3R dalam meningkatkan hasil belajar yaitu motivasi
belajar yang rendah. sikap pasif dan juga bergantung pada orang lain. Selain
itu keterbatasan fasilitas pembelajaran seperti sumber belajar serta alat
peraga menjadi hambatan dalam penerapan SQ3R. lebih lanjut selain motivasi
belajar yang rendah, keterbatasan buku dan kreativitas dalam mencari sumber materi menyebabkan belajarnya menjadi tidak optimal ((Wijayanti, 2020), (Susanti, 2019) serta (Nasution, 2018)).
Adapun kelebihan atau manfaat penerapan SQ3R berdasarkan beberapa hasil penelitian yaitu: peserta didik menjadi lebih
serius dalam mengikuti pelajaran, guru menjadi lebih mudah
dalam mengajar, aktivitas dan pemahaman konsep belajar meningkat karena SQ3R dapat mendorong seseorang untuk membaca secara aktif, memahami setiap jawaban pertanyaan, serta lebih konsentrasi dalam membaca sehingga
materi mudah dipahami. Melalui SQ3R, siswa saling bertukar
pikiran, paham konsep melalui informasi yang dicarinya sendiri ((Muhiddin et al., 2020)
& (Tendrita et al., 2016)).
Penerapan
SQ3R yang dipadukan dengan learning
strategy mendapat dua manfaat diantaranya meningkatkan hasil sekaligus kesadaran metakognisi. Nilai rata-rata menjadi
lebih tinggi juga dapat membantu menghadapi hambatan dalam proses pembelajaran (Hasanah & Sugianto, 2013).
Guru direkomendasikan untuk selalu berusaha
melakukan pendampingan dan bimbingan dalam penerapan metode pembelajaran SQ3R, khususnya pada
saat kerja kelompok (Dasiti, 2021). Hal ini
dilakukan supaya tidak terjadi saling
ketergantungan atau mengandalkan orang lain. Harapan dari pendampingan atau bimbingan yang dilakukan adalah agar menjadi aktif dalam
diskusi serta terjalinnya kerjasama yang baik saat berkelompok.
Dengan demikian, faktor-faktor seperti motivasi, sikap belajar, khususnya aktivitas belajar peserta didik, perlu menjadi
perhatian dalam menerapkan metode SQ3R. Sehingga, penerapan metode SQ3R menjadi efektif, tepat guna dan hasilnya optimal.
Permasalahan mengenai hasil belajar sekaligus keaktifan belajar yang cenderung menurun dalam pembelajaran Biologi, perlu dicarikan solusi yang tepat. Salah satunya dengan penerapan SQ3R. Sehingga disusunlah perumusan masalah yaitu: “Bagaimana hasil belajar di kelas XI IPA 1 MAN 5 Jakarta, materi
pencernaan melalui SQ3R?”
dan “Bagaimana aktivitas belajarnya melalui metode SQ3R?”. Adapun penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil serta keaktifan belajar melalui penerapan SQ3R.
METODE
Penelitian yang
dilakukan yakni PTK dengan desain Kurt Lewin. Penelitian dilakukan pada tanggal 21 Oktober – 22 November
2019. Penelitian dilaksanakan
melalui dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 5 kali pertemuan. Adapun jadwal penelitian
ada pada Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Siklus |
Pertemuan |
I |
21
Oktober – 04 November 2019 |
II |
08
– 22 November 2019 |
Dalam penelitian
ini, peneliti sebagai konseptor sekaligus peneliti. Yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas XI IPA 1 MAN 5
Jakarta. Subjek terdiri dari 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi juga wawancara. Kemudian dianalisis secara deskriptif lalu ditampilkan dalam bentuk tabel serta
grafik.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasilkan temuan penelitian serta pembahasan, dideskripsikan sebagai berikut:
1.
Temuan
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu yaitu tanggal
21 Oktober – 22 November 2019, dengan
2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 5 kali pertemuan:
Hasil
Penelitian Siklus I
a.
Tahap Perencanaan
Kegiatan/aspek yang telah dipersiapkan antara lain:
1) Menyusun RPP dengan metode SQ3R
2) Menyediakan alat, sarana dan media pembelajaran
3) Membagi kelas dalam kelompok kecil dengan setiap
kelompok 6 peserta didik/kelompok
b. Tahap Pelaksanaan
PTK siklus I dilaksanakan
pada 21 Oktober - 04 November 2019. Langkah-langkah pelaksanaan PTK yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Memberi salam serta berdoa
2) Pengkondisian kelas (disiplin)
3) Penyampaian tujuan pembelajaran
4) Pengelompokkan peserta didik
5) Tiap orang diberi materi serta tugas
yang berbeda
(a) Siswa mencermati gambar kemudian dengan kajian pustaka
yang telah disurvey menjelaskan mengenai “struktur sistem pencernaan makanan pada manusia”.
(b) Siswa mencermati gambar kemudian melalui kajian pustaka dapat menjelaskan
“fungsi sistem pencernaan makanan pada manusia”.
(c) Siswa mengamati gambar dan melalui kajian pustaka dapat menjelaskan “proses sistem pencernaan makanan pada manusia”.
(d) Siswa mengamati gambar dan melalui kajian pustaka dapat menjelaskan “kelainan/penyakit pada sistem pencernaan makanan pada manusia”.
(e) Siswa dapat menjelaskan keterkaitan antara “struktur, fungsi, proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pencernaan makanan pada manusia dan hewan ruminansia” melalui kajian pustaka.
6)
Membentuk kelompok ahli yaitu
dengan membentuk kelompok baru yang mempunyai tugas sama dari tim
yang berbeda;
7)
Kelompok ahli berdiskusi, kemudian tiap anggota
kembali ke kelompok asal dan berdiskusi;
8)
Mempresentasikan hasil diskusi oleh tim ahli;
9)
Pembahasan;
10) Melakukan umpan balik atau refleksi
11) Penugasan tersruktur
Hasil
belajar Biologi Siklus I pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Belajar Biologi pada Siklus I
Siklus
I |
|||
No |
Keterangan |
Jumlah Siswa |
Persentase (%) |
1 |
Tuntas |
8 |
26,67 |
2 |
Tidak tuntas |
22 |
73,33 |
Nilai rata-rata kelas = 72,83 |
|||
Jumlah siswa = 30 |
Nilai rata-rata Biologi siklus I sebesar 78,00. Dari 30 orang, yang tuntas belajar sebesar 70% (21 orang), sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar 30% (9 orang). Berdasarkan siklus I, maka penelitian tindakan di kelas XI IPA 1 belum berhasil (tidak mencapai KKM 80 dan persentase ketuntasan belajar belum 80%).
c.
Tahap Pengamatan/Observasi
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktifitas belajar siswa selama
pelaksanaan tindakan menggunakan metode SQ3R. aspek atau kegiatan yang diamati terdiri dari 5 indikator, diataranya: (1) aktivitas siswa selama KBM, (2)
kemampuan dalam bertanya, (3) aktivitas mencari sumber belajar, (4) keaktifan berdiskusi,
dan (5) kelancaran menjawab pertanyaan. Berdasarkan
hasil pengamatan pada siklus I diperoleh informasi Tabel 3.
Tabel 3. Kegiatan/aspek Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa pada Siklus I
/aspek
yang diamati |
Kategori |
|||
Baik sekali |
Baik |
Kurang |
Kurang sekali |
|
Antusias mengikuti KBM |
0 |
25 |
5 |
0 |
Kemampuan dalam bertanya |
0 |
10 |
19 |
1 |
Keaktifan mencari sumber
belajar |
0 |
12 |
17 |
1 |
Keaktifan dalam berdiskusi |
0 |
19 |
11 |
0 |
Kelancaran menjawab pertanyaan |
7 |
6 |
17 |
0 |
Indikator I, yaitu antusias mengikuti KBM. Peserta didik yang antusias mengikuti KBM dengan kategori baik sekali tidak
ada, kategori baik 25 orang, kategori kurang 5 orang, dan tidak ada kategori kurang
sekali antusias dalam mengikuti KBM. Pada indikator antusias mengikuti KBM, didominasi oleh kategori baik sebanyak
25 orang. Hal ini dikarenakan siswa
mulai termotivasi dalam belajar dengan
diterapkannya metode SQ3R walaupun belum terbiasa dan belum begitu paham dengan
Langkah-langkah pembelajaran
menggunakan SQ3R. Selama
KBM, peserta didik juga kurang fokus selama
kegiatan belajar, masih terdapat siswa yang mengantuk, ngobrol dengan teman ataupun melamun.
Indikator 2, yaitu kemampuan dalam bertanya. Peserta didik yang memiliki kemampuan dalam bertanya dengan kategori baik sekali
tidak ada, kategori baik 10 peserta didik, kategori kurang 19 peserta didik, dan kategori kurang sekali 1 orang. Selama aktifitas pembelajaran, aspek kemampuan dalam bertanya termasuk dalam kategori kurang karena didominasi oleh kategori kurang dalam kemampuan bertanya yaitu sebanyak 19 peserta didik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai materi pencernaan. Peserta didik belum
terbiasa dan kesulitan dalam mencari referensi
materi pencernaan. Peserta didik juga belum paham akan
pentingnya membaca materi pencernaan sehingga kesulitan dalam menguasai dan memahami materi.
Indikator 3, yaitu keaktifan mencari sumber belajar. Siswa yang aktif dalam mencari sumber
belajar dengan kategori baik sekali
tidak ada, kategori baik 12 peserta didik, kategori kurang 17 peserta didik, dan kategori kurang sekali 1 orang. Selama aktifitas pembelajaran, aspek keaktifan mencari sumber belajar termasuk dalam kategori kurang karena didominasi
oleh kategori kurang dalam kemampuan bertanya yaitu sebanyak 17 peserta didik. Hal ini dikarenakan belum terbiasa dan kesulitan mencari referensi materi pencernaan. Fasilitas seperti buku-buku dan alat peraga di perpustakaan sekolah juga terbatas jumlahnya meskipun dalam mencari referensi
bisa dilakukan melalui internet, hal ini dikarenakan siswa belum memiliki
keterampilan mencari sumber belajar berupa keaktifan (rajin) dan kreatifitas dalam mencari sumber
belajar.
Indikator 4, yaitu keaktifan dalam berdiskusi. Peserta didik yang aktif dalam berdiskusi dengan kategori baik sekali tidak
ada, kategori baik sebanyak 19 orang, kategori kurang 11 orang, dan kategori kurang sekali tidak ada.
Selama aktifitas pembelajaran, aspek keaktifan dalam berdiskusi termasuk dalam kategori kurang karena didominasi oleh kategori baik dalam
berdiskusi yaitu sebanyak 19 peserta didik. Hal ini dikarenakan sudah terbiasa untuk berdiskusi, hanya saja siswa belum
mengetahui dengan baik bagaimana cara bertanya yang santun, dan masih menggunakan bahasa sehari-hari dalam bertanya.
Indikator 5, yaitu kelancaran dalam menjawab pertanyaan. Siswa yang lancar dalam menjawab pertanyaan dengan kategori baik sekali
7 orang, kategori baik 6 peserta didik, kategori kurang 17 orang kurang dan kategori kurang sekali tidak
ada. Selama aktifitas pembelajaran, aspek kelancaran menjawab pertanyaan termasuk dalam kategori kurang karena didominasi oleh kategori baik dalam
berdiskusi yaitu sebanyak 17 orang. Hal ini dikarenakan peserta didik masih mengandalkan
teman dalam belajar, permasalahan yang menumpuk seperti kurang aktif dan kreatif dalam mencari
sumber belajar sehingga berdampak terhadap kemampuan peserta didik dalam
memahami materi, berdiskusi, malas membaca menjadi faktor yang membentuk peserta didik dapat lancar
menjawab pertanyaan.
d.
Tahap Refleksi
Pelaksanaan KBM
siklus I belum sesuai
indikator dan memiliki banyak
kendala sehingga perlu dilakukan revisi sebelum melaksanakan siklus II. Revisi yang dilakukan yaitu:
1) Aktifitas siswa dalam belajar
masih terdapat kekurangan khususnya pada aspek kemampuan dalam bertanya, aktivitas dalam mencari sumber belajar serta kelancaran
menjawab pertanyaan, karena itu guru hendaknya dapat memotivasi siswa mengenai cara bertanya, berdiskusi dan memahami materi pelajaran.
2) Siswa diberi motivasi pentingnya belajar secara berkelompok
3) Pembagian kelompok ulang, siswa yang belum paham materi sebelumnya
akan diberi tugas materi mengulang,
sedangkan siswa dengan hasil belajar
baik dianggap sudah paham materi
yang disampaikan dan akan diberikan materi berbeda.
Hasil Penelitian Siklus II
a.
Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan,
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil
belajar biologi siswa antara lain:
1)
Menyusun RPP dengan SQ3R.
2)
Menyediakan alat, sarana serta media pembelajaran
3)
Membagi kelas dalam
kelompok kecil dengan setiap kelompok 6
peserta didik/kelompok
b.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan penelitian pada siklus II tanggal 08 – 22
November 2019 adalah sebagai berikut : melaksanakan pembelajaran
sesuai perencanaan yang telah direvisi dari temuan siklus I. Hasil
belajar Biologi pada siklus II Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Belajar Biologi Pada Siklus II
Siklus
II |
|||
No |
Keterangan |
Jumlah Siswa |
Persentase (%) |
1 |
Tuntas |
28 |
93,33 |
2 |
Tidak tuntas |
2 |
6,67 |
Mean = 83,00 |
|||
Jumlah siswa = 30 |
Nilai rata-rata Biologi siklus II sebesar 83,00. Dari 30 orang, yang tuntas belajar sebesar
93,33% (28 orang), sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebesar 6,67% (2 orang). Pada siklus II, penelitian tindakan di kelas XI IPA 1 telah berhasil mencapai indikator keberhasilan yaitu nilai KKM 80 dan persentase ketuntasan belajar mencapai 80%. Adapun gambar perkembangan hasil belajar Biologi siswa pada siklus I dan II adalah:
Gambar
1. Perkembangan Hasil Belajar
Biologi Siswa di Kelas XI IPA 1
Simpulan dalam penelitian
ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar biologi
siswa di kelas XI IPA 1 MAN
5 Jakarta dengan menerapkan
metode SQ3R pada materi pencernaan.
c.
Tahap Pengamatan/Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas belajar selama menerapkan metode SQ3R. Aspek atau kegiatan yang diamati terdiri dari 5 indikator, diataranya:
(1)
aktivitas mengikuti KBM,
(2)
kemampuan bertanya,
(3)
keaktifan mencari sumber belajar,
(4)
keaktifan berdiskusi, dan
(5)
kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan.
Berdasarkan hasil
pengamatan pada siklus II diperoleh informasi pada Tabel 5.
Tabel 5. Kegiatan/aspek Pengamatan Aktifitas Belajar pada Siklus II
Kegiatan /aspek
yang diamati |
Kategori |
|||
Baik sekali |
Baik |
Kurang |
Kurang sekali |
|
Antusias mengikuti KBM |
11 |
19 |
0 |
0 |
Kemampuan dalam bertanya |
7 |
21 |
2 |
0 |
Keaktifan mencari sumber
belajar |
3 |
25 |
2 |
0 |
Keaktifan dalam berdiskusi |
3 |
27 |
0 |
0 |
Kelancaran menjawab pertanyaan |
22 |
8 |
0 |
0 |
Indikator I, yaitu antusias mengikuti KBM. Peserta didik yang antusias mengikuti KBM dengan kategori baik sekali 11 orang, kategori baik 19 orang, dan kategori kurang dan kurang sekali tidak
ada. Selama aktifitas pembelajaran, aspek antusias mengikuti KBM termasuk dalam kategori baik karena didominasi
oleh kategori baik dalam mengikuti KBM yaitu sebanyak 19 orang, dan juga
terdapat peningkatan pada kategori baik sekali
yaitu sebanyak 11 orang (siklus II) dari tidak ada kategori
baik sekali (siklus I). Peserta didik semakin banyak
yang termotivasi dalam belajar, mulai terbiasa dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan SQ3R, fokus selama kegiatan belajar, tidak mengantuk, mengobrol dengan teman ataupun
melamun selama belajar.
Indikator 2,
yaitu kemampuan dalam bertanya. Peserta didik yang memiliki kemampuan dalam bertanya dengan kategori baik sekali 7 orang, kategori baik 21 orang, kategori kurang 2 orang, dan kategori kurang sekali tidak ada.
Selama aktifitas
pembelajaran, aspek kemampuan
dalam bertanya termasuk dalam kategori baik karena
didominasi oleh kategori baik dalam kemampuan
bertanya yaitu sebanyak 21 peserta didik. Peserta didik mulai paham
mengenai materi pencernaan, terbiasa dalam mencari referensi
atau sumber belajar, mulai paham pentingnya membaca materi untuk memudahkan dalam menguasai dan memahami materi.
Indikator 3,
yaitu keaktifan mencari sumber belajar. Siswa yang aktif dalam mencari
sumber belajar dengan kategori baik sekali 3 orang, kategori baik 25 orang, kategori kurang 2 orang, dan kategori kurang sekali tidak ada.
Selama aktifitas
pembelajaran, aspek keaktifan
mencari sumber belajar termasuk dalam kategori kurang karena didominasi
oleh kategori kurang dalam kemampuan bertanya yaitu sebanyak 25 orang. Peserta didik mulai terbiasa,
aktif dan kreatif dalam dalam mencari
referensi materi pencernaan walaupun fasilitas belajar kurang.
Indikator 4,
yaitu keaktifan dalam berdiskusi. Peserta didik yang aktif dalam berdiskusi
dengan kategori baik sekali 3 orang, kategori baik sebanyak
27 orang, kategori kurang
dan kurang sekali tidak ada. Selama aktifitas
pembelajaran, aspek keaktifan
dalam berdiskusi termasuk dalam kategori bai karena didominasi oleh kategori baik dalam berdiskusi
yaitu sebanyak 27 peserta didik. Peserta didik sudah
terbiasa untuk berdiskusi, mengetahui bagaima proses dan cara berdiskusi yang baik, cara bertanya atau
menyanggah yang santun, menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam bertanya.
Indikator 5,
yaitu kelancaran dalam menjawab pertanyaan. siswa yang lancar dalam menjawab
pertanyaan dengan kategori baik sekali
28 orang, kategori baik 8 peserta didik, kategori kurang dan kurang sekali tidak
ada. Selama aktifitas pembelajaran, aspek kelancaran menjawab pertanyaan termasuk dalam kategori baik sekali karena
didominasi oleh kategori baik sekali dalam
berdiskusi yaitu sebanyak 22 peserta didik. Peserta didik mulai percaya
diri dalam belajar, tidak hanya mengandalkan teman dalam belajar,
aktif dan kreatif dalam mencari sumber
belajar sehingga berdampak terhadap kemampuan peserta didik dalam memahami
materi dengan baik, dapat berdiskusi
dengan baik, dan memahami pentingnya membaca sehingga peserta didik dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan lancar.
Pembahasan
1)
Hasil belajar siswa di kelas XI IPA 1 MAN 5
Jakarta, pada Materi Pencernaan
melalui Metode SQ3R adalah sebagai berikut: Nilai rata-rata Biologi siklus I sebesar 78,00. Dari 30 orang, yang tuntas belajar 21 orang, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar 9 orang. Pada siklus I, maka penelitian tindakan di kelas XI IPA 1 belum mencapai indikator keberhasilan.
Nilai rata-rata Biologi siklus II adalah 83,00. Dari 30 orang, siswa yang tuntas belajar 28 orang, sedangkan yang tidak tuntas belajar 2 orang. Berdasarkan siklus II, penelitian tindakan di kelas XI IPA 1 telah berhasil mencapai indikator keberhasilan.
Hasil belajar biologi siswa mengalami
peningkatan melalui penerapan SQ3R,
dengan indicator nilai
rata-rata Bilogi dan persentase
ketuntasan belajar yang mengalami peningkatan di setiap siklus. Nilai rata-rata Biologi siswa I adalah 78,00 meningkat menjadi 83,00 pada siklus II. Begitupun dengan persentase ketuntasan belajarnya, sebesar 70% siswa yang tuntas belajar pada siklus I menjadi 93,33% pada siklus II.
Hasil
ini sejalan dengan penelitian dari Palupi et al. yang menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa
melalui peningkatan nilai rerata dan ketuntasan belajar (Palupi et al., 2012). Nilai rerata
pada siklus I 74,84 meningkat
menjadi 85,63 pada siklus
II. Ketuntasan belajar juga
ikut mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 87,5% dan pada siklus II mencapai 100%.
2)
Aktivitas belajar siswa pada materi pencernaan melalui metode SQ3R adalah sebagai berikut: Aktivitas belajar siswa diukur dari 5 indikator
yang terdiri dari: antusias mengikuti pelajaran; kemampuan dalam bertanya; aktif dalam mencari
sumber belajar; aktif dalam berdiskusi;
dan lancar dalam menjawab pertanyaan. Peningkatan aktifitas belajar siswa dijelaskan
pada Tabel 6
Tabel 6. Peningkatan
Aktifitas Siswa
Antusias mengikuti
KBM |
||
|
Siklus I |
Siklus II |
Baik sekali |
0 |
11 |
Baik |
25 |
19 |
Kurang |
5 |
0 |
Kurang sekali
|
0 |
0 |
Kemampuan dalam
bertanya |
||
|
Siklus I |
Siklus II |
Baik sekali |
0 |
7 |
Baik |
10 |
21 |
Kurang |
19 |
2 |
Kurang sekali
|
1 |
0 |
Keaktifan mencari
sumber belajar |
||
|
Siklus I |
Siklus II |
Baik sekali |
0 |
3 |
Baik |
12 |
25 |
Kurang |
17 |
2 |
Kurang sekali
|
1 |
0 |
Keaktifan dalam
berdiskusi |
||
|
Siklus I |
Siklus II |
Baik sekali |
0 |
3 |
Baik |
19 |
27 |
Kurang |
11 |
0 |
Kurang sekali
|
0 |
0 |
Kelancaran menjawab
pertanyaan |
||
|
Siklus I |
Siklus II |
Baik sekali |
7 |
22 |
Baik |
6 |
8 |
Kurang |
17 |
0 |
Kurang sekali
|
0 |
0 |
Berdasarkan Tabel 6, mengenai peningkatan aktifitas belajar siswa meningkat
disetiap siklusnya. Pada siklus I, terdapat 25 orang tergolong kategori antusias (baik) dalam mengikuti KBM, 5 orang termasuk kedalam kategori (kurang) antusias dalam mengikuti KBM. Pada siklus II, 11
orang termasuk kedalam kateogir sangat antusias (baik sekali), dan 19 orang dengan kategori antusias (baik) dalam mengikuti
KBM.
Peserta didik dengan kategori
memiliki kemampuan (baik) dalam bertanya
sebanyak 10 orang, kategori
(kurang) dalam kemampuan bertanya sebanyak 19 orang, dan terdapat 1
orang dengan kemampuan (kurang sekali) dalam bertanya (siklus I) mengalami peningkatan aktivitas belajar menjadi 7 orang dengan kemampuan (baik sekali) dalam
bertanya, 19 orang dengan kemampuan (baik) dalam bertanya, dan 2 orang dengan kemampuan (kurang) dalam bertanya.
Peserta didik dengan kategori
aktif (baik) dalam mencari sumber
belajar sebanyak 12 orang, kategori (kurang) aktif dalam mencari
sumber belajar sebanyak 17 orang, dan terdapat 1
orang dengan kategori (kurang sekali) atau tidak aktif
dalam mencari sumber belajar (siklus I) mengalami peningkatan aktivitas belajar menjadi 3 orang dengan kategori sangat aktif (baik
sekali) dalam mencari sumber belajar, 25 orang aktif (baik) dalam mencari
sumber belajar, dan 2 orang
(kurang) aktif dalam mencari sumber
belajar.
Kategori aktif (baik) dalam
berdiskusi sebanyak 19 orang,
dan kategori (kurang) aktif sebanyak 11 orang (pada siklus I) mengalami peningkatan aktivitas belajar menjadi 3 peserta didik dengan
kategori sangat aktif (baik sekali)
dalam berdiskusi, dan 27 orang
aktif (baik) dalam berdiskusi.
Peserta didik dengan kategori
(baik sekali) atau sangat lancar
dalam menjawab pertanyaan sebanyak 7 orang, dan kategori (baik) atau lancar dalam
menjawab pertanyaan sebanyak 6 orang, dan (kurang) lacar dalam menjawab
pertanyaan sebanyak 17 peserta didik (pada siklus I) mengalami peningkatan aktivitas belajar menjadi 22 peserta didik dengan
kategori (baik sekali) atau sangat
lancar dalam menjawab pertanyaan, dan 8 peserta didik lancar
(baik) dalam menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Penelitian Tindakan di kelas XI IPA 1 MAN 5
Jakarta dilakukan dengan menerapkan SQ3R. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 5 kali pertemuan. Berdasarkan hashil penelitian yang dilakukan tanggal 21 Oktober – 22 November 2019 disimpulkan:
1)
Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan
menerapkan SQ3R pada materi
pencernaan. Pada siklus 1, nilai rata-rata kelas yaitu 72,83 meningkat menjadi 83,00 pada siklus II. Begitupun dengan persentase ketuntasan belajarnya. Ketuntasan belajar peserta didik sebesar 26,67% (siklus I), artinya hanya ada 8 orang yang tuntas belajar sedangkan 22 orang tidak tuntas atau memperoleh
nilai dibawah KKM (80). Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 93,33% atau 28 peserta didik mencapai nilai KKM (80), sementara yang tidak tuntas dalam
belajar atau tidak mencapai nilai KKM (80) hanya 2 peserta didik yaitu
sebesar 6,67%.
2)
Terjadinya peningkatan aktifitas belajar siswa di kelas diantaranya: siswa lebih antusias
mengikuti pelajaran; kemampuan siswa dalam bertanya menjadi semakin baik; siswa aktif
dalam mencari sumber belajar; siswa aktif dalam
berdiskusi dan lancar dalam menjawab pertanyaan.
Selama aktivitas pembelajaran dengan metode SQ3R pada siklus 1, antusias mengikuti KBM didominasi oleh kategori baik sebanyak 25 peserta didik, sedangkan 5 orang kurang antusias dalam mengikuti KBM. Pada siklus II aktivitas belajar mengalami peningkatan dengan jumlah peserta
didik yang sangat baik/sangat antusias
dalam mengikuti KBM sebanyak 11 peserta didik, dan 19 peserta didik antusias dalam mengikuti KBM.
Pada siklus
1, kemampuan peserta didik dalam bertanya
didominasi oleh kategori kurang sebanyak 19 orang, sedangkan 10 orang antusias dalam mengikuti KBM. Pada siklus II aktivitas belajar mengalami peningkatan dengan jumlah siswa yang memiliki kemampuan sangat baik dalam
bertanya sebanyak 7 orang,
21 orang memiliki kemampuan
baik dalam bertanya, sementara 2 orang memiliki kemampuan kurang dalam bertanya.
Pada siklus
1, kemampuan peserta didik dalam bertanya
didominasi oleh kategori kurang sebanyak 19 orang, sedangkan 10 orang antusias dalam mengikuti KBM. Pada siklus II aktivitas belajar mengalami peningkatan dengan jumlah peserta didik yang memiliki kemampuan sangat baik dalam bertanya
sebanyak 7 orang, 21 orang memiliki
kemampuan baik dalam bertanya, sementara 2 peserta didik memiliki kemampuan kurang dalam bertanya.
Adapun
saran/rekomendasi untuk penelitian sejenis antara lain dengan mengkombinasikan metode lain seperti learning strategy. Berdasarkan
hasil penelitian (Hasanah & Sugianto, 2013) menyatakan
bahwa dengan mengkombinasikan SQ3R dan learning strategy maka dapat meningkatkan
hasil belajar dan juga kesadaran metakognisi siswa. Lebih lanjut
Hasan dkk menjelaskan bahwa dengan menambahkan metode learning strategi dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah saat menemui
suatu hambatan dalam belajar. Karena siswa telah mempersiapkan
strategi khusus untuk memecahkan masalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Dasiti. (2021). IMPLEMENTASI METODE
PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) DALAM UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI. Jurnal Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
2(2), 15–20.
Dimyanti, & Mudjiono. (2002). Belajar
dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2006). Proses Belajar
Mengajar. Bumi Aksara.
Hasanah, M., & Sugianto. (2013). The
Effect of Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) and Learning Strategy
on Awareness Metacognition, and Cognitive Learning Outcomes in Human Population
Density Influence to the Environment. Jurnal Biologi Edukasi Edisi 11, 5.
Muhiddin, M., Ibrahim, I., Akmal, N., &
Hasan, S. (2020). PENERAPAN MODEL SURVEY QUESTION READ RECITE REVIEW SQ3R DALAM
PEMBELAJARAN IPA DI SMP. Jurnal Biology Education, 8(1), 9–18.
https://doi.org/10.32672/jbe.v8i1.2016
Nasution, Z. (2018). UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN METODE PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION,
READ, RECITE AND REVIEW) DI KELAS XISMA NEGERI I BILAH HULU. JURNAL BIOLOKUS,
1(1), 52. https://doi.org/10.30821/biolokus.v1i1.311
Palupi, V. V. D., Santosa, S., &
Probosari, R. M. (2012). PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
MELALUI PENERAPAN STRATEGI SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, AND REVIEW (SQ3R)
PADA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012. Pendidikan
Biologi, 4(2), 1–11.
Sagala, S. (2003). Konsep dan makna
Pembelajaran. CV. Alfabeta.
Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, N. (2006). Penilaian Proses
Hasil Belajar Mengajar. Rosdakarya.
Sulistyaningsih, L. S. (n.d.). METODE
SQ3R.
Https://Adoc.Pub/Metode-Sq3r-Dra-Lilis-Siti-Sulistyaningsih-m-Pd-Universitas-.Html.
Retrieved December 29, 2022, from https://adoc.pub/metode-sq3r-dra-lilis-siti-sulistyaningsih-m-pd-universitas-.html
Susanti, Y. (2019). Implementasi Metode
Pembelajaran SQ3RDalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Sistem Pencernaan Makanan Kelas X Di
SMKNegeri 2 Banjarmasin. Jurnal Pendidikan Hayati, 5(2),
59–71. https://jurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/JPH/article/view/862/362
Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya.
Tendrita, M., Safilu, & Parakkasi.
(2016). PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI DENGAN
STRATEGI SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW (SQ3R) PADA SISWA KELAS XI IPA
2SMA NEGERI 5 KENDARI. Varia Pendidikan, 28(2), 213–224.
Wijayanti, T. S. (2020). Penerapan Metode
SQ3R Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan
Pendidikan), 4(4). https://doi.org/10.58258/jisip.v4i4.1492