EDUKASI WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI PELATIHAN
DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN PALEMBANG
Musyaddad
Balai Diklat Keagamaan Palembang,
Indonesia
E-mail:
musyaddadbdkplg@gmail.com
Abstract
The
decline in national values caused by the absence of love for the country, lack
of knowledge, and lack of education from a national perspective in some people
become a big problem for the life of the nation and state. The information
media that is widely open without boundaries is one of the factors causing the
disappearance of the values of national insight. The purpose of this study is
to find out how much understanding of the national insight of the trainees is
and to educate the attitude of an ASN in understanding this national insight.
This research was conducted with participants of the 1st generation of national
insight training at the Palembang Religious Education and Training Center,
totaling 35 respondents. The study used quantitative descriptive methods. Data
were collected through observation, field notes, pretest, and posttest. The
result of this study indicates that the result of increasing the understanding
of training participants about national insight is “Very Good” in groups and
individually. Seen from 35 training participants experienced an increase in
both knowledge and attitudes.
Keywords: perspective of national, education, training
Abstrak
Menurunnya nilai-nilai kebangsaan yang disebabkan dengan tidak adanya kasih
sayang untuk negara, kurangnya pengetahuan dan kurangnya edukasi dalam berwawasan kebangsaan pada sebagian masyarakat menjadi sebuah permasalahan besar bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Media informasi yang terbuka
luas tanpa batas adalah salah satu faktor penyebab
lunturnya nilai-nilai wawasan kebangsaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pemahaman wawasan kebangsaan peserta pelatihan dan mengedukasi bagaimana sikap seorang ASN dalam memahami wawasan kebangsaan ini. Penelitian ini dilakukan kepada
peserta pelatihan wawasan kebangsaan angkatan 1 di Balai Diklat Keagamaan Palembang berjumlah 35 Responden. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, tes awal (pretest) dan test akhir
(posttest). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa hasil peningkatan
pemahaman peserta pelatihan tentang wawasan kebangsaan “sangat baik” secara
berkelompok maupun individu. Dilihat dari 35 Peserta Pelatihan mengalami peningkatan baik dalam pengetahuan dan sikap.
Kata
kunci: wawasan kebangsaan, pendidikan, pelatihan
PENDAHULUAN
Salah satu indikator yang menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam memahami tata cara hidup dan bernegara adalah kurangnya pendidikan nasionalisme di masyarakat. Di antara berbagai variable indikator tersebut ialah larutnya generasi Indonesia ke dalam budaya asing
dan pemahaman terlarang
yang merupakan ancaman eksternal yang perlu diwaspadai karena dapat menghancurkan rasa patriotisme, yang akan berdampak serius pada disintegrasi bangsa. Budaya konsumerisme
dan hedonisme serta radikalisme dan terorisme merupakan hal yang berpotensi besar menguras patriotisme dan nasionalisme Budaya konsumerisme dan hedonisme serta radikalisme dan terorisme merupakan hal yang berpotensi besar menguras patriotisme dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Ancaman persatuan dan kesatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia
Pendidikan pemahaman kebangsaan dan cinta tanah air harus dilakukan secara terus menerus untuk
menjamin keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Agenda pembelajaran
wawasan kebangsaan merupakan bagian dari tanggung jawab
dari seluruh elemen masyarakat termasuk di lingkungan pelatihan. Karofi mengatakan, Jika salah satu faktor menuju
tercapainya demokrasi yang berkelanjutan adalah persatuan. Retorika pembelajaran wawasan kebangsaan menjadi bagian dari upaya
dalam mewujudkan tercapainya demokrasi yang berkelanjutan mengingat bangsa Indonesia memiliki masyarakat yang homogen
Namun, saat ini terjadi penurunan pemahaman dan realisasi nasionalisme di kalangan milenial, yang mengarah pada disorientasi, dislokasi, individualisme, dan bahkan ada yang terpapar ideologi kebencian, SARA, dan terorisme
Wawasan kebangsaan adalah
sumber ilmu yang harus ditanamkan kedalam pikiran dan hati kepada setiap
masyarakat. Berikut ini, penulis mengutip
dua makna wawasan kebangsaan yang patut direnungkan, diantaranya: pertama, wawasan kebangsaan berkedudukan
sebagai visi bangsa yang berhubungan erat dengan perjalanan bangsa menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia
yang sesuai
dengan konsep wawasan kebangsaan adalah menjadi bangsa satu kesatuan dengan wilayah yang utuh
Untuk meningkatkan rasa kesadaran
nasional, perlu menanamkan ideologi, seperti yang dilakukan Soekarno ketika memberikan pidatonya yang terkenal pada tanggal 1 Juni 1945. Kesadaran nasional Indonesia pada
tanggal 1 Juni 1945 dinyatakan sebelum kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945. Penting untuk dicatat bahwa
pemahaman nasionalis yang diungkapkan oleh Soekarno pada tanggal
1 Juni dipengaruhi oleh pemahaman global pada saat itu. Hari ini dan di masa depan pengaruh nasional dan global terus membentuk perspektif tentang kenegaraan Indonesia.
Agar perspektif kebangsaan
Indonesia di era global saat ini
memiliki kepastian yang lebih besar, maka
harus mengikuti perspektif bangsa Indonesia (Volksgeist). Menurut teori keadilan yang bermartabat, diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan
yudisial yang ada, yang memiliki kekuatan hukum tetap sebagai
wujud nyata Pancasila dalam berbagai bidang bangsa dan negara
Indonesia.
Pentingnya mengedukasi masyarakat
terhadap pengetahuan dan pemahaman wawasan kebangsaan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pancasila, Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia, Bhineka
Tunggal Ika dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia bahwa menjaga persatuan dan kesatuan negara serta menjaga keutuhan dan keharmonisan antar sesama rakyat adalah
hal mutlak dalam berkehidupan sosial.
Sebagai contoh yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat saat
mensosialisasikan wawasan kebangsaan di daerahnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari NTB Satu Data yaitu
Jumlah masyarakat yang tersosialisasi
wawasan kebangsaan dari tahun 2016 hingga 2020 di bahwa pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan secara
rutin oleh pemerintah setempat (NTB Satu Data, 2022). Berikut
jumlah data masyarakat yang telah tersosialisasikan wawasan kebangsaan tahun 2016 hingga tahun 2020 :
Tabel 1. Jumlah Masyarakat yang Tersosialisasikan
Wawasan Kebangsaan Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2020
No |
Pelaksana |
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
1 |
A |
980 |
1.764 |
220 |
4.294 |
2.160 |
2 |
B |
3.045 |
3.045 |
5.187 |
15.818 |
200 |
3 |
C |
1.695 |
900 |
400 |
7.770 |
- |
4 |
D |
3.252 |
- |
- |
1.920 |
- |
5 |
E |
5.500 |
6.950 |
6.950 |
28.900 |
- |
Sumber : NTB Satu Data
Keterangan :
A: Bakesbangpoldagri
Provinsi NTB (jiwa)
B: Bakesbangpoldagri
kab/Kota Se-NTB (jiwa)
C: Instansi Vertikal dan Dinas Terkait (jiwa)
D: Ormas/LSM dan Organisasi Profesi (jiwa)
E: Perguruan Tinggi
Negeri/Swasta (jiwa)
Terdapat dua jurnal
yang menjadi referensi dengan kajian penulis.
Pertama, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa kesimpulan landasan utama dari Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah adalah peraturan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah tentunya, seperti Peraturan Kemendagri nomor 29 tahun 2011, Peraturan Kemendagri no
71 tahun
2012 ,
dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah
nomor
85 tahun 2008. Kedua implementasi
program kerja pengembangan wawasan kebangsaan tentunya sesuai dengan amanat dari peraturan yang menjadi landasan pengembangan wawasan kebangsaan. Pada tahun 2016 Badan Kesbangpol
dan Linmas Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan 15 kegiatan terkait wawasan kebangsaan dan total keseluruhan setelah kegiatan dilakukan di kabupaten atau kota yang ada di Jawa Tengah adalah 53 kegiatan. Dari 15 kegiatan tersebut pendekatan
yang paling sering dilakukan adalah dengan cara sosialisasi, kemudian dengan metode pendidikan, seperti seminar
dan forum diskusi. Untuk lokasi yang
paling sering dijadikan tempat kegiatan, tentunya lokasi yang sering terjadi konflik agama ataupun terorisme, seperti Kabupaten Temanggung, Kabupaten Solo,
dan Kota Semarang.
Ketiga, faktor
utama penghambat dan pendukung Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 dalam pengembangan wawasan kebangsaan. Faktor penghambat beban kerja tidak seimbang dengan jumlah pegawai dan kurangnya Sumber Daya Manusia. Faktor pendukung adalah anggaran yang mencukupi seluruh kegiatan dan kerjasama yang baik antara Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi dengan Kabupaten atau Kota di Provinsi Jawa Tengah
Dari jurnal
diatas, penulis menjadikan rujukan dalam penelitian ini. Bahwa dengan
implementasi program kerja yang telah disebutkan diatas adalah indikator dalam melaksanakan pengembangan wawasan kebangsaan. Untuk itu pada penelitian ini adanya mata
pelatihan khusus yang mengedukasi peserta pelatihan dalam hal wawasan kebangsaan,
diharapkan mampu meningkatkan rasa kesadaran dan tumbuhnya nilai-nilai kebangsaan yang ada pada diri masing-masing peserta pelatihan.
Kedua, Peran
guru dalam pembentukan wawasan kebangsaan sangat diperlukan pada siswa SMPN 1 Barat yaitu agar,
guru dapat memotivasi siswa, agar siswa bangga dengan keanekaragaman
budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu dalam mewujudkan keanekaragaman, guru selalu menasehati siswa untuk menghargai dan bangga dengan budayanya
sendiri. Jika bukan bangsa Indonesia sendiri yang bangga dengan keanekaragaman budayanya maka siapa lagi, tugas
generasi muda pada saat ini adalah
melestarikan kebudayaan asli Indonesia agar tidak diakui oleh negara lain. Menjelaskan
kepada siswa bahwa budaya asli
Indonesia itu tidak hanya dari jenis
musik atau film saja tetapi bisa
dengan guru menjelaskan bermacam suku, agama, bahasa, pulau yang ada di Indonesia, tari-tarian tradisional, makanan atau kuliner Indonesia, pakaian adat, rumah
adat, alat musik tradisional, lagu daerah serta
mengenalkan dan melakukan pertunjukan seni budaya tradisional seperti ketoprak, wayang, gamelan, tari barong dan reog. Kesulitan yang biasa dialami guru dalam pembentukan wawasan kebangsaan yaitu siswa acuh
atau masa bodoh, siswa menganggap remeh wawasan kebangsaan,
siswa mudah terpengaruh oleh lingkungan seperti membolos sekolah, minum-minuman keras, serta banyak
siswa yang tidak tinggal bersama orang tuanya dikarenakan orang tuanya kerja jauh
sehingga susah untuk koordinasi dalam pembentukan nilai dan moral siswa. Cara mengatasinya yaitu guru tidak bosan-bosan memperingatkan siswa tentang pentingnya wawasan kebangsaan serta memberi sanksi
bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah, apabila ada siswa yang tidak masuk atau
membolos guru melakukan
home visit dari sekolah untuk mengetahui permasalahan dan mencari solusi dan apabila diulang orang tua dipanggil ke sekolah
untuk koordinasi dengan wali kelas
atau guru BK serta jika siswa tidak
masuk 10% dari hari efektif maka
siswa tidak naik kelas
Berdasarkan hasil penelitian diatas, terdapat upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengedukasi pemahaman wawasan kebangsaan masyarakat. Termasuk, generasi muda saat
ini banyak mengabaikan nilai-nilai luhur yang telah ada bersamaan dengan
bangsa ini
METODE
Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada 21 Februari sampai dengan 26 Februari 2022. Sumber data pada penelitian ini adalah nilai peserta
pelatihan yang meliputi
para pegawai dilingkungan kementerian Agama Provinsi
Sumatera Selatan, lampung, Bengkulu dan Kep. Bangka Belitung yang berjumlah
35 Orang. Peserta
pelatihan diperoleh dari satuan kerja
masing-masing instansi yang
mengajukan untuk mengikuti kediklatan.
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, catatan lapangan, tes awal
(pretest) dan test akhir (posttest).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan wawasan sebagai pandangan, ikhtisar atau perspektif,
perspektif; dan 'kebangsaan',
berasal dari akar kata 'bangsa', didefinisikan sebagai sekelompok orang yang memiliki asal usul, adat
istiadat, bahasa dan sejarah yang sama dan yang memiliki pemerintahan sendiri. Secara harfiah, pemahaman kebangsaan dapat diartikan sebagai cara pandang
atau visi suatu bangsa yang mengandung kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya serta berperilaku sesuai dengan falsafah hidup bangsa. Dalam konteks pemahaman kebangsaan Indonesia, perspektif ini tidak dapat
dilepaskan dari sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia dari era penjajahan Barat dan Jepang hingga terbentuknya
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Semangat nasionalisme Indonesia ditandai dengan lahirnya Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, meskipun semangat nasionalisme ini masih terbatas
di Jawa, Madura dan Bali. Nasionalisme
Indonesia mulai mengkristal
setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang memproklamirkan diri sebagai satu negara, satu rakyat dan mempertahankan satu bahasa - bahasa Indonesia. Disini jelas bahwa tidak
ada lagi perpecahan, yang diutamakan adalah persatuan dan kesatuan bangsa, Nilai-nilai inti dari pemahaman nasionalisme dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa antara lain:
a.
Menghormati martabat dan nilai
-nilai kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan Maha
Kuasa;
b.
Bertekad menjalani kehidupan
nasional yang mandiri dan bersatu;
c.
Cinta tanah air dan bangsa;
d.
Demokrasi atau kekuasaan
tertinggi di tangan rakyat;
e.
Rasa solidaritas
sosial;
f.
Masyarakat yang adil
dan makmur
Mencermati perkembangan Wawasan
Kebangsaan yang dimiliki
oleh komponen bangsa saat ini, jika
tidak dikendalikan, maka dapat dikatakan
bahwa Negara Republik
Indonesia yang sangat kita cintai ini, akan
memiliki konsekuensi sebagai berikut: (1) gagal memahami nilai-nilai Pancasila, khususnya pemahaman kebangsaan; (2) gagal memahami nilai-nilai Pancasila, khususnya perasaan kebangsaan; (3) gagal memahami nilai-nilai Pancasila, khususnya semangat kebangsaan. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia tentang Pancasila, kewarganegaraan
dan pemahaman nasional sangat rendah. Kita bisa mengamati hal ini dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, ada banyak
konflik antar kelompok, demonstrasi anarkis dan pelanggaran hak asasi manusia.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang masalah ini melalui mata
pelajaran Pancasila dan pendidikan
kewarganegaraan, yang diajarkan
dari sekolah dasar hingga pendidikan
tinggi.
Penjelasan teoritis diatas,
mengenai wawasan kebangsaan sangat penting kepada masyarakat, baik pada generasi mileneal mapupun kolonial. Terkhususnya pada penelitian ini yaitu peserta
pelatihan Wawasan Kebangsaan di Balai Diklat Keagamaan Palembang. Adapun materi inti pada penelitian ini diantaranya yaitu :
a.
Makna wawasan kebangsaan
b.
2. Internalisasi
nilai dasar wawasan kebangsaan
c.
Implementasi asas wawasan
d.
kebangsaan
e.
Hakikat wawasan kebangsaan
Materi-materi diatas adalah
salah satu bentuk poin inti dalam mengedukasi peserta pelatihan. Agar peserta pelatihan memahami dengan seutuhnya mengenai wawasan kebangsaan dan tata cara pandang berbangsa dan bernegara. Pada penelitian ini juga ditemukan peserta pelatihan Wawasan Kebangsaan di lingkungan Balai Diklat Keagamaan Palembang pada awalnya masih belum
memahami apa makna dari wawasan
kebangsaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil observasi
dan catatan lapangan peneliti dan juga dari hasil pretest yang
dikerjakan oleh peserta belum maksimal hasilnya, dengan butir pertanyaan diantaranya :
1.
Jelaskan fase sejarah wawasan
2.
Kebangsaan ?
3.
Apa makna wawasan
kebangsaan
?
4.
Sebutkan empat konsesus
berbangsa dan bernegara ?
5.
Sebutkan asas wawasan kebangsaan ?
6.
Apa hakikat wawasan
kebangsaan ?
Berikut beberapa hasil observasi dan catatan lapangan peneliti
Gambar 1 hari pertama peserta
mengikuti pelatihan
Berdasarkan observasi dan catatan
lapangan peneliti, terlihat pada gambar 1 pada hari pertama peserta
pelatihan belum terlalu aktif dalam
mengikuti kegiatan pelatihan. Hal ini disebabkan mungkin belum mengenalnya satu sama lain antar peserta, sehingga aktifitas peserta belum terlihat
jelas.
Gambar 2 Mardiansyah (widyaiswara) menyampaikan materi hakekat wawasan kebangsaan
Pada gambar 2, widyaiswara Balai diklat Keagamaan Palembang menyampaikan materi hakikat wawasan kebangsaan kepada peserta pelatihan. Terlihat peserta menyimak apa yang disampaikan pemateri. Hal ini merupakan bentuk
edukasi kepada peserta pelatihan agar memahami makna hakikat wawasan kebangsaan. Ilmu-ilmu dan informasi yang disampaikan diharapkan menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan kepada peserta pelatihan.
Gambar 3 Diskusi Kelompok Peserta Pelatihan
Pada gambar 3, nilai-nilai kebersamaan, nilai-nilai saling menghargai sesama peserta mulai terlihat
pada saat widyaiswara memberi tugas kepada
peserta pelatihan untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan. Edukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan ini tidak hanya
mengedukasi wawasan saja melainkan mengedukasi sikap peserta pelatihan.
Gambar 4 peserta pelatihan presentasi hasil diskusi tugas kelompok
Pada gambar 4, peserta aktif dalam
menyampaikan tugas yang diberikan oleh widyaiswara dalam materi sejarah
wawasan kebangsaan. Berdasarkan observasi dan catatan lapangan peneliti, pada saat peserta menyampaikan hasil diskusi kelompok
kepada peserta pelatihan lainnya terkait materi sejarah wawasan kebangsaan terdapat nilai-nilai keberagamaan sesama peserta yang menyimak apa yang disampaikan oleh peserta yang ditugaskan. Diantara nilai-nilai keberagaman tersebut yang menonjol adalah rasa ingin tahu peserta pelatihan
terhadap sejarah-sejarah
yang terjadi di Indonesia. Hal ini
membuktikan bahwa edukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan ini berdampak
kepada peserta. Berdampak terhadap ilmu pengetahuan peserta dan berdampak terhadap sikap peserta selama mengikuti kegiatan pelatihan.
Berikut ini juga hasil persentase nilai Pre-Test dan Post Test Pelatihan
Wawasan Kebangsaan Angkatan
1 Tahun 2022 di Balai Diklat Keagamaan Palembang
Tabel 2 Hasil nilai Pre-Test dan Post Test Peserta
Pelatihan
Nama Peserta |
Pre-Test |
Post
Test |
A. REDHO NUGRAHA, S.E. |
60 |
90 |
ABDUL MUKMIN, S.Pd.I |
55 |
80 |
ALBERTUS RUSWANTO, S.Ag |
55 |
85 |
ALVEN PUTRA, M.S.I |
70 |
95 |
ASIH WINDARI |
60 |
80 |
DEWI DAHLIAWATI., S.IP |
50 |
70 |
DIAN SARTIKA, S.Pd |
50 |
75 |
Deni Agustina, SH |
60 |
90 |
EGGI RANDI SYAPUTRA, S.Psi |
65 |
90 |
Elan Proyogi, S. Pd |
70 |
80 |
FURZIAH, M.H. |
65 |
85 |
Frandia
Wulan Sari |
60 |
80 |
HARUN, S.Ag |
55 |
80 |
Dra. HUZAIMAH |
60 |
85 |
Helmi Arifin, SH |
70 |
80 |
JHONI WALKER |
70 |
85 |
KIAGUS AHMAD RIDHUAN, S.Ag. |
70 |
85 |
LEGIMIN, S.Ag,
MM |
60 |
75 |
LIZA DWI APRIANI, S.S. |
60 |
80 |
MARIYADI |
55 |
75 |
MARKUS, S.Sos.I |
50 |
80 |
MUDTI FRIZDIAN RIZKANDI, S.Pd |
50 |
80 |
MUSPIRAWATI, S.Pd.I |
55 |
75 |
NASORI |
60 |
80 |
NURLAILI, S.Sos |
60 |
75 |
NYIMAS AMINAH |
60 |
75 |
RAHMAWATI, S.S.,M.Pd |
55 |
80 |
Rabiah Al-Adawiyah |
60 |
80 |
Drs. SAHID SUBKHI |
65 |
75 |
Dra. SITI ZULHAWA |
65 |
75 |
TARI REZTI APRIANTY |
70 |
85 |
TONI PERGO., S.Pd. |
55 |
80 |
TRI JULIANSYAH, S.E |
60 |
85 |
VIVIN HUSANA PUTRI, S.I.P |
55 |
75 |
WAHYU ADAM PRABOWO, S.Pd |
50 |
80 |
Sumber: Data diperoleh hasil nilai yang diolah panitia kediklatan
Berdasarkan data Tabel 2, dari
jumlah 35 peserta pelatihan wawasan kebangsaan angkatan 1 dihasilkan hampir 90 % nilai Pretest peserta mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Pre-test ini diberikan kepada
peserta sebelum dimulainya pelaksanaan pelatihan. Pre-test dan Postest ini bertujuan untuk
mengukur sejauh mana kompetensi peserta pelatihan mengenai pemahaman wawasan kebangsaan sebelum mengikuti dan memperdalam materi pelatihan wawasan kebangsaan.
Berdasarkan hasil nilai
pretest dan postest diatas,
untuk menguji signifikansi dan relevansi dalam satu atau
dua kelompok sampel, maka peneliti
mengolah data tersebut ke dalam uji T pada program SPSS dengan hasil sebagai
berikut :
Berdasarkan hasil nilai post test
Sumber data : Data diolah peneliti menggunakan SPSS
Berdasarkan hasil uji T pada group Statistics diatas menjelaskan bahwa nilai rata-rata peserta pada saat pretest sebesar 59,7 dan nilai rata-rata pada saat
posttest sebesar 80,7. Hal ini
menunjukan perbedaan signifikan diantara dua variable yaitu pada saat peserta mengerjakan
pretest di awal pelatihan
dan pada saat peserta mengerjakan posttest pada saat akhir pelatihan. Selanjutnya, dilihat dari p_value (sig) sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya
Ho ditolak ini menunjukkan bahwa pada kepercayaan 95 % dinyatakan edukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan memiliki pengaruh yang signifikan.
Tabel 3, penulis menyajikan
hasil nilai keterampilan dan Nilai Sikap peserta pelatihan:
Tabel 3 Hasil nilai keterampilan dam sikap peserta pelatihan
Nama Peserta |
Nilai Keterampilan (50%) |
A. REDHO NUGRAHA, S.E. |
45 |
ABDUL MUKMIN, S.Pd.I |
45 |
ALBERTUS RUSWANTO, S.Ag |
45 |
ALVEN PUTRA, M.S.I |
46,5 |
ASIH WINDARI |
45 |
DEWI DAHLIAWATI., S.IP |
45 |
DIAN SARTIKA, S.Pd |
45 |
Deni Agustina, SH |
45 |
EGGI RANDI SYAPUTRA, S.Psi |
45 |
Elan Proyogi, S. Pd |
40 |
FURZIAH, M.H. |
42 |
Frandia
Wulan Sari |
42 |
HARUN, S.Ag |
45 |
Dra. HUZAIMAH |
45 |
Helmi Arifin, SH |
45 |
JHONI WALKER |
43 |
KIAGUS AHMAD RIDHUAN, S.Ag. |
40 |
LEGIMIN, S.Ag,
MM |
45 |
LIZA DWI APRIANI, S.S. |
42 |
MARIYADI |
45 |
MARKUS, S.Sos.I |
45 |
MUDTI FRIZDIAN RIZKANDI, S.Pd |
45 |
MUSPIRAWATI, S.Pd.I |
45 |
NASORI |
45 |
NURLAILI, S.Sos |
45 |
NYIMAS AMINAH |
45 |
RAHMAWATI, S.S.,M.Pd |
45 |
Rabiah Al-Adawiyah |
43 |
Drs. SAHID SUBKHI |
45 |
Dra. SITI ZULHAWA |
45 |
TARI REZTI APRIANTY |
45 |
TONI PERGO., S.Pd. |
45 |
TRI JULIANSYAH, S.E |
45 |
VIVIN HUSANA PUTRI, S.I.P |
45 |
WAHYU ADAM PRABOWO, S.Pd |
45 |
Sumber: Data diperoleh dari hasil nilai yang diolah panitia kediklatan pada simdiklat.
Pada Tabel 3 terdapat
variabel penilaian yang menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam pelatihan. Nilai keterampilan pada pembahasan penelitian ini adalah keterampilan peserta dalam mengikuti
pelatihan wawasan kebangsaan di Balai Diklat Keagamaan Palembang. Keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas dan aktivitas kelas pada saat proses pembelajaran menjadikan kegiatan edukasi di lingkungan Balai Diklat Keagamaan
Palembang menjadikan aktif.
Dilihat dari table diatas bahwa dari
jumlah 35 orang peserta, terdapat 27 Orang mendapatkan nilai 45% dari 50% yang ditargetkan, terdapat 1 orang
yang mendapatkan nilai
46,5%, 2 Orang yang mendapatkan nilai
40%, 3 Orang yang mendapatkan nilai
42% dan 1 orang yang mendapatkan nilai
43%. Hal ini menunjukkan suatu keberhasilan dalam pelatihan bahwa dari jumlah
35 orang, edukasi wawasan kebangsaan melalui pelatihan ini adalah
salah satu cara untuk meningkatkan serta memberikan dampak kepada peserta
pelatihan dalam memahami nilai-nilai kebangsaan dan menjaga persatuan dan kesatuan.
Tabel 4 Hasil sikap peserta
pelatihan
Nama Peserta |
Nilai Sikap (20 %) |
A. REDHO NUGRAHA, S.E. |
18,2 |
ABDUL MUKMIN, S.Pd.I |
18 |
ALBERTUS RUSWANTO, S.Ag |
18 |
ALVEN PUTRA, M.S.I |
18.8 |
ASIH WINDARI |
18 |
DEWI DAHLIAWATI., S.IP |
18 |
DIAN SARTIKA, S.Pd |
18 |
Deni Agustina, SH |
18 |
EGGI RANDI SYAPUTRA, S.Psi |
18 |
Elan Proyogi, S. Pd |
18 |
FURZIAH, M.H. |
18 |
Frandia
Wulan Sari |
18 |
HARUN, S.Ag |
18.,8 |
Dra. HUZAIMAH |
18,6 |
Helmi Arifin, SH |
18 |
JHONI WALKER |
18 |
KIAGUS AHMAD RIDHUAN, S.Ag. |
18 |
LEGIMIN, S.Ag,
MM |
18 |
LIZA DWI APRIANI, S.S. |
18 |
MARIYADI |
18 |
MARKUS, S.Sos.I |
17,8 |
MUDTI FRIZDIAN RIZKANDI, S.Pd |
18 |
MUSPIRAWATI, S.Pd.I |
18 |
NASORI |
18,8 |
NURLAILI, S.Sos |
18 |
NYIMAS AMINAH |
17,2 |
RAHMAWATI, S.S.,M.Pd |
18 |
Rabiah Al-Adawiyah |
18.2 |
Drs. SAHID SUBKHI |
18 |
Dra. SITI ZULHAWA |
18.2 |
TARI REZTI APRIANTY |
18 |
TONI PERGO., S.Pd. |
17,2 |
TRI JULIANSYAH, S.E |
18,4 |
VIVIN HUSANA PUTRI, S.I.P |
18 |
WAHYU ADAM PRABOWO, S.Pd |
18 |
Sumber: Data diperoleh hasil nilai yang diolah panitia kediklatan pada simdiklat.
Pada Tabel 4 terdapat variebel penilaian yang menjadi salah satu indikator keberhasilan juga dalam pelatihan. Nilai sikap pada pembahasan penelitian ini adalah sikap
peserta dalam mengikuti pelatihan wawasan kebangsaan di Balai Diklat Keagamaan
Palembang. sikap pada saat
di dalam kelas dan diluar kelas, sikap
pada saat proses pembelajaran
menjadikan kegiatan edukasi di lingkungan Balai Diklat Keagamaan
Palembang menjadikan bermakna
disetiap kegiatan. Dilihat dari table diatas bahwa dari
jumlah 35 orang peserta, terdapat 24 Orang mendapatkan nilai 18 % dari 20 % yang ditargetkan, terdapat 2 orang
yang mendapatkan nilai 18,8
%, 1 Orang yang mendapatkan nilai
18,6 %, 1 Orang yang mendapatkan nilai
18,4 %, 3 Orang yang mendapatkan nilai
18, 3 % dan 4 Orang yang mendapatkan nilai dibawah 18 %. Menurut penulis, Hal ini juga menunjukkan suatu keberhasilan. Sikap peserta adalah
poin penting dalam penelitian ini. Edukasi Wawasan
Kebangsaan bukan hanya memberikan pemahaman saja melainkan memberikan dampak kepada setiap
individu-individu peserta pelatihan dalam mewujudkan sikap yang moderat dalam memahami
nilai-nilai kebangsaan baik kepada keluarga,
lingkungan kerja dan kepada masyarakat luas.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah ditemukan dapat disimpulkan :
Pertama pentingnya edukasi wawasan kebangsaan kepada peserta pelatihan dan kepada masyarakat luas. Kedua, pengetahuan
dan pemahaman wawasan kebangsaan yang benar adalah ujung tombak
dalam mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai sosial dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, ketiga wawasan kebangsaan kerap dikaitkan dengan pemahaman /cara pandang beragama, maka diperlukan sikap dan cara pandang beragama yang bersifat wasathiyah (sikap pertengahan) agar dalam memahami nilai-nilai wawasan kebangsaan tidak bersikap ekstrim kiri ataupun sikap
ekstrem kanan dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat. Saling menghargai antar sesama dan tidak menimbulkan atau menjadi sebab perpecahan
baik perpecahan antar suatu kelompok,
individu dan individu lainnya dan semisalnya.
Data-data yang telah dijelaskan oleh penulis diatas menunjukkan ilmu pengetahuan mengenai wawasan kebangsaan sangat dibutuhkan dalam memberikan edukasi pemahaman kepada masyarakat terkhususnya pada pembahasan ini yaitu pada peserta pelatihan. Apabila edukasi ini tidak
dijalankan dan tidak disampaikan maka hal-hal yang dikhawatirkan akan timbul dan menjadi sumber permasalahan kedepannya. Terlebih pada saat ini generasi mileneal
yang terus berkembang dengan pesat. Mampu
mengubah pola kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Berubah menjadi lebih baik
atau bahkan berubah menjadi lebih buruk, maka
dibutuhkan cara-cara, peran-peran antar individu
peserta pelatihan untuk menyampaikan pesan dan mengedukasi masyarakat dilingkungan sekitar agar menerapkan nilai-nilai kebangsaan dan menjaga keutuhan NKRI dengan cara yang telah diedukasi pada pelatihan ini.
Diharapkan setelah penelitian
ini, para peneliti selanjutnya mampu mengembangkan formula yang tepat dalam mengembangkan dan mengedukasi untuk berwawasan kebangsaan yang benar demi mewujudkan kehidupan sosial yang lebih baik dari
sebelumnya. Terkhususnya
pada saat ini, era mileneal yang mendominasi. Generasi muda banyak mengabaikan
nilai-nilai luhur yang telah ada bersamaan
dengan bangsa ini. anak-anak muda yang berkembang
dengan pesat baik secara pengetahuan,
budaya dan adab dalam berkehidupan sosial masyarakat adalah cerminan jati diri bangsa.
Jika sumber daya manusia di era mileneal ini baik
maka akan baik
namun jika buruk maka akan
buruk juga hasilnya. Dibutuhkan keseriusan dalam mengedukasi dan mencari formula-formula yang tepat
agar mendapatkan sumber daya manusia yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Dalam Negeri. (2022, April). Data Masyarakat Yang Tersosialisasikan Wawasan Kebangsaan di Provinsi NTB.
Https://Data.Ntbprov.Go.Id/Dataset/Data-Masyarakat-Yang-Tersosialisasikan-Wawasan-Kebangsaan-Di-Provinsi-Ntb.
Bria, M. E. (2017). Penguatan Wawasan Kebangsaan Peserta Didik di Daerah Perbatasan
Indonesia-Timor Leste Melalui
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Prosiding Konferensi
Nasional Kewarganegaraan III.
Murdowo, D., Rachmawati, R., Aria Prahara, G., & Rio Adriyanto,
A. (2021). PERANCANGAN PROTOTIPE MOBILE LEARNING “WAWASAN KEBANGSAAN” BERBASIS
ANDROID BAGI MILENIAL SEBAGAI SOLUSI PEMBELAJARAN SITUASI PANDEMI. ANDHARUPA:
Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia, 7(2),
375–388. http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/andharupa/index
Nugraha, N., & Sari, N. i D. (2017).
Peran Guru Dalam Upaya Pembentukan Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas Viii Smpn 1 Barat Kabupaten Magetan Tahun Ajaran 2015/2016. Citizenship
Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan,
5(1), 13. https://doi.org/10.25273/citizenship.v5i1.1147
Resmana, M. T., & Dewi, D. A.
(2021). Pentingnya Pendidikan Pancasila untuk Merealisasikan Nilai-Nilai
Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal
Pendidikan Dan Kewirausahaan, 9(2).
https://doi.org/10.47668/pkwu.v9i1.134
Saidu Zamare, U., & Ahmed Karofi, U. (2015). National Unity: A Catalyst for
Sustainable Democracy in Nigeria. IISTE, 5(8). www.iiste.org
Sembiring, N. V, Isdaryanto, N., & ...
(2017). Program Kerja Badan Kesbangpol
dan Linmas Dalam Pengembangan Wawasan Kebangsaan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. …
Science Journal, 1(2), 181–191.
Suargana, L., & Dewi, D. A. (2021).
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM WAWASAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBALISASI.
JURNAL GLOBAL CITIZEN :
JURNAL ILMIAH KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN , 10(2).