PENINGKATAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR ARITMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL 5E DENGAN MEDIA GF-eMODUL
DI MAN 4 JAKARTA
Novianti
Mulyana
Madrasah Aliyah Negeri 4
Jakarta, Indonesia
E-mail:
noviantimulyana@gmail.com
Abstract
This Classroom Action
Research aims to improve students' activities and learning outcomes in math
online learning through the application of the 5E learning model using the
GF-eModul in Grade X MAN 4 Jakarta. The target variables are the increase in
the percentage of students who successfully submit assignments through the GF-e
Module before end session; the increase in the percentage of students who get score
above the passing grade; and and the increase in the percentage of students who
obtained A predicate score. The study was conducted from January to March 2021
on arithmetic. The research used Kemmis and McTaggart's CAR which consisted of
planning, implementation, observation, and reflection. Qualitative data were
collected through observations, field notes, interviews, surveys, and journals.
Meanwhile, quantitative data were collected through tests. Qualitative data is
processed through coding, grouping, interpretation and presentation steps, and
quantitative data is processed using descriptive statistics in the form of
percentages. The study foud that the application of the 5E model with the
GF-eModul increased the percentage the number of students who submit tasks
before end sesiion by 50%, the percentage of students who got score above
passing grade by 59%, and the percentage
of students who got A predicate score by 49%.
Keywords:
arithmetic, 5E model, GF-eModul, learning activities, learning outcomes
Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran daring
melalui penerapan model pembelajaran 5E dengan media GF-eModul di kelas X IPA
MAN 4 Jakarta. Variabel yang ingin disasar melalui penelitian ini adalah
pertama peningkatan persentasi jumlah
peserta didik yang berhasil mengirimkan tugas melalui GF-e Modul; kedua
peningkatan persentasi peserta didik yang memperoleh skor di atas KKM; dan
peningkatan persentasi jumlah peserta didik yang memperleh skor predikat A. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
sampai Marer tahun 2021 pada materi aritmetika di kelas X 5 Madrasah Aliyah
Negeri Jakarta. Penelitian menggunakan siklus PTK Kemmis dan Mctaggart yang
terdiri dari 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Data kualitatif dikumpulkan melalui pengamatan, catatan lapangan, wawancara,
survey dan jurnal. Sedangkan data kuantitatif dikumpulkan melalui tes. Data
kualitatif diolah menggunakan langkah pengkodean, pengelompokan, intrpretasi
dan penyajian. Sedangkan data kuantitatif diolah menggunakan statistic
deskriptif bentuk persentasi. Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penerapan model 5E dengan media GF-eModul berhasil meningkatkan
persentasi jumlah peserta didik yang menyerahkan hasil pekerjaannya pada
periode jadwal jam pembelajaran sebesar 50%, presentase siswa dengan hasil
belajar yang mencapai KKM sebesar 59%, dan persentase siswa yang mendapat skor
predikat A meningkat sebesar 49%.
Kata
kunci: aritmetika, model 5E, GF-eModul, aktivitas belajar, hasil belajar
PENDAHULUAN
Masa
pandemi COVID 19 membuat kegiatan pembelajaran menjadi berbeda dari biasanya dimana
tatap muka langsung dalam kelas menjadi pembelajaran daring. Pada pembelajaran
daring ditemukan keterbatasan interaksi yang membuat guru menjadi lebih sulit
memantau kegiatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Beberapa
kendala diantaranya pertama, penyajian materi kurang maksimal karena
saat menerangkan langsung di video conference kadang suara penjelasan
guru terputus karena gangguan jaringan. Kedua, Penyajian materi kurang
maksimal karena video yang disajikan terlalu umum dari video panjang yang
tersedia di internet sehingga peserta didik kesulitan saat mengerjakan soal
latihan. Ketiga, terjadinya penurunan motivasi dan gairah belajarnya.
Hasil
evaluasi pembelajaran daring matematika di Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta pada
mata pelajaran matematika yang dikelola peneliti ditemukan data bahwa lebih
dari 75% siswa di kelas X IPA 5 mengalami kesulitan belajar dan kurang dari 10%
siswa yang mencapai ketuntasan minimal sebelum di-remedial. Kenyataan
ini merupakan indikator bahwa hasil belajar siswa pada aspek kognitif masih
belum optimal.
Pada
pembelajaran peneliti sering menggunakan model pembelajaran 5E (Engage-Explore-Explain-Elaborate-Evaluate).
Model 5E pertama kali diciptakan oleh Atkon dan Karplus pada tahun 1962 (Ong et al., 2020).
Model pembelajaan ini dikembangkan dari teori konstructivisme yang berpandanagn
bahwa setiap orang belajar dengan cara mengkonstruksi pengetahuannya
berdasarkan pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan (Bahtaji, 2021).
Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa
membangun pengetahuan terjadi melalui proses akomodasi atau asimilasi pengalaman
baru dengan pengetahuan yang sudah dikuasai sebelumnya.
Menurut
Wulandari et al. model 5E guru dapat menyajikan pembelajaran yang sesuai dengan
isu-isu yang relevan dengan lingkungan siswa kemudian menciptakan kondisi
disequilibrium-equilibrium (ketidakseim-bangan-seimbang) (Wulandari et al., 2022).
Wulandari selanjutnya menegaskan bahwa melalui tahapan-tahapan 5E guru dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang lain agar siswa dapat membangun
pengetahuannya secara utuh.
Hasil
penelitian menjelaskan bahwa penerapan model 5E membantu peserta didik untuk
menguasai konsep-konsep yang sedang dipelajari. Penelitian Wulandari et al. menemukan
bahwa penerapan 5E pembelajaran IPA di SD dapat meningkatkan hasil tes
dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya yang tidak menggunakan model 5E (Wulandari et al., 2022).
Hasil penelitian yang sama diungkapkan oleh Ong et al. yang menyatakan bahwa
penerapan model 5E pada mata pelajaran sains lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional (Ong et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Bahtaji pada mata pelajaran Matematika
menyatakan bahwa penerapan model 5E menyajikan pengalaman nyata yang membantu
peserta didik dapat merestrukturisasi pengetahuan yang sudah mereka dapat
sebelumnya (Bahtaji, 2021).
Sebuah eksperimen yang dilakukan Tezer dan Cumhur yang membandingkan penerapan
5E pada kelompok eksperimen dan penerapan Metode Modeling diperoleh kesimpulan
bahwa penerapan model 5E dapat meningkatkan kemampuan akademik (menalar), namun
metode modeling lebih meningkatkan penguasaan konsep (Tezer & Cumhur, 2017).
Berdasarkan
pengelaman peneliti pada pembelajaran tatap muka mata pelajaran matematika
model 5E efektif meningkatkan hasil belajar, namun menjadi berkurang pada
pembelajaran daring. Menurut pengamatan penelitian menurunnya efektifitas 5E
utamanya disebabkan karena menurunnya interaksi antara guru dengan siswa. Berdasarkan
asumsi tersebut peneliti mencoba merancang sebuah tindakan untuk meningkatkan
interaksi belajar dengan cara menggunakan media online yang dapat
membantu guru melakukan interaksi intensif. Melalui media tersebut seakan-akan
guru dapat hadir real time kapan saja peserta didik membutuhkan.
Untuk
tujuan tersebut peneliti mengembangkan modul online berbasis Google Form
(GF) yang diberi nama GF-eModul. GF-eModul adalah modul belajar yang
dikembangkan oleh peneliti bersama kolaborator menggunakan aplikasi Google
Form (GF). GF yang biasanya hanya digunakan untuk aplikasi pembuatan soal
baik untuk latihan maupun penilaian, dalam penelitian ini GF digunakan untuk
mengembangkan modul. Melalui modul tersebut disajikan kegiatan belajar online
mulai dari menyimak materi ajar dalam bentuk teks, audio atau video, diskusi
kelompok, latihan, mengirim tugas dan memperoleh umpan balik (feedback).
Untuk
tujuan tersebut peneliti mengembangkan modul online berbasis Google Form
(GF) yang peneliti sebut GF-eModul. Media tersebut dgunakan untuk meningkatkan
interkasi dan aktifitas belajar pada penerapan model pembelajaran 5E .
Pilihan
ini diputuskan setelah peneliti menelaah fugsi-fungsi yang luar bisa pada GF.
Pada aplikasi tersebut pengguna dapat memuat (insert/embed)
banyak media mulai dari media text, hypertext, audio, visual
dan video. Dengan fungsi-fungsi tersebut peneliti mengembangakn
modul digital dengan pola kegiatan menggunakan sistematika model pembelajaran
5E.
Media
utama yang digunakan sebagai sumber belajar adalah video yang khusus dibuat
oleh guru untuk kepentingan belajar sesuai dengan karakter peserta didik MAN 4
Jakarta. Modul dibuat berdurasi tidak lebih dari 5 menit agar tidak membosankan.
Video-video yang disajikan dijadikan sumber belajar yang selanjutnya diikuti
dengan soal latihan. Video-video tersebut diharapkan dapat mengurangi frustrasi
peserta didik akibat latihan soal yang tidak ada penjelasan videonya.
Kebaruan
berikutnya yang juga disajikan pada sistem pembelajaran tersebut adalah
memanfaatkan diskusi kelompok online sehingga membangun sikap saling
menghormati dan membangun kesempatan menganalisis hasil pekerjaan dalam diskusi
kelompoknya dengan tidak hanya puas sampai menemukan jawaban soal. Diskusi online
menggunakan aplikasi video conference seperti Zoom, WhatsApp
dan Jamboard.
Berdasarkan pertimbangan
tersebut penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan tujuan untuk meningkakan
intensitas, kecepatan dan penguasaan konsep matematika melalui penggunaan
GF-eModul dengan pola 5E. Adapun rumusan masalah penelitian sbagai berikut:
1.
Bagaimana peningkatan kecepatan
belajar online peserta didik melalui penerapan model 5E menggunakan
GF-eModul?
2.
Bagaimana tingkat penguasaan konsep dan
penguasaan konsep matematika melalui penerapan model 5E dengan media GF-eModul?
Penelitian tindakan dilakukan pada mata pelajaran matematika
di kelas X IPA 5 MAN 4 Jakarta, melalui penelitian ini diharapkan peneliti memperoleh
gambaran mengenai penerapan model pembelajaran 5E yang lebih baik pada
pembelajaran online. Selain itu, dapat memberikan kontribusi referensi best
practice bagi teman-teman sesama pendidik baik di lingkungan MAN 4 Jakarta
sendiri maupun di satuan pendidikan lainnya.
METODE
Metode
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
Action Research, yaitu suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk memperbaiki proses belajar di kelas. PTK ini
menggunakan model Kemmis McTaggart yang terdiri dari empat langkah yaitu:
Perencanaan; Tindakan; Pengamatan; dan Refleksi (Arikunto, 2015)
(Suryadi & Berdiati, 2018).
Keempat
rangkaian kegiatan dilakukan dalam siklus berulang yang merupakan ciri
Penelitian Tindakan (Arikunto, 2015)
(Suryadi & Berdiati, 2018).
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 siklus pada materi aritmetika
kelas X. Adapun siklus dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Pembelajaran
dilaksanakan pada materi aritmetika kelas X.
Subjek
penelitian adalah siswa Kelas X IPA 5 MAN 4 Jakarta sejumlah 34 orang.
Penelitian dilakukan pada semester genap bulan Januari Tahun Pelajaran
2020/2021. Subjek terdiri dari 9 laki-laki dan 25 perempuan.
Pengumpulan
data pada penelitian terdiri dari dua jenis. Pertama, pengumpulan data
kualitatif menggunakan teknik field note, jurnal dan wawancara. Kedua,
pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan teknik tes menggunakan soal. Data
kualitatif diolah dengan cara pengkodean, pengelompokkan, interpretasi dan
penyajian (Suryadi & Berdiati, 2018).
Adapun data kuantitatif diolah menggunakan statistik deskriptif (Suryadi & Berdiati, 2018)
(Sanjaya, 2017).
Data kuantitatif disajikan dalam bentuk persentasi dan grafik batang.
Indikator
keberhasilan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Persentase peningkatkan
keaktifan peserta didik dari siklus I ke siklus II dengan indikator berhasil
meningkatkan jumlah siswa yang berhasil submit tugas sebelum jam
pelajaran PJJ berakhir mencapai 80%; (2) Persentase peserta yang ikut serta
dalam pembelajaran sebanyak 75%; (3) menigkatnya persentase siswa dengan hasil
belajar memenuhi KKM 70 mencapai 80%; dan (4) Persentase meningkatnya persentase
siswa yang memperoleh hasil dengan predikatberpredikat A mencapai 65%. Peserta
didik dapat memperoleh predikat A apabila skor hasil belajar mencapai rentang 91-100.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus I
a.
Perencanaan
Pada
langkah perencanaan peneliti dan observer menyusun rencana penerapan
GF-eModul. Perencanaan dimulai dari telaah kurikulum, kemudian menyusun RPP.
Langkah kedua menyiapkan video dan bahan pelajaran teks yang akan diunduh ke dalam
modul. Langkah ketiga membuat kerangka GF-eModul pembelajaran. Langkah keempat
mengunggah bahan ajar kedalam GF-eModul. Langkah ketujuh menguji coba
fungsi-fungsi modul. Setiap teman yang menunjukkan ketidakberfungsian
komponen-komponen pada modul langsung diperbaiki dan dicek kembali hingga fungsinya
benar
Kerangka
modul menggunakan sintaks pada model pembelajaran 5E. Pada langkah engage
kepada peserta didik disajikan video berisi fenomena matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Video dirancang khusus agar siswa tertarik konsep baru karena
penjelasan menghubungkan dengan pengalaman peserta didik sebelumnya. Pada tahap
exploration peserta didik dilibatkan dalam diskusi kelompok yang
merupakan kesempatan untuk melatih pemahaman dengan menyelesaikan soal sesuai
penjelasan yang terkait dengan pengalaman sebelumnya tersebut. Pada tahap Explanation
peserta didik diminta mendemonstrasikan pemahaman yang sudah mereka kuasai
dengan cara mempresentasikan penyelesaian jawabannya dalam diskusi kelompok.
Pada tahap Elaboration peserta didik diberi kesempatan untuk mengasah
lebih dalam pemahaman peserta didik dengan mendiskusikan dan menyelesaikan
tantangan dari guru berupa masalah yang lebih kompleks. Pada tahap Evaluation
peserta memperoleh respon langsung dari guru atas hasil kerjanya yang dikirim
kedalam GF-eModul. Pada tahap ini guru memberikan umpan balik yang harus
ditindaklanjuti oleh peserta didik dalam bentuk remedial atau pengayaan.
Rancangan
pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) Guru membuka
kegiatan PJJ dengan salam pembuka; (2) Pada awal kegiatan, siswa sudah
berkelompok yang masing-masing terdiri dari 5-6 siswa; (3) Guru membagikan
GF-eModul; (4) Guru melaksanakan pembelajaran menggunakan GF-eModul.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan 2 pertamuan.
Pembelajaran
disajikan secara daring seluruhnya. Sebagain besar disajikan secara asinkronus
menggunakan GF-eModul. Sisanya dalam bentuk sinkronus tatap maya menggunakan aplikasi
video conference. Sebagian kegiatan sinkronus dilakukan dengan guru dan sebagian
lagi pada kelompok belajar.
b.
Pelaksanaan dan pengamatan
Pembelajaran
dilaksaakan seperti pada perencanaan yaitu melaksanakan proses pembelajaran dengan
pola model 5E mengunakan GF-eModul. Pembelajaran siklus I terdiri dari II
pertemuan. Pertemuan ke 2 siklus I mengulang langkah pada pertemuan 1 siklus I
berdasarkan materi selanjutnya.
Kegiatan
pengamatan dilakukan oleh peneliti bersama observer dalam hal ini
kolaborator untuk mengetahui hal-hal apa yang dilakukan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Peneliti dan observer mengumpulkan data sesuai
dengan indikator penelitian yang sudah ditentukan yaitu kecepatan submit
tugas, pencapaian KKM dan pencapaian predikat hasil belajar. Selain itu
peneliti dan observer mengumpulkan data mengenai proses pelaksanaan
pembelajaran.
Pada
saat pelaksanaan pembelajaran dilakukan pengumpulan data penelitian sesuai
dengan rencangan pada metode penelitian. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh
guru bersama observer. Guru peneliti membuat
catatan-catatan dalam bentuk jurnal penelitian dan kolaborator melakukan
pengamatan dan wawancara. Guru dan observer mengidentifikasi apakah di
antara siswa masih terdapat ketidakpahaman dan kesulitan. Observer
berperan mengumpulkan data berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung pada lembar pengamatan.
Berdasarkan
hasil pengamatan para observer dan catatan
peneliti secara umum ditemukan fenomena berikut. Pertama, pertemuan 1 dan
2 siklus I didapat bahwa peserta didik masih beradaptasi dengan GF-eModul. Pada
pertemuan kedua siklus I peserta didik mulai terbiasa dengan GF-eModul dan
mulai lancar menggunakannya. Selain itu pada pertemuan kedua peserta didik
mulai menemukan cara efektif belajar dengan pola 5E secara daring.
Kedua, peneliti
menemukan fakta bahwa video pembelajaran yang dibuat khusus oleh guru dengan
durasi pendek sangat membantu peserta didik dalam setiap tahapan siklus belajar
5E. Peserta didik mulai mengenali jenis video yang disajikan berbeda dengan
video sebelumnya. Kali ini isi video spesifik khusus terkait dengan soal yang
disajikan berkaitan denan diskusi. Video tersebut menjadi bahan untuk diskusi
dan berfungsi seolah-olah menggantikan peran guru yang pada pembelajaran tatap
muka berkeliling mengunjungi setiap kelompok.
Ketiga, GF-eModul
yang dibagikan setelah pertemuan daring jam pelajaran sebelumnya sangat
membantu siswa untuk menyimaknya lebih awal dan saat jam pelajaran daring
berikutnya siswa sudah siap dengan pertanyaan. Dengan cara demikian jawaban
guru merupakan bimbingan yang sangat membantu siswa tepat di bagian yang tidak
dipahami peserta didik.
Keempat,
sesi belajar grup online membantu peserta didik dalam menguasai konsep. Salah
satu indikasinya, semakin berkurangnya pertanyaan yang diajukan kepada guru
karena sudah menyiapkan pertanyaan yang diajukan kepada guru karena sudah
selesai di tingkat diskusi kelompok. Sebelum sesi tatap maya yag mereka
rumuskan dalam diskusi grupnya. Bahkan mereka berhasil menjawab sendiri pertanyaan
yang mereka rumuskan. Hal itu terlihat dari hasil pelaksanaan diskusi dan
pendapat siswa atas manfaat yang mereka rasakan dengan adanya diskusi kelompok online.
Akhirnya pertanyaan siswa kepada guru menjadi lebih sedikit bukan karena mereka
tidak aktif, tapi karena mereka lebih aktif memanfaatkan GF-eModul.
Gambar
2 adalah salah satu contoh screenshoot kegiatan diskusi kelompok online, dimana peserta didik secara detail
mendiskusikan langkah penyelesaian soal. Yang mereka lakukan tidak hanya fokus
pada menentukan jawaban akhir tapi mencoba
memahami definisi, konsep dan langkah penyelesaian soal.
Gambar 1 Diskusi Onnline
Dalam gambar terlihat salah satu kelompok
sedangn membahas sebuah soal menggunakan aplikasi video conference. Pada
kegiatan diskusi peserta didik tidak sekedar mendiskusikan langkah penyelesaian
soal, melainkan secara detail mendiskusikan konsep dan strategi penyelesaian
masalah. Pada kondisi ini peserta didik belajar sampai di tingkat metakognisi.
Kelima, berdasarkan
hasil survei pertemuan 2 siklus I, didapat peserta didik yang masih kesulitan belajar
dalam kelompoknya. Salah satu kendalanya adalah karena dalam kelompok terdapat
anak-anak pembelajaran cepat yang dapat menyelesaikan masalah lebih cepat tanpa
banyak penjelasan rinci dan diskusi terlal panjang, sedangkan anak tersebut
sangat membutuhkan uraian lebih terinci.
Keenam, diperoleh data berikut: (a) Persentase jumlah
peserta didik yang berhasil submit sebelum jam pertemuan daring berakhir adalah
50% di pertemuan 1 menjadi 73% di pertemuan 2; (b) Persentase siswa yang
berhasil selesai sebelum pertemuan daring berakhir dengan skor di atas KKM mencapai
41% di pertemuan 1 dan meningkat menjadi 68% di pertemuan 2; (c) Persentase jumlah
peserta didik memperoleh hasil belajar mencapai predikat A adalah 26% di
pertemuan 1 dan meningkat menjadidan 38% di pertemuan di pertemuan 2.
Namun
demikian, ditemukan beberapa masalah pada beberapa peserta didik. Berdasarkan
hasil survei pertemuan di akhir siklus I, ditemukan peserta didik yang masih
kesulitan diskusi dalam kelompoknya. Salah satu kendalanya adalah karena dalam
kelompok terdapat anak-anak pembelajaran cepat yang dapat langsung memecahkan
masalah tanpa membutuhkan penjalasan dan diskusi terlalu rinci. Sedangkan
peserta didik tersebut tersebut sangat membutuhkan uraian lebih terinci
sehingga ia merasa kesulitan di grup ini.
c.
Refleksi
Refleksi ini
dilakukan oleh guru dan observer dengan cara membahas data-data yang diperoleh
untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan tindakan yang telah dilakukan
dan dampaknya terhadap variabel yang diamati. Selanjutnya dirumuskan
rekomendasi perbaikan yang akan digunakan sebagai landasan untuk perencanaan
siklus II. Refleksi dilakukan oleh guru dan observer dengan cara sebagai
berikut: (1) Mengidentifikasi temuan-temuan baik yang sudah baik dan
masalah-masalah yang masih muncul dalam pembelajaran; (2) Membahas penyebab masalah
yang ditemukan; (3) Merumuskan rekomendasi perbaikan.
Hasil
refleksi siklus I dirumuskan rekomendasi sebagai beirkut. Pertama, langkah
pembelajaran pada GF-eModul sudah baik sehingga perlu dilanjutkan dengan
perbaikan pada intensitas layanan guru pada pemberian umpan balik. Kedua,
karena persentase jumlah siswa yang berhasil submit tugas sebelum mencapai
target pada indikator yaitu 80%, persentase jumlah peserta didik yang mencapai
KKM belum mencaai 80% dan persentase peserta didik yang mencapai predikat A
belum mencapai 65% maka maka siklus harus dilanjutkan dengan perbaikan pada langkah
evaluasi. Pada langkah tersebut proses pemberian umpan balik harus lebih detil
dan individual. Ketiga, peserta yang mengalami kesulitan belajar dalam
kelompok karena temannya banyak anggota kelompoknya pembelajar cepat, peneliti
memutuskan untuk memindahkan siswa ini ke kelompok yang
lain, yaitu kelompok yang hasil pekerjaan uraian jawabannya lebih terperinci, kelompok
yang ditinggalkan tidak ditambahkan lagi anggota lainnya sehingga kelompok
tersebut menjadi kelompok pembelajaran cepat, walaupun jumlah anggotanya
menjadi lebih sedikit dari kelompok yang lain.
Hasil
Siklus II
a.
Perencanaan
Pada
siklus II pembelajaran menerapkan model 5E menggunakan GF-eModul dengan
beberapa perbaikan yang direkomendasikan hasil refleksi siklus I. Perbaikan
utama pada layanan pemberian umpan balik yang lebih intensif dan rinci. Selain
itu, dilakukan pemindahan kelompok peserta didik yang merasa kesultan di
kelompok pembelajaran cepat.
b. Tindakan dan pengamatan
Pembelajaran
pada siklus II terdiri dari 2 pertemuan. Penyajian pembelajaran sama dengan
siklus I dengan perbaikan pada pemberian umpan balik. Seperti pada siklus I, proses
pembelajaran diamati baik oleh peneliti maupun oleh observer.
Pada setiap pertemuan, guru membagikan
link GF-eModul dan terus memotivasi kepada peserta didik untuk proaktif
bertanya dan mengisi keluhan atau saran pada survei yang disediakan dalam modul.
Setiap saat peneliti membuka isian survei tersebut dan mencatatnya untuk
ditindaklanjuti dengan perbaikan layanan pembelajaran jarak jauh. Dengan cara
tersebut diharapkan pembelajaran daring semakin efektif dan nyaman sehingga
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
Ditemukan
fenomena menarik pada pembelajaran siklus II. Pertama, mengenai
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar pada kelompok pembelajar cepat. Setelah
peserta didik tersebut dipindahkan terdeteksi mengalami kemajuan. Setelah pembelajaran siklus II dilaksanakan pembelajaran seperti
pada siklus I dengan beberapa perbaikan yang dirumuskan pada refleksi siklus I.
Kemudian membagikan link
GF-eModul untuk pertemuan daring pertemuan 1 siklus II; peneliti terus
memotivasi peserta didik untuk proaktif bertanya dan mengisi keluhan atau saran
pada survei dalam GF-eModul karena isian survei tersebut akan benar-benar
dianalisis peneliti untuk perkembangan layanan pembelajaran jarak jauh
selanjutnya agar semakin efektif dan nyaman sehingga meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar peserta didik.
Peserta didik yang bergabung dengan kelompok
baru merasa nyaman. Pada kelompok ini peserta didik tersebut mendapatkan
layanan lebih rinci dari guru dan memiliki kesetaraan kecepatan belajar dengan
teman-teman sekelompoknya sehingga tidak merasa tertinggal. Kepada kelompok
tersebut guru memberikan uraian lebih rinci sesuai dengan pola pikirnya dan
teman-teman barunya tidak meninggalkannya.
Gambar
2 merupakan screenshot dari
pernyataan siswa yang dimaksud.
Gambar 2 Refelksi Peserta Didik
Kedua, peserta
didik mulai terbiasa dengan pola belajar 5E menggunakan GF-eModul. Terjadi
interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, juga antara peserta didik
dengan guru yang semakin intensif. Penyajian materi terstruktur dan rinci ditunjang
video khusus buatan guru yang sangat terkait dengan soal latihannya membuat
peserta didik belajar semakin terarah. Hal itu terlihat dari indikator bahwa semakin
sedikit intensitas pertanyaan peserta didik kepada guru berganti dengan
kualitas presentasi peserta didik yang analisisnya lebih dalam.
Demikian
juga guru merasa bisa menikmati dan semakin bersemangat karena peserta didik
lebih tertarik untuk belajar mandiri. Pada siklus II guru merasa menemukan pola
layanan pembelajaran yang lebih baik dangan nyaman. Guru lebih memahami
keinginan dan karakter belajar daring para peserta didik. Pada dasarnya, para
peserta didik belajar dengan gaya berbeda dan guru harus melayani dengan cara
yang berbeda-beda pula.
Ketiga, observer
mencatat beberapa kekurangan pada video yang dibuat oleh guru. Beberapa video
kurang memenuhi unsur artistik seperti warna, animasi, dan ilustrasi visual.
Keempat, hasil pengukuran menghasilkan data
berikut: (a) Persentase jumlah peserta didik yang berhasil submit sebelum jam
pelajaran pertemuan daring berakhir adalah 85% di pertemuan 1 menjadi 100% di
pertemuan 2; (b) Persentasi jumlah peserta didik yang memperoleh skor hasil tes
melampaui KKM sebanyak 85% di pertemuan 1 menjadi 100% di pertemuan 2; (c) Persentase
peserta didik yang berhasil memperoleh skor dengan predikat A sebanyak 45% di
pertemuan 1 dan meningkat menjadi 75% di pertemuan 2.
c.
Refleksi
Di akhir siklus II
dilakukan refleksi pembelajaran. Peneliti dan observer berkumpul untuk
membahas temuan-temuan di siklus II.
Hasil
refleksi merumuskan beberapa hal berikut. Pertama, secara kuantitatif
persentase jumlah siswa yang berhasil submit tugas sebelum pembelajaran
daring selesai sudah melampaui target mencapai target yaitu 73%. Angka tersebut
melebihi target keberhasilan yaitu 70%. Sisanya 27% peserta didik berhasil submit
namun diluar batas/jadwal pembelajaran daring. Demikian juga pada variabel lain
yaitu persentase peserta didik yang memperoleh skor melampaui KKM dan persentase
peserta didik yang memperoleh predikat A sudah terlampaui. Namun demikian,
peneliti dan observer masih merekomendasikan untuk meningkatkannya
melalui tindakan-tindakan lain yang lebih spesfifik.
Kedua,
masih perlu perbaikan-perbaikan pada video yang disajikan. Disarankan agar
aspek artistik video ditingkatkan agar lebih eye catch sehingga lebih
menarik dan tidak membosankan.
Pembahasan
Berdasarkan
data hasil penelitian terdapat beberapa temuan yang memerlukan pembahasan
secara empiris maupun teoritis. Pertama, peserta dapat beradaptasi dengan
sistem mulai dari menyimak penjelasan video, GF-eModul karena linknya telah
diterima peserta didik sebelum mulai pelaksanaan pertemuan daringnya. Penyajian
video lebih dirasakan peserta didik sangat membantu kecepatan ketercapaian
pemahaman dengan alasan dapat dihentikan dan diulang sesuai kebutuhan pribadi
peserta didik. Selain itu video dapat disimak sebelum jadwal pertemuan
daringnya dilaksanakan sehingga peserta didik sudah memiliki pengetahuan untuk
landasan diskusi.
Kedua,
mengenai peningkatan hasil belajar peserta
didik yang ditandai dengan tiga indikator yaitu persentasi jumlah peserta didik
yang berhasil mengiri tugas sebelum sesi pembelajaran daring selesai,
persentasi peserta didik yang memperoleh skor hasil tes di atas KKM dan
persentasi peserta didik yang memperoleh predikat sangat baik dengan nilai A.
Hasil belajar pada ketiga variabel tersebut mengalami kenaikan pada setiap
pertemuan. Hal itu mengindikasikan bahwa peserta didik mendapatkan manfaat
dampak penerapan model pembelajaran 5E dengan menggunakan GF-eModul sebagai learning
management system.
Gambar
3 memperlihatkan peningkatan persentase pada indikator pertama.
Gambar 3 Persentasi Jumlah Peserta Didik yang Mengirim Tugas Sebelum
Sesi Selesai
Pertemuan ke-1 dan ke-2
adalah pembelajaran siklus I, sedangkan pertemuan ke-3 dan ke-4. Grafik di atas
memperlihatkan konsistensi kenaikan ada setiap pertemuan.
Demikian
juga pada indikator kedua dan ketiga. Pada kedua variabel yang dapat disajikan pada Gambar 4 dan 5.
Gambar 4 Persentasi Peserta Didik yang Memeproleh Skor di Atas KKM
Gambar 5 Persentasi Peserta Didik
yang Memperoleh Skor dengan Predikat A
Konsistensi tersebut
menunjukkan kemajuan yang berkesinambungan pada peserta didik. Sistem
pembelajaran dengan pola 5E dengan bantuan GF-eModul berhasil memandu peserta
didik untuk meningkatkan cara mereka belajar menuju ke arah lebih baik.
Secara
teoritis diprediksi fenomena tersebut merupakan dampak dari prinsip
konstruktivisme yang digunakan dalam model pembelajaran 5E. Seperti dinyatakan
Bybeed bahwa melalui model/pendekatan ini peserta didik melakukan konstruksi
pengetahuan melalui proses redifinisi, reorganisasi, elaborasi yang dapat
mengantarkan mereka mengubah miskonsepsi yang sudah mereka miliki sebelumnya (Duran & Duran, 2004).
Pada proses tersebut peserta didik menginterpretasi objek dan fenomena yang
dihadapi kemudian melakukan proses internalisasi kedalam struktur pengetahuan
yang sudah dimiliki sebelumnya.
Kedua,
temuan peneliti yang sangat bermakna adalah dampak positif dari diskusi
kelompok pada langkah eksplorasi. Terlebih lagi proses diskusi yang terjadi
adalah diskusi berjarak dalam jaringan yang sebelumnya tidak terbayangkan
dampaknya. Pada kenyataannya bentuk diskusi tersebut sangat membantu peserta
didik untuk menemukan dan memahami konsep -konsep matematika dan strategi
menyelesaikan masalahnya.
Salah
satu indikator berfungsinya kegiatan diskusi online adalah semakin
berkurangnya pertanyaan yang diajuka kepada guru. Berkurangnya siswa bertanya
bukan karena mereka tidak aktif melainkan pertanyaan-pertanyaan yang ditemukan
sudah selesai dipecahkan pada diskusi sebelum bertemu maya dengan guru.
Selain
itu ditemukan fakta bahwa pertanyaan peserta didik semakin bermutu. Pertanyaan tidak
hanya berkutat di seputar operasi aljabar saja, tetapi lebih kepada pemahaman
pada definisi materi. Walau jawaban akhir sudah ditemukan tetapi peserta didik
tidak hanya langsung puas dengan ditemukannya jawaban akhir tersebut tapi lebih
dalam menggali keabsahan jawaban tersebut terkait dengan definisi materi
tersebut.
Proses
diksui tersebut merupakan bentuk social learning yang dijelaskan oleh
Vigotsky pada konstruktivisme social atau sering disbut juga socio-cognitive
perspectives. Menurut Brown & Compione (1994) prosed iskusi baik dalam
kelas maupun dalam kelompok peserta didik (secara sadar atau tidak) saling
tolong menolong untuk menyelesaikan masalah dengan cara saling bertanya,
memberikan argumentasi dan saling menjelaskan sehingga dapat membentuk pemahamn
dabru (Ruiz-Martín & Bybee, 2022) (Margolis, 2020).
Ketiga, layanan
bimbingan daring guru sangat dirasakan manfaatnya. Pada langkah diskusi
kelompok tentu saja masih ada pertanyaan-pertanyaan yang belum dapa
diselesaikan di tingkat siswa. Pada posisi inilah perlunya kehadiran guru dapam
pembelajaran mandiri. Guru dibutuhkan memberikan bimbingan, konfirmasi,
tambahan informasi, motivasi dan insprirasi.
Dalam
proses pembimbingan guru menganalisis data-data hasil survey yang terintegrasi
dalam modul. Survey tersebut mengumpulkan masukan-masukan dari peserta didik mengenai
keberfungsian sistem, kesulitan belajar dan mutu layanan guru. Guru melakukan
pembimbingan dan memberi feedback berdasarkan data hasil survey
tersebut.
Langkah ini sangat penting dalam pembealajaran
jarak jauh. Secara psikologis meskipun peserta didik dapat belajar mandiri dan
sudah dapat menuntaskan semua tugas belajar namun tetap mereka membutuhkan
penegasan. Yang lebih penting lagi peserta didik membutuhkan umpan balik dari
guru untuk meningkatkan tingkat enguadaan terhadap suatu materi atau kompetensi.
Dalam teori ZPD (Zone of Proximal Development) dikenal istilah scaffolding.
Dalam konsep ini peserta didik dipandu untuk mencapai tingkatan penguasaan
tertentu terhadah sebuah kompetesi. Untuk menuju tingkatan yang dimaksud dibutuhkan
peran significant other yaitu salah satunya adalah guru (Margolis, 2020) (van de Pol et al., 2010).
KESIMPULAN
Penerapan
model pembelajaran 5E menggunakan GF-eModul telah berhasil meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar peserta didik dengen indikator sebegaia barikut: Terjadi
peningkatan persentsi jumlah peserta didik yang mengirimkan tugas (submit)
sebelum sesi pembelajaran selesai, terjadi peningkatan persentasi jumlah
peserta didik yang memperoleh skor di atas KKM, dan terjadi peningkatan
persentasi jumlah peserta didik yang memperoleh predikat A.
Selain
itu melalui penelitian ini ditemukan fakta bahwa melalui pembelajaran
menggunakan pola siklus belajar 5E (model pembelajaran 5E) menggunakan
GF-eModul peserta didik melakukan proses belajar mandiri konstruktivistik.
Melalui pola pembelajaran tersebut peserta didik membangun pengetahuan melalui
proses brainstorming baik secara individu maupun secara kelompok. Bentuk
interaksi belajar diskusi online telah membantu peserta didik memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi secara kelompok. Melalui penelitian ini juga
ditemukan bahwa peran guru dalam meberikan feedback sangat bermakna bagi
peserta didik sebagai bentuk konfirmasi, meluruskan dan perbaikan sehingga
hasil belajar peserta didik lebih tegas dan lengkap.
Namu
demikian penelitian ini masih banyak kelemahan terutama dalam proses pengamatan
terhadap fungsi-fungsi media yang ada dalam GF-eModul. Diantaranya signifikansi
fungsi video, soal-soal latihan dan instrument penilaiannya. Oleh krena itu
diperlukan penelitian lebih lanjut dalam area tersebut.
Berdasarkan
penelitian tersebut direkomendasikan bagi para guru khususnya guru matematika
untuk menerapkan model pembelajaran 5E dengan media modul GF-eModul. Akan lebih
sempurna kalau sistem tersebut diberi inovasi selanjutnya sebagai perbaikan.
Kami
haturkan terima kasih kepada Bapak Kepala Madrasah yang sudah memberikan
dukungan dalam penelitian ini. Secara khusus peneliti mengahturkan terima kasih
kepada para kolaborator/observer yang sudah membantu pelaksanaan
penelitian ini. Para kolaborator telah memberikan sumbang gagasan, saran, kritik
dan masukan mulai dari tahap pra-PTK sampai penyusunan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2015). Penelitian Tindakan
Kelas. PT Bumi Aksara.
Bahtaji, M. A. A. (2021). The role of math
and science exposure on the effect of 5e instructional model in physics
conceptions. Journal of Baltic Science Education, 20(1), 10–20.
https://doi.org/10.33225/jbse/21.20.10
Duran, L., & Duran, E. (2004). The 5E Instructional
Model: A Learning Cycle Approach\rfor Inquiry-Based Science Teaching. The
Science Educational Review, 3(2), 47–82.
Margolis, A. A. (2020). Zone of Proximal
Development, Scaffolding and Teaching Practice. Cultural-Historical
Psychology, 16(3), 15–26. https://doi.org/10.17759/chp.2020160303
Ong, E. T., Keok, B. L., Yingprayoon, J.,
Singh, C. K. S., Borhan, M. T., & Tho, S. W. (2020). The effect of 5E
inquiry learning model on the science achievement in the learning of “Magnet”
among year 3 students. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(1),
1–10. https://doi.org/10.15294/jpii.v9i1.21330
Ruiz-Martín, H., & Bybee, R. W. (2022).
The cognitive principles of learning underlying the 5E Model of Instruction. International
Journal of STEM Education, 9(1). https://doi.org/10.1186/s40594-022-00337-z
Sanjaya, W. (2017). Penelitian Tindakan
Kelas. Prenada Media.
Suryadi, A., & Berdiati, I. (2018). Mengagas
Penelitian Tindakan Keas Bagi Guru (1st ed.). Remaja Rosda Karya.
Tezer, M., & Cumhur, M. (2017).
Mathematics through the 5E instructional model and mathematical modelling: The
geometrical objects. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology
Education, 13(8), 4789–4804.
https://doi.org/10.12973/eurasia.2017.00965a
van de Pol, J., Volman, M., & Beishuizen,
J. (2010). Scaffolding in teacher-student interaction: A decade of research. Educational
Psychology Review, 22(3), 271–296.
https://doi.org/10.1007/s10648-010-9127-6
Wulandari, E., Ratnaningsih, A., &
Pangestika, R. R. (2022). Pengaruh Model Learning Cycle 5E Berbantuan
Powerpoint Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Educatio FKIP UNMA,
8(1), 34–39. https://doi.org/10.31949/educatio.v8i1.1485