EDUKASI WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI PELATIHAN

DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN PALEMBANG

  

 Musyaddad

Balai Diklat Keagamaan Palembang, Indonesia

E-mail: musyaddadbdkplg@gmail.com

 

Abstract

The decline in national values caused by the absence of love for the country, lack of knowledge, and lack of education from a national perspective in some people become a big problem for the life of the nation and state. The information media that is widely open without boundaries is one of the factors causing the disappearance of the values of national insight. The purpose of this study is to find out how much understanding of the national insight of the trainees is and to educate the attitude of an ASN in understanding this national insight. This research was conducted with participants of the 1st generation of national insight training at the Palembang Religious Education and Training Center, totaling 35 respondents. The study used quantitative descriptive methods. Data were collected through observation, field notes, pretest, and posttest. The result of this study indicates that the result of increasing the understanding of training participants about national insight is “Very Good” in groups and individually. Seen from 35 training participants experienced an increase in both knowledge and attitudes.

Keywords: perspective of national, education, training

 

Abstrak

Menurunnya nilai-nilai kebangsaan yang disebabkan dengan tidak adanya kasih sayang untuk negara, kurangnya pengetahuan dan kurangnya edukasi dalam berwawasan kebangsaan pada sebagian masyarakat menjadi sebuah permasalahan besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Media informasi yang terbuka luas tanpa batas adalah salah satu faktor penyebab lunturnya nilai-nilai wawasan kebangsaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pemahaman wawasan kebangsaan peserta pelatihan dan mengedukasi bagaimana sikap seorang ASN dalam memahami wawasan kebangsaan ini. Penelitian ini dilakukan kepada peserta pelatihan wawasan kebangsaan angkatan 1 di Balai Diklat Keagamaan Palembang berjumlah 35 Responden. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, tes awal (pretest) dan test akhir (posttest). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil peningkatan pemahaman peserta pelatihan tentang wawasan kebangsaansangat baiksecara berkelompok maupun individu. Dilihat dari 35 Peserta Pelatihan mengalami peningkatan baik dalam pengetahuan dan sikap.

Kata kunci:  wawasan kebangsaan, pendidikan, pelatihan

 

 

 

 




 

PENDAHULUAN

Salah satu indikator yang menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam memahami tata cara hidup dan bernegara adalah kurangnya pendidikan nasionalisme di masyarakat.  Di antara berbagai variable indikator tersebut ialah larutnya generasi Indonesia ke dalam budaya asing dan pemahaman terlarang yang merupakan ancaman eksternal yang perlu diwaspadai karena dapat menghancurkan rasa patriotisme, yang akan berdampak serius pada disintegrasi bangsa. Budaya konsumerisme dan hedonisme serta radikalisme dan terorisme merupakan hal yang berpotensi besar menguras patriotisme dan nasionalisme Budaya konsumerisme dan hedonisme serta radikalisme dan terorisme merupakan hal yang berpotensi besar menguras patriotisme dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Ancaman persatuan dan kesatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia (Resmana & Dewi, 2021).

Pendidikan pemahaman kebangsaan dan cinta tanah air harus dilakukan secara terus menerus untuk menjamin keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Agenda pembelajaran wawasan kebangsaan merupakan bagian dari tanggung jawab dari seluruh elemen masyarakat termasuk di lingkungan pelatihan. Karofi mengatakan, Jika salah satu faktor menuju tercapainya demokrasi yang berkelanjutan adalah persatuan. Retorika pembelajaran wawasan kebangsaan menjadi bagian dari upaya dalam mewujudkan tercapainya demokrasi yang berkelanjutan mengingat bangsa Indonesia memiliki masyarakat yang homogen (Saidu Zamare & Ahmed Karofi, 2015).

Namun, saat ini terjadi penurunan pemahaman dan realisasi nasionalisme di kalangan milenial, yang mengarah pada disorientasi, dislokasi, individualisme, dan bahkan ada yang terpapar ideologi kebencian, SARA, dan terorisme (Murdowo et al., 2021). Pemahaman dan nasionalisme di kalangan milenal saat ini adalah cerminan sikap cinta tanah air generasi penerus bangsa dimasa mendatang. Jika aktifitas edukasi wawasan kebangsaan memudar, maka dikhawatirkan generasi penerus dimasa yang akan datang akan tercipta iklim nasionalisme yang memprihatinkan dan mengkhawatirkan.

Wawasan kebangsaan adalah sumber ilmu yang harus ditanamkan kedalam pikiran dan hati kepada setiap masyarakat. Berikut ini, penulis mengutip dua makna wawasan kebangsaan yang patut direnungkan, diantaranya:  pertama, wawasan kebangsaan berkedudukan sebagai visi bangsa yang berhubungan erat dengan   perjalanan   bangsa   menuju   masa depan.  Visi  bangsa  Indonesia  yang  sesuai dengan     konsep     wawasan     kebangsaan adalah    menjadi    bangsa    satu    kesatuan dengan wilayah yang utuh (Bria, 2017). Penulis, memahami bahwa kedua  makna wawasan kebangsaan yang telah disebutkan merupakan pondasi dalam bernegara, menumbuhkan kesadaran nasionalisme, sikap cinta tanah air bermula dari wawasan mengenai kebangsaan di negeri sendiri, Indonesia tercinta.

Untuk meningkatkan rasa kesadaran nasional, perlu menanamkan ideologi, seperti yang dilakukan Soekarno ketika memberikan pidatonya yang terkenal pada tanggal 1 Juni 1945. Kesadaran nasional Indonesia pada tanggal 1 Juni 1945 dinyatakan sebelum kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Penting untuk dicatat bahwa pemahaman nasionalis yang diungkapkan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni dipengaruhi oleh pemahaman global pada saat itu. Hari ini dan di masa depan pengaruh nasional dan global terus membentuk perspektif tentang kenegaraan Indonesia. Agar perspektif kebangsaan Indonesia di era global saat ini memiliki kepastian yang lebih besar, maka harus mengikuti perspektif bangsa Indonesia (Volksgeist). Menurut teori keadilan yang bermartabat, diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan yudisial yang ada, yang memiliki kekuatan hukum tetap sebagai wujud nyata Pancasila dalam berbagai bidang bangsa dan negara Indonesia.

Pentingnya mengedukasi masyarakat terhadap pengetahuan dan pemahaman wawasan kebangsaan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia bahwa menjaga persatuan dan kesatuan negara serta menjaga keutuhan dan keharmonisan antar sesama rakyat adalah hal mutlak dalam berkehidupan sosial.

Sebagai contoh yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat saat mensosialisasikan wawasan kebangsaan di daerahnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari  NTB Satu Data yaitu Jumlah masyarakat yang tersosialisasi wawasan kebangsaan dari tahun 2016 hingga 2020  di bahwa pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan secara rutin oleh pemerintah setempat (NTB Satu Data, 2022). Berikut jumlah data masyarakat  yang telah tersosialisasikan wawasan kebangsaan tahun 2016 hingga tahun 2020 :

 

Tabel 1. Jumlah Masyarakat yang Tersosialisasikan Wawasan Kebangsaan Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2020

No

Pelaksana

2016

2017

2018

2019

2020

1

A

980

1.764

220

4.294

2.160

2

B

3.045

3.045

5.187

15.818

200

3

C

1.695

900

400

7.770

-

4

D

3.252

-

-

1.920

-

5

E

5.500

6.950

6.950

28.900

-

Sumber : NTB Satu Data (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, 2022)

 

 

Keterangan :

A: Bakesbangpoldagri Provinsi NTB (jiwa)

B: Bakesbangpoldagri kab/Kota Se-NTB (jiwa)

C: Instansi Vertikal dan Dinas Terkait (jiwa)

D: Ormas/LSM dan Organisasi Profesi (jiwa)

E: Perguruan Tinggi Negeri/Swasta (jiwa)

Terdapat dua jurnal yang menjadi referensi dengan kajian penulis. Pertama, berdasarkan  hasil  penelitian  yang  telah dilakukan  oleh  peneliti,  terdapat  beberapa kesimpulan  landasan  utama  dari  Badan  Kesbangpol  dan  Linmas    Provinsi Jawa  Tengah  adalah  peraturan  dari  pemerintah  pusat  dan  pemerintah  daerah  tentunya, seperti  Peraturan  Kemendagri  nomor  29  tahun  2011,  Peraturan  Kemendagri  no  71  tahun 2012  ,  dan  Peraturan  Gubernur  Jawa  Tengah  nomor  85  tahun  2008.  Kedua  implementasi program  kerja  pengembangan  wawasan  kebangsaan  tentunya  sesuai  dengan  amanat  dari peraturan  yang  menjadi  landasan  pengembangan  wawasan  kebangsaan.  Pada  tahun  2016 Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan 15 kegiatan terkait wawasan kebangsaan dan total keseluruhan  setelah kegiatan dilakukan di kabupaten atau kota  yang  ada  di  Jawa  Tengah  adalah  53  kegiatan.  Dari  15  kegiatan  tersebut  pendekatan yang  paling  sering  dilakukan  adalah  dengan  cara sosialisasi,  kemudian  dengan  metode pendidikan,  seperti  seminar  dan  forum  diskusi.  Untuk  lokasi  yang  paling  sering  dijadikan tempat  kegiatan,  tentunya  lokasi  yang  sering  terjadi  konflik  agama  ataupun  terorisme, seperti  Kabupaten  Temanggung,  Kabupaten  Solo,  dan  Kota  Semarang.  Ketiga,  faktor utama penghambat dan pendukung  Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah tahun  2016  dalam  pengembangan  wawasan  kebangsaan.  Faktor  penghambat  beban  kerja tidak  seimbang  dengan  jumlah  pegawai  dan  kurangnya  Sumber  Daya  Manusia.  Faktor pendukung  adalah  anggaran  yang  mencukupi  seluruh  kegiatan  dan  kerjasama  yang  baik antara  Badan  Kesbangpol  dan  Linmas  Provinsi  dengan  Kabupaten  atau  Kota  di  Provinsi Jawa Tengah (Sembiring et al., 2017).

Dari jurnal diatas, penulis menjadikan rujukan dalam penelitian ini. Bahwa dengan implementasi program kerja  yang telah disebutkan diatas adalah indikator dalam melaksanakan pengembangan wawasan kebangsaan. Untuk itu pada penelitian ini adanya mata pelatihan khusus yang mengedukasi peserta pelatihan dalam hal wawasan kebangsaan, diharapkan mampu meningkatkan rasa kesadaran dan tumbuhnya nilai-nilai kebangsaan yang ada pada diri masing-masing peserta pelatihan.

Kedua, Peran guru dalam pembentukan wawasan kebangsaan sangat diperlukan pada siswa SMPN 1 Barat yaitu agar, guru dapat memotivasi siswa, agar siswa bangga dengan keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu dalam mewujudkan keanekaragaman, guru selalu menasehati siswa untuk menghargai dan bangga dengan budayanya sendiri. Jika bukan bangsa Indonesia sendiri yang bangga dengan keanekaragaman budayanya maka siapa lagi, tugas generasi muda pada saat ini adalah melestarikan kebudayaan asli Indonesia agar tidak diakui oleh negara lain. Menjelaskan kepada siswa bahwa budaya asli Indonesia itu tidak hanya dari jenis musik atau film saja tetapi bisa dengan guru menjelaskan bermacam suku, agama, bahasa, pulau yang ada di Indonesia, tari-tarian tradisional, makanan atau kuliner Indonesia, pakaian adat, rumah adat, alat musik tradisional, lagu daerah serta mengenalkan dan melakukan pertunjukan seni budaya tradisional seperti ketoprak, wayang, gamelan, tari barong dan reog. Kesulitan yang biasa dialami guru dalam pembentukan wawasan kebangsaan yaitu siswa acuh atau masa bodoh, siswa menganggap remeh wawasan kebangsaan, siswa mudah terpengaruh oleh lingkungan seperti membolos sekolah, minum-minuman keras, serta banyak siswa yang tidak tinggal bersama orang tuanya dikarenakan orang tuanya kerja jauh sehingga susah untuk koordinasi dalam pembentukan nilai dan moral siswa. Cara mengatasinya yaitu guru tidak bosan-bosan memperingatkan siswa tentang pentingnya wawasan kebangsaan serta memberi sanksi bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah, apabila ada siswa yang tidak masuk atau membolos guru melakukan home visit dari sekolah untuk mengetahui permasalahan dan mencari solusi dan apabila diulang orang tua dipanggil ke sekolah untuk koordinasi dengan wali kelas atau guru BK serta jika siswa tidak masuk 10% dari hari efektif maka siswa tidak naik kelas (Nugraha & Sari, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian diatas, terdapat upaya-upaya yang dilakukan pemerintah  untuk mengedukasi pemahaman wawasan kebangsaan masyarakat. Termasuk, generasi muda saat ini banyak mengabaikan nilai-nilai luhur yang telah ada bersamaan dengan bangsa ini (Suargana & Dewi, 2021). Upaya untuk mengedukasi generasi-generasi muda adalah suatu keharusan yang wajib disampaikan. Dalam penelitian ini,  penulis mencoba menjelaskan upaya apa yang dilakukan Balai Diklat Keagamaan Palembang terhadap nilai-nilai kebangsaan yang ada di masyarakat ataupun sesama aparatur sipil negara. Diantaranya adalah dengan mengedukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan di Balai Diklat Keagamaan Palembang.  Pelatihan ini ditujukan kepada peserta pelatihan di lingkungan satuan Kerja Kementerian Agama Provinsi Sumatera selatan, Lampung, Bangka Belitung dan Bengkulu  bahwa pentingnya edukasi wawasan kebangsaan dan menanamkan nilai-nilai cinta tanah air kepada peserta pelatihan agar outcome (dampak) yang diharapkan dari sebuah pelatihan edukasi wawasan kebangsaan kepada peserta juga mampu mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan dan memberikan serta mengedukasi masyarakat luas. Bukan hanya kepada peserta pelatihan. Para widyaiswara/narasumber yang meyampaikannya pun harus mempunyai wawasan yang luas dan sikap yang baik sebelum mengedukasi peserta pelatihan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang tingkat pemahaman nasionalis peserta diklat Balai Diklat Keagamaan di Palembang.

 

METODE

 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif.  Penelitian dilaksanakan pada 21 Februari sampai dengan 26 Februari 2022. Sumber data pada penelitian ini adalah nilai peserta pelatihan yang meliputi para pegawai dilingkungan kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan, lampung, Bengkulu dan Kep. Bangka Belitung yang berjumlah 35 Orang.  Peserta pelatihan diperoleh dari satuan kerja masing-masing instansi yang mengajukan untuk mengikuti kediklatan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, catatan lapangan, tes awal (pretest) dan test akhir (posttest).

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan wawasan sebagai pandangan, ikhtisar atau perspektif, perspektif; dan 'kebangsaan', berasal dari akar kata 'bangsa', didefinisikan sebagai sekelompok orang yang memiliki asal usul, adat istiadat, bahasa dan sejarah yang sama dan yang memiliki pemerintahan sendiri.   Secara harfiah, pemahaman kebangsaan dapat diartikan sebagai cara pandang atau visi suatu bangsa yang mengandung kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya serta berperilaku sesuai dengan falsafah hidup bangsa.  Dalam konteks pemahaman kebangsaan Indonesia, perspektif ini tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia dari era penjajahan Barat dan Jepang hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Semangat nasionalisme Indonesia ditandai dengan lahirnya Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, meskipun semangat nasionalisme ini masih terbatas di Jawa, Madura dan Bali. Nasionalisme Indonesia mulai mengkristal setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang memproklamirkan diri sebagai satu negara, satu rakyat dan mempertahankan satu bahasa - bahasa Indonesia.  Disini jelas bahwa tidak ada lagi perpecahan, yang diutamakan adalah persatuan dan kesatuan bangsa, Nilai-nilai inti dari pemahaman nasionalisme dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa antara lain:

a.    Menghormati martabat dan nilai -nilai   kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan Maha Kuasa;

b.   Bertekad menjalani kehidupan nasional yang mandiri dan bersatu;

c.    Cinta tanah air dan bangsa;

d.   Demokrasi atau kekuasaan tertinggi di tangan rakyat;

e.    Rasa solidaritas sosial;

f.     Masyarakat yang adil dan makmur

Mencermati perkembangan Wawasan Kebangsaan yang dimiliki oleh komponen bangsa saat ini, jika tidak dikendalikan, maka dapat dikatakan bahwa Negara Republik Indonesia yang sangat kita cintai ini, akan memiliki konsekuensi sebagai berikut: (1) gagal memahami nilai-nilai Pancasila, khususnya pemahaman kebangsaan; (2) gagal memahami nilai-nilai Pancasila, khususnya perasaan kebangsaan; (3) gagal memahami nilai-nilai Pancasila, khususnya semangat kebangsaan. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia tentang Pancasila, kewarganegaraan dan pemahaman nasional sangat rendah. Kita bisa mengamati hal ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ada banyak konflik antar kelompok, demonstrasi anarkis dan pelanggaran hak asasi manusia. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang masalah ini melalui mata pelajaran Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan, yang diajarkan dari sekolah dasar hingga pendidikan tinggi.

Penjelasan teoritis diatas, mengenai wawasan kebangsaan sangat penting kepada masyarakat, baik pada generasi mileneal mapupun kolonial. Terkhususnya pada penelitian ini yaitu peserta pelatihan Wawasan Kebangsaan di Balai Diklat Keagamaan Palembang. Adapun materi inti pada penelitian ini diantaranya yaitu :

a.    Makna wawasan kebangsaan

b.   2. Internalisasi nilai dasar wawasan     kebangsaan

c.    Implementasi asas wawasan

d.   kebangsaan

e.    Hakikat wawasan kebangsaan

Materi-materi diatas adalah salah satu bentuk poin inti dalam mengedukasi peserta pelatihan. Agar peserta pelatihan memahami dengan seutuhnya mengenai wawasan kebangsaan dan tata cara pandang berbangsa dan bernegara. Pada penelitian ini juga ditemukan peserta pelatihan Wawasan Kebangsaan di lingkungan Balai Diklat Keagamaan Palembang  pada awalnya masih belum memahami apa makna dari wawasan kebangsaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil observasi dan catatan lapangan peneliti dan juga dari hasil pretest yang dikerjakan oleh peserta belum maksimal hasilnya, dengan butir pertanyaan diantaranya :

1.    Jelaskan fase sejarah wawasan 

2.    Kebangsaan ?

3.    Apa makna wawasan kebangsaan ?

4.    Sebutkan empat konsesus berbangsa dan bernegara ?

5.    Sebutkan asas wawasan kebangsaan ?

6.    Apa hakikat wawasan kebangsaan  ?

 

Berikut beberapa hasil observasi dan catatan lapangan peneliti

Gambar 1 hari pertama peserta mengikuti pelatihan

 

Berdasarkan observasi dan catatan lapangan peneliti, terlihat pada gambar 1 pada hari pertama peserta pelatihan belum terlalu aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Hal ini disebabkan mungkin belum mengenalnya satu sama lain antar peserta, sehingga aktifitas peserta belum terlihat jelas.

 

Gambar 2 Mardiansyah (widyaiswara) menyampaikan materi hakekat wawasan kebangsaan

 

Pada gambar 2, widyaiswara Balai diklat Keagamaan Palembang menyampaikan materi hakikat wawasan kebangsaan kepada peserta pelatihan. Terlihat peserta menyimak apa yang disampaikan pemateri. Hal ini merupakan bentuk edukasi kepada peserta pelatihan agar memahami makna hakikat wawasan kebangsaan. Ilmu-ilmu dan informasi yang disampaikan diharapkan menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan kepada peserta pelatihan.

 

Gambar 3 Diskusi Kelompok Peserta Pelatihan

 

Pada gambar 3, nilai-nilai kebersamaan, nilai-nilai saling menghargai sesama peserta mulai terlihat pada saat widyaiswara memberi tugas kepada peserta pelatihan untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan. Edukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan ini tidak hanya mengedukasi wawasan saja melainkan mengedukasi sikap peserta pelatihan.

 

Gambar 4 peserta pelatihan presentasi hasil diskusi tugas kelompok

 

Pada gambar 4, peserta aktif dalam menyampaikan tugas yang diberikan oleh widyaiswara dalam materi sejarah wawasan kebangsaan. Berdasarkan observasi dan catatan lapangan peneliti, pada saat peserta menyampaikan hasil diskusi kelompok kepada peserta pelatihan lainnya terkait materi sejarah wawasan kebangsaan terdapat nilai-nilai keberagamaan sesama peserta yang menyimak apa yang disampaikan oleh peserta yang ditugaskan. Diantara nilai-nilai keberagaman tersebut yang menonjol adalah rasa ingin tahu peserta pelatihan terhadap sejarah-sejarah yang terjadi di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa edukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan ini berdampak kepada peserta. Berdampak terhadap ilmu pengetahuan peserta dan berdampak terhadap sikap peserta selama mengikuti kegiatan pelatihan. 

 

Berikut ini juga hasil persentase nilai Pre-Test  dan Post Test Pelatihan Wawasan Kebangsaan Angkatan 1 Tahun 2022 di Balai Diklat Keagamaan Palembang

 

Tabel 2 Hasil nilai Pre-Test dan Post Test Peserta Pelatihan

Nama Peserta

Pre-Test

Post Test

A. REDHO NUGRAHA, S.E.

60

90

ABDUL MUKMIN, S.Pd.I

55

80

ALBERTUS RUSWANTO, S.Ag

55

85

ALVEN PUTRA, M.S.I

70

95

ASIH WINDARI

60

80

DEWI DAHLIAWATI., S.IP

50

70

DIAN SARTIKA, S.Pd

50

75

Deni Agustina, SH

60

90

EGGI RANDI SYAPUTRA, S.Psi

65

90

Elan Proyogi, S. Pd

70

80

FURZIAH, M.H.

65

85

 Frandia Wulan  

 Sari

60

80

HARUN, S.Ag

55

80

  Dra. HUZAIMAH

60

85

  Helmi Arifin, SH

70

80

JHONI WALKER

70

85

KIAGUS AHMAD RIDHUAN, S.Ag.

70

85

LEGIMIN, S.Ag, MM

60

75

LIZA DWI APRIANI, S.S.

60

80

MARIYADI

55

75

MARKUS, S.Sos.I

50

80

MUDTI FRIZDIAN RIZKANDI, S.Pd

50

80

MUSPIRAWATI, S.Pd.I

55

75

NASORI

60

80

NURLAILI, S.Sos

60

75

NYIMAS AMINAH

60

75

RAHMAWATI, S.S.,M.Pd

55

80

Rabiah Al-Adawiyah

60

80

Drs. SAHID SUBKHI

65

75

Dra. SITI ZULHAWA

65

75

TARI REZTI APRIANTY

70

85

TONI PERGO., S.Pd.

55

80

TRI JULIANSYAH, S.E

60

85

VIVIN HUSANA PUTRI, S.I.P

55

75

WAHYU ADAM PRABOWO, S.Pd

50

80

Sumber: Data diperoleh hasil nilai yang diolah panitia kediklatan

 

Berdasarkan data Tabel 2, dari jumlah 35 peserta pelatihan wawasan kebangsaan angkatan 1 dihasilkan hampir 90 % nilai Pretest peserta mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Pre-test ini diberikan kepada peserta sebelum dimulainya pelaksanaan pelatihan. Pre-test dan Postest ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana kompetensi peserta pelatihan mengenai pemahaman wawasan kebangsaan sebelum mengikuti dan memperdalam materi pelatihan wawasan kebangsaan.

Berdasarkan hasil nilai pretest dan postest diatas, untuk menguji signifikansi dan relevansi dalam satu atau dua kelompok sampel, maka peneliti mengolah data tersebut ke dalam uji T pada program SPSS dengan hasil sebagai berikut :

 

Berdasarkan hasil nilai post test

 

Sumber data : Data diolah peneliti menggunakan SPSS

 

Berdasarkan hasil uji T pada group Statistics diatas menjelaskan bahwa nilai rata-rata peserta pada saat pretest sebesar 59,7 dan nilai rata-rata pada saat posttest sebesar 80,7. Hal ini menunjukan perbedaan signifikan diantara dua variable yaitu pada saat peserta mengerjakan pretest di awal pelatihan dan pada saat peserta mengerjakan posttest pada saat akhir pelatihan. Selanjutnya, dilihat dari p_value (sig) sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya Ho ditolak ini menunjukkan bahwa pada kepercayaan 95 % dinyatakan edukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan memiliki pengaruh yang signifikan.

Tabel 3, penulis menyajikan hasil nilai keterampilan dan Nilai Sikap peserta pelatihan:

 

Tabel 3 Hasil nilai keterampilan dam sikap peserta pelatihan

Nama Peserta

Nilai Keterampilan (50%)

A. REDHO NUGRAHA, S.E.

45

ABDUL MUKMIN, S.Pd.I

45

ALBERTUS RUSWANTO, S.Ag

45

ALVEN PUTRA, M.S.I

46,5

ASIH WINDARI

45

DEWI DAHLIAWATI., S.IP

45

DIAN SARTIKA, S.Pd

45

Deni Agustina, SH

45

EGGI RANDI SYAPUTRA, S.Psi

45

Elan Proyogi, S. Pd

40

FURZIAH, M.H.

42

 Frandia Wulan  

 Sari

42

HARUN, S.Ag

45

  Dra. HUZAIMAH

45

  Helmi Arifin, SH

45

JHONI WALKER

43

KIAGUS AHMAD RIDHUAN, S.Ag.

40

LEGIMIN, S.Ag, MM

45

LIZA DWI APRIANI, S.S.

42

MARIYADI

45

MARKUS, S.Sos.I

45

MUDTI FRIZDIAN RIZKANDI, S.Pd

45

MUSPIRAWATI, S.Pd.I

45

NASORI

45

NURLAILI, S.Sos

45

NYIMAS AMINAH

45

RAHMAWATI, S.S.,M.Pd

45

Rabiah Al-Adawiyah

43

Drs. SAHID SUBKHI

45

Dra. SITI ZULHAWA

45

TARI REZTI APRIANTY

45

TONI PERGO., S.Pd.

45

TRI JULIANSYAH, S.E

45

VIVIN HUSANA PUTRI, S.I.P

45

WAHYU ADAM PRABOWO, S.Pd

45

Sumber: Data diperoleh dari hasil nilai yang diolah panitia kediklatan pada simdiklat.

 

   Pada Tabel 3 terdapat variabel penilaian yang menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam pelatihan. Nilai keterampilan pada pembahasan penelitian ini adalah keterampilan peserta dalam mengikuti pelatihan wawasan kebangsaan di Balai Diklat Keagamaan Palembang. Keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas dan aktivitas kelas pada saat proses pembelajaran menjadikan kegiatan edukasi di lingkungan Balai Diklat Keagamaan Palembang menjadikan aktif. Dilihat dari table diatas bahwa dari jumlah 35 orang peserta, terdapat 27 Orang mendapatkan nilai 45% dari 50% yang ditargetkan, terdapat 1 orang yang mendapatkan nilai 46,5%, 2 Orang yang mendapatkan nilai 40%, 3 Orang yang mendapatkan nilai 42% dan 1 orang yang mendapatkan nilai 43%. Hal ini menunjukkan suatu keberhasilan dalam pelatihan bahwa dari jumlah 35 orang, edukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan serta memberikan dampak kepada peserta pelatihan dalam memahami nilai-nilai kebangsaan dan menjaga persatuan dan kesatuan.

 

Tabel 4 Hasil sikap peserta pelatihan

Nama Peserta

Nilai Sikap

(20 %)

A. REDHO NUGRAHA, S.E.

18,2

ABDUL MUKMIN, S.Pd.I

18

ALBERTUS RUSWANTO, S.Ag

18

ALVEN PUTRA, M.S.I

18.8

ASIH WINDARI

18

DEWI DAHLIAWATI., S.IP

18

DIAN SARTIKA, S.Pd

18

Deni Agustina, SH

18

EGGI RANDI SYAPUTRA, S.Psi

18

Elan Proyogi, S. Pd

18

FURZIAH, M.H.

18

 Frandia Wulan  

 Sari

18

HARUN, S.Ag

18.,8

  Dra. HUZAIMAH

18,6

  Helmi Arifin, SH

18

JHONI WALKER

18

KIAGUS AHMAD RIDHUAN, S.Ag.

18

LEGIMIN, S.Ag, MM

18

LIZA DWI APRIANI, S.S.

18

MARIYADI

18

MARKUS, S.Sos.I

17,8

MUDTI FRIZDIAN RIZKANDI, S.Pd

18

MUSPIRAWATI, S.Pd.I

18

NASORI

18,8

NURLAILI, S.Sos

18

NYIMAS AMINAH

17,2

RAHMAWATI, S.S.,M.Pd

18

Rabiah Al-Adawiyah

18.2

Drs. SAHID SUBKHI

18

Dra. SITI ZULHAWA

18.2

TARI REZTI APRIANTY

18

TONI PERGO., S.Pd.

17,2

TRI JULIANSYAH, S.E

18,4

VIVIN HUSANA PUTRI, S.I.P

18

WAHYU ADAM PRABOWO, S.Pd

18

Sumber: Data diperoleh hasil nilai yang diolah panitia kediklatan pada simdiklat.

 

Pada Tabel 4 terdapat variebel penilaian yang menjadi salah satu indikator keberhasilan juga dalam pelatihan. Nilai sikap pada pembahasan penelitian ini adalah sikap peserta dalam mengikuti pelatihan wawasan kebangsaan di Balai Diklat Keagamaan Palembang. sikap pada saat di dalam kelas dan diluar kelas, sikap pada saat proses pembelajaran menjadikan kegiatan edukasi di lingkungan Balai Diklat Keagamaan Palembang menjadikan bermakna disetiap kegiatan. Dilihat dari table diatas bahwa dari jumlah 35 orang peserta, terdapat 24 Orang mendapatkan nilai 18 % dari 20 % yang ditargetkan, terdapat 2 orang yang mendapatkan nilai 18,8 %, 1 Orang yang mendapatkan nilai 18,6 %, 1 Orang yang mendapatkan nilai 18,4 %, 3 Orang yang mendapatkan nilai 18, 3 % dan 4 Orang yang mendapatkan nilai dibawah 18 %. Menurut penulis, Hal ini juga menunjukkan suatu keberhasilan. Sikap peserta adalah poin penting dalam penelitian ini. Edukasi Wawasan Kebangsaan bukan hanya memberikan pemahaman saja melainkan memberikan dampak kepada setiap individu-individu peserta pelatihan dalam mewujudkan sikap yang moderat dalam memahami nilai-nilai kebangsaan baik kepada keluarga, lingkungan kerja dan kepada masyarakat luas.

 

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah ditemukan dapat disimpulkan : Pertama pentingnya edukasi wawasan kebangsaan kepada peserta pelatihan dan kepada masyarakat luas. Kedua, pengetahuan dan pemahaman wawasan kebangsaan yang benar adalah ujung tombak dalam mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai sosial dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, ketiga wawasan kebangsaan kerap dikaitkan dengan pemahaman /cara pandang beragama, maka diperlukan sikap dan cara pandang beragama yang bersifat wasathiyah (sikap pertengahan) agar dalam memahami nilai-nilai wawasan kebangsaan tidak bersikap ekstrim kiri ataupun sikap ekstrem kanan dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat. Saling menghargai antar sesama dan tidak menimbulkan atau menjadi sebab perpecahan baik perpecahan antar suatu kelompok, individu dan individu lainnya dan semisalnya.

Data-data yang telah dijelaskan oleh penulis diatas menunjukkan ilmu pengetahuan mengenai wawasan kebangsaan sangat dibutuhkan dalam memberikan edukasi pemahaman kepada masyarakat terkhususnya pada pembahasan ini yaitu pada peserta pelatihan. Apabila edukasi ini tidak dijalankan dan tidak disampaikan maka  hal-hal yang dikhawatirkan akan timbul dan menjadi sumber permasalahan kedepannya. Terlebih pada saat ini generasi mileneal yang terus berkembang dengan pesat. Mampu mengubah pola kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Berubah menjadi lebih baik atau bahkan berubah menjadi lebih buruk, maka dibutuhkan cara-cara,  peran-peran antar individu peserta pelatihan untuk menyampaikan pesan dan mengedukasi masyarakat dilingkungan sekitar agar menerapkan nilai-nilai kebangsaan dan menjaga keutuhan NKRI dengan cara yang telah diedukasi pada pelatihan ini.

Diharapkan setelah penelitian ini, para peneliti selanjutnya mampu mengembangkan formula yang tepat dalam mengembangkan dan mengedukasi untuk berwawasan kebangsaan yang benar demi mewujudkan kehidupan sosial yang lebih baik dari sebelumnya. Terkhususnya pada saat ini, era mileneal yang mendominasi. Generasi muda banyak mengabaikan nilai-nilai luhur yang telah ada bersamaan dengan bangsa ini. anak-anak muda yang berkembang dengan pesat baik secara pengetahuan, budaya dan adab dalam berkehidupan sosial masyarakat adalah cerminan jati diri bangsa. Jika sumber daya manusia di era mileneal ini baik maka akan  baik namun jika buruk maka akan buruk juga hasilnya. Dibutuhkan keseriusan dalam mengedukasi dan mencari formula-formula yang tepat agar mendapatkan sumber daya manusia yang lebih baik.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri. (2022, April). Data Masyarakat Yang Tersosialisasikan Wawasan Kebangsaan di Provinsi NTB. Https://Data.Ntbprov.Go.Id/Dataset/Data-Masyarakat-Yang-Tersosialisasikan-Wawasan-Kebangsaan-Di-Provinsi-Ntb.

Bria, M. E. (2017). Penguatan Wawasan Kebangsaan Peserta Didik di Daerah Perbatasan Indonesia-Timor Leste Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III.

Murdowo, D., Rachmawati, R., Aria Prahara, G., & Rio Adriyanto, A. (2021). PERANCANGAN PROTOTIPE MOBILE LEARNING “WAWASAN KEBANGSAAN” BERBASIS ANDROID BAGI MILENIAL SEBAGAI SOLUSI PEMBELAJARAN SITUASI PANDEMI. ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia, 7(2), 375–388. http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/andharupa/index

Nugraha, N., & Sari, N. i D. (2017). Peran Guru Dalam Upaya Pembentukan Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas Viii Smpn 1 Barat Kabupaten Magetan Tahun Ajaran 2015/2016. Citizenship Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(1), 13. https://doi.org/10.25273/citizenship.v5i1.1147

Resmana, M. T., & Dewi, D. A. (2021). Pentingnya Pendidikan Pancasila untuk Merealisasikan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal Pendidikan Dan Kewirausahaan, 9(2). https://doi.org/10.47668/pkwu.v9i1.134

Saidu Zamare, U., & Ahmed Karofi, U. (2015). National Unity: A Catalyst for Sustainable Democracy in Nigeria. IISTE, 5(8). www.iiste.org

Sembiring, N. V, Isdaryanto, N., & ... (2017). Program Kerja Badan Kesbangpol dan Linmas Dalam Pengembangan Wawasan Kebangsaan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. … Science Journal, 1(2), 181–191.

Suargana, L., & Dewi, D. A. (2021). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM WAWASAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBALISASI. JURNAL GLOBAL CITIZEN: JURNAL ILMIAH KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN  , 10(2).