PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP MATEMATIS DENGAN MODUL BERBASIS
NUMERASI
Erna Sari Agusta
Madrasah Tsanawiyah Negeri 28
Jakarta, Indonesia
E-mail:
ernasari.agusta@gmail.com
Abstract
This
study aims to describe how to apply a numeration-based module to improve
mathematics concept mastery in distance learning during the COVID-19 Pandemic
at MTsN 20 Jakarta. This Classroom Action Research (CAR) was conducted on July
22 to August 12, 2021, for 2 cycles on the concept of Number and Sequence
Patterns. Each cycle consists of planning, acting, observing, and reflecting.
Through the research, qualitative data was collected regarding the application
of numeracy-based modules using observation, interviews and observational
notes, and quantitative data on concept mastery test results. Qualitative data
was processed using a four-step qualitative analysis method, namely data
collection, data reduction, data presentation and conclusions, while
quantitative data is processed using descriptive statistics. The results showed
that the numeration-based module could be used as a media to improve the
mastery of mathematical concepts. Assessment was conducted after using the
media obtained an increase in the concept mastery score from an average of 63,90
to 77,19 and the percentage of student completeness from 53,125% to 81,25%. This
study recommends to use numeration-based modules as a learning media to improve
students' mastery of mathematical concepts.
Keywords: mathematics, concept mastery, module, numeracy
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan cara menerapkan modul berbasis numerasi untuk
meningkatkan penguasaan konsep matematika pada pembelajaran jarak jauh di masa
Pandemi Covid 19 MTsN 20 Jakarta. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan 22
Juli sampai dengan 12 Agustus 2021 sebanyak 2 siklus pada materi Pola Bilangan
dan Barisan. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Melalui penelitian dikumpulkan data kualitatif
mengenai penerapan modul berbasis numerasi menggunakan teknik observasi,
wawancara dan catatan apangan; dan data kuantitatif hasil tes penguasaan
konsep. Data kualitatif diolah menggunakan metode analisis kualitatif empat
langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penyimpulan; sedangkan
data kuantutatuf diolah menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa modul berbasis numerasi dapat digunakan sebagai mdedia untuk
meningkatkan kemampuan penguasaan konsep matematiks. Hasil pengukuran setelah
penggunaan media tersebut diperoleh peningkatan skor penguasaan konsep dari
nilai rata-rata 63,90 menjadi 77,19 dan prosentase ketuntasan belajar siswa
dari 53,125% menjadi 81,25%. Dengan hasil penelitian ini direkomendasikan
penggunaan modul berbasis numerasi sebagai media pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan penguasaan konsep matematis siswa.
Kata
kunci: matematika, pengusaan konsep, modul, numerasi
PENDAHULUAN
Penguasaan konsep merupakan salah satu kompetensi
utama dalam mata pelajaran matematikan Kompetensi ini sangat penting karena
mempengaruhi kemampuan matematika lainnya seperti penalaran logis dan pemecahan
masalah.
Indikator pemahaman konsep dapat berupa: (1) Menyatakan ulang sebuah
konsep; (2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
objeknya; (3) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep; (4) Menyajikan
konsep dalam bentuk representasi matematis; (5) Mengembangkan syarat perlu dan
syarat cukup dari suatu konsep; (6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih
prosedur atau operasi tertentu; dan (7) Mengaplikasikan algoritma/konsep ke
dalam pemecahan masalah (Wardani, 2016).
Berdasarkan hasil tes prapenelitian sebanyak enam soal diketahui bahwa
kelas VIII-2 mempunyai jumlah siswa dengan nilai ketuntasan kurang dari 75 dan
tingkat kesalahan paling banyak di antara kelas lainnya. Begitupun berdasarkan
nilai rata-rata, kelas VIII-2 mempunyai nilai rata-rata kelas paling rendah
dibandingkan kelas lainnya. Hasil tes pra penelitian kelas VIII-2 disajikan
pada Tabel 1.
Berdasarkan data Tabel 1, diketahui bahwa nilai rata-rata tes pra penelitian
adalah 58,75.
Tabel 1. Perolehan Skor Kemampuan Pemahaman
Konsep
Interval Nilai |
Jumlah
Siswa |
Persentase |
81-100 |
- |
- |
61-80 |
12 |
37,500% |
41-60 |
11 |
34,375% |
21-40 |
9 |
28,125% |
<20 |
- |
- |
Jumlah |
32 |
100% |
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan
penguasaan konsep matematika peserta didik adalah dengan penggunaan modul (Wahyuningtyas & Shinta, 2017). Haryati menambahkan bahwa
modul merupakan salah satu bahan ajar yang dapat menarik minat belajar siswa.
Russel mengatakan bahwa sistem pembelajaran dengan menggunakan modul akan menjadikan
pembelajaran lebih efektif, efisien, dan relevan (Erman Suherman, 2003). Karena itu, guru perlu
mengembangkan modul yang dapat menarik minat belajar siswa sekaligus
meningkatkan kemampuan penguasaan konsep matematika.
Menurut Daryanto, modul adalah bahan ajar yang dikemas secara utuh dan
sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar dengan terencana
dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai materi belajar dan evaluasi
(Daryanto, 2013). Modul juga merupakan sebuah buku yang ditulis
agar peserta didik dapat belajar dengan mandiri tanpa bantuan pendidik (Depdiknas, 2008). Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dikatakan
bahwa modul adalah bahan ajar berupa buku yang disusun secara sistematis dan
terencana untuk memberikan pengalaman belajar peserta didik secara mandiri.
Sejalan dengan pembelajaran jarak jauh yang diterapkan maka penggunaan
modul seharusnya dapat memfasilitasi belajar dan membimbing siswa belajar
secara mandiri dalam memahami sebuah konsep.
Penggunaan modul dapat menjadi sumber belajar penunjang yang dibutuhkan
siswa dalam membantu memahami, mengingat, dan mengulangi pelajaran yang telah
disampaikan sebelumnya (Albana, 2020). Penggunaan
modul dengan menetapkan pengajaran dan pembelajaran kontekstual harus
dimaksimalkan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Dewi &
Primayana, 2019). Penggunaan modul pembelajaran efektif
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa (Harmini, 2019). Dengan modul pembelajaran, aktivitas siswa sangat
baik dan terjadi peningkatan nilai tes formatif siswa (Rhilmanidar et al.,
2020).
Namun, modul yang ada saat ini belum memberikan pengalaman belajar yang
efektif kepada siswa. Modul yang digunakan umumnya bersifat monoton dalam
bentuk penyajian secara langsung berupa rangkuman materi dan contoh soal serta
pembahasannya. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan kompetensi Abad 21 yang
menitikberatkan pembelajaran berbasis literasi numerasi. Penyajian modul tanpa
adanya kegiatan literasi numerasi membuat siswa cenderung untuk menghapal
konsep melalui aturan/prosedur yang telah diberikan, hingga pada akhirnya siswa
pun tidak dapat menggunakan konsep tersebut dalam pemecahan masalah. Hal ini
pula yang menyebabkan siswa jenuh karena tidak adanya aktivitas belajar yang
bermakna.
Pada kenyataannya, dalam memahami dan menguasai konsep diperlukan
pengetahuan untuk menggunakan dan mengintepretasikan angka dan simbol untuk
memecahkan masalah praktis atau yang disebut dengan kecakapan numerasi. Modul
yang terintegrasi literasi dan numerasi dapat membuat siswa memahami konsep dan
mengenali informasi untuk memecahkan masalah dengan menggunakan keterampilan
operasi hitung dalam kehidupan nyata (Anwar et al., 2021).
Numerasi dapat diartikan
sebagai kemampuan seseorang
untuk merumuskan, menerapkan,
dan menafsirkan matematika berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan
penalaran secara amatis, dan menggunakan konsep, prosedur dan fakta untuk
menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena/kejadian (Ekowati et al.,
2019). Pengertian numerasi berkaitan dengan indikator
kemampuan penguasaan konsep atau dapat dikatakan bahwa kemampuan penguasaaan
konsep merupakan salah satu unsur dari numerasi. Kemampuan penguasaan konsep
dapat menunjang kecakapan dalam menggunakan angka dan simbol, memanfaatkan,
serta memilih prosedur tertentu dalam pemecahan masalah praktis. Penguasaan
konsep juga dapat menunjang kecakapan dalam menganalisis berbagai informasi
yang ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan
penguasaan konsep matematis siswa dapat menunjang kecakapan numerasi.
Beberapa hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya menyimpulkan
bahwa penggunaan modul dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Tuntutan
kompetensi Abad 21 yang mengharuskan siswa untuk menguasai kecakapan numerasi
pun perlu didukung oleh kemampuan penguasaan konsep. Dengan alasan tersebut,
beberapa sekolah pun telah mencanangkan adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang
terintegrasi dengan proses pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk
memudahkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang terdapat dalam materi
pelajaran (Sadia, 2021).
Hasil penelitian merekomendasikan pengembangan modul yang disesuaikan
dengan ragam literasi dan numerasi agar dapat meningkatkan kemampuan penguasaan
konsep (Fitrianingsih,
2021). Berdasarkan pemaparan di atas perlu dilakukan
penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan modul
berbasis numerasi dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep matematis
siswa kelas VIII-2 MTsN 28 Jakarta pada materi Pola Bilangan dan Barisan?
METODE
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan penelitian tiap siklus terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian
dilaksanakan pada 22 Juli sampai dengan 12 Agustus 2021 sebanyak 4 pertemuan
pada materi Pola Bilangan dan Barisan. Sumber data dalam penelitian ini adalah
guru dan siswa kelas VIII-2 MTsN 28 Jakarta yang berjumlah 32 orang.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, catatan
lapangan, wawancara, dan tes pada setiap akhir siklus. Data kuantitatif di
analisis dengan melihat perolehan nilai rata-rata tes pada setiap akhir siklus
dan jumlah siswa yang mencapai minimal nilai KKM. Sedangkan data kualitatif
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan framework teknik analisis data
yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Milles, M. B.,
& Hubberman, 1992). Keabsahan data dilakukan dengan menggunakan
triangulasi sumber. Siswa dikatakan menguasai kemampuan penguasaan konsep jika
mencapai nilai minimal KKM 75. Penelitian dikatakan berhasil jika jumlah siswa
yang memiliki kemampuan penguasaan konsep lebih dari 75% dan terjadi
peningkatan nilai rata-rata tes dari siklus I dan siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tindakan Siklus I
Pada siklus I, siswa secara
berkelompok mempelajari materi pada modul mengenai barisan dan deret yang sudah
diunggah di bahan ajar E-learning Madrasah. Siswa berdiskusi melalui aplikasi video
conference atau video call yang memudahkan mereka untuk melakukan
tanya jawab antar anggota kelompok. Hasil kerja kelompok disajikan dalam bentuk
canva dan dipresentasikan pada pertemuan sinkronus.
Pengamatan dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana siswa memahami dan menguasai konsep pola bilangan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi antara guru dan siswa pada
pembelajaran sinkronus siklus I melalui aplikasi zoom meeting diketahui bahwa
pada tiap kelompok terdapat 1-2 orang siswa yang dapat menguraikan dan
menyimpulkan konsep pola dan barisan bilangan. Berdasarkan catatan kolaborator,
keaktifan siswa dalam belajar melalui video conference masih kurang
efektif. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah siswa yang hadir kurang dari 65% atau hanya 20 orang.
Pemakaian kuota internet yang
cukup besar, kendala jaringan dan kurangnya dukungan orang tua dalam
membangunkan siswa di pagi hari menjadi kendala utama tidak efektifnya
pertemuan tatap maya ini. Berikut kutipan wawancara dengan 6 orang siswa yang
tidak hadir dalam pertemuan tatap maya.
Guru : Apa
yang membuat kalian tidak hadir dalam pertemuan tatap maya?
SP1 : Tidak punya kuota internet.
SP2 : Saya gabung di zoom, tapi mungkin karena
hujan deras, saya sering terlempar dari zoom.
SP3 : Saya kesiangan, ga ada yang bangunin. Orang
tua saya udah pergi kerja pagi-pagi.
SP4 :
Setiap pelajaran MTK, waktunya berbarengan dengan adik saya yang di SD. Jadi
hp kebanyakan adik saya yang pake untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
SP5 :
Saya ga punya hp sendiri. Jadi kalo zoom ga pernah ikutan karena hpnya dibawa
orang tua kerja. Paling kalo mau ngerjain tugas, saya tunggu orang tua saya
pulang kerja dulu.
SP6 : Sama
bu, saya juga ga punya paketan. MTK itu kan hari terakhir jadi kadang-kadang
paketan saya dah habis duluan di hari Kamisnya.
Dalam video conference,
masih terlihat siswa yang kurang aktif bahkan kurang fokus dengan
pembelajaraan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya proses diskusi dan tanya
jawab. Dari 20 orang yang hadir dalam tatap maya, hanya 8 orang aktif
menanggapi penjelasan guru.
Selanjutnya untuk mengetahui
kemampuan penguasaan konsep pola dan barisan bilangan, siswa diberikan tes
siklus I yang terdiri dari 6 butir soal uraian. Rekapitulasi hasil tes
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Kemampuan
Pemahaman Konsep Siklus I
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
1 |
Nilai rata-rata tes formatif |
63,90 |
2 |
Jumlah siswa yang tuntas
belajar |
17 |
3 |
Persentase ketuntasan
belajar |
53,125% |
Data dalam tabel menunjukkan
bahwa baru 53.125% siswa yang mencapai KKM dan rata-rata penguasaan kompetensi
sebesar 65,625%. Gambar 1 merupakan hasil jawaban siswa pada
soal tes siklus I berdasarkan indikator penguasaan konsep.
Gambar 1. Kutipan Jawaban Soal Tes No. 1
Salah satu indikator kemampuan
penguasaan konsep adalah mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya. Gambar 1 menunjukkan bahwa siswa sudah mampu
mengklasifikasikan jenis pola dan barisan bilangan berdasarkan urutan angka
yang tersedia. Bentuk penyajian bilangan-bilangan dengan menggunakan gambar
mendorong siswa untuk menemukan pola barisan bilangan yang dimaksud sehingga
memudahkan mereka dalam memahami dan menguasai konsep dari pola bilangan
tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Kusuma, 2019) yang mengatakan bahwa penyajian materi yang
disertai dengan ilustrasi gambar memudahkan siswa untuk memahami apa yang
sedang dipelajari.
Indikator kemampuan penguasaan
konsep lainnya dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi. Gambar 2 menunjukkan bahwa siswa sudah mampu
menyajikan konsep dalam bentuk tabel sekaligus mengklasifikasikan jenis objek
pengamatan ke dalam bentuk barisan tertentu. Tidak hanya itu, siswa pun dapat
mengaplikasikan konsep barisan aritmatika dan geometri dalam penyelesaian
masalah dengan menganalisis kemungkinan yang terjadi dengan adanya perbedaan
pola barisan bilangan dari kedua objek yang diamati. Temuan penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian (Han, W., &
Santoso, D., 2017) yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan modul berbasis literasi dan numerasi berdampak pada kemampuan siswa
dalam mengatasi masalah dengan cara mengolah angka dengan benar.
Gambar 3 menunjukkan bahwa
siswa belum dapat menentukan pola perkembangan dan penurunan jumlah virus. Hal
ini dapat dilihat dari perbedaan jumlah virus pada hari kedua dan ketiga.
Berdasarkan keterangan soal seharusnya jumlah virus pada hari kedua adalah banyaknya
sisa virus yang bertahan hidup. Hal ini disebabkan oleh matinya Ό dari jumlah
virus yang telah mengalami perkembangan. Akibat kesalahan tersebut, penggunaan
konsep dan prosedur pola bilangan hingga pada hasil akhir menjadi salah. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian (Tessy, 2020) yang mengatakan bahwa salah satu kesalahan pada
materi pola bilangan adalah siswa kurang memahami teknik berhitung matematika
dikarenakan siswa kurang latihan dalam menggunakan operasi dan prosedur.
Gambar 4 menunjukkan siswa
belum dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur sesuai konsep. Pada
umumnya, penyelesaian masalah aritmatika sosial yang melibatkan perhitungan
bank dilakukan dengan menerapkan sebuah rumus dengan mengasumsikan besaran jasa
bank yang sama pada setiap bulannya. Faktanya, perhitungan jasa dilakukan
dengan memperhitungkan akumulasi jumlah modal pada setiap bulannya. Langkah
prosedural tersebut disebabkan oleh kecenderungan guru membuat soal rutin
tertutup dan dapat langsung diselesaikan dengan rumus langsung (Fiangga et al.,
2019).
Gambar 5. Kutipan Jawaban Soal Tes No. 5
Gambar 5 menunjukkan bahwa
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai konsep sampai pada mengaplikasikan
konsep dalam pemecahan masalah. Kemampuan dalam menentukan syarat perlu dan syarat
cukup dalam sebuah konsep berdampak pada penggunaan, pemanfaatan, dan pemilihan
prosedur dalam penyelesaian masalah. Dengan mengetahui jumlah uang dan rasio
kebutuhan anak, siswa berpikir terlebih dahulu untuk menentukan jumlah uang
yang diterima oleh anak pertama untuk kemudian menentukan jumlah uang yang
diterima anak kedua, ketiga, dan keempat. Penguasaan konsep dan pemecahan
masalah merupakan dua kemampuan matematis yang saling berkaitan dan sangat
penting untuk dikembangkan (Suraji et al.,
2018).
Gambar 6.
Kutipan Jawaban Soal Tes No. 6
Kutipan jawaban pada Gambar 6
menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menentukan syarat perlu dan syarat cukup
dalam menentukan waktu yang dibutuhkan untuk memanen tanaman bambu. Penggunaan
dari prosedur yang dipilih pun sudah tepat. Akan tetapi, ia tidak membaca
informasi panjang bambu yang dibutuhkan di dalam konteks dengan cermat. Hal
tersebut berdampak pada kesalahan dalam menentukan waktu yang dibutuhkan bambu
untuk dapat segera digunakan.
Hal yang perlu diperbaiki pada
siklus I adalah penyajian konteks. Informasi dalam sebuah konteks tidak
semuanya menjadi syarat perlu dan syarat cukup dalam menyelesaikan masalah.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman terhadap keterpakaian informasi yang
terdapat dalam konteks.
Penggunakan modul berbasis
literasi dan numerasi pada prinsipnya bertujuan agar siswa dapat mengetahui
informasi apa yang dapat digunakan dalam menentukan sebuah solusi atau
mengambil keputusan. Hal ini sesuai dengan definisi literasi numerasi yang
menitikberatkan pada kecakapan penggunaan angka dan simbol untuk memecahkan
masalah sekaligus menganalisis informasi yang ditampilkan untuk memprediksi dan
mengambil keputusan (Kemdikbud, 2017).
Selain penyajian konteks yang
harus lebih disederhanakan, kendala-kendala yang menghambat proses pertemuan
tatap maya juga harus diperbaiki. Guru perlu melakukan koordinasi baik dengan
wali kelas dan koordinator kelas untuk mengupayakan ketersediaan kuota internet
siswa. Begitu pun dengan dukungan wali murid untuk memastikan anaknya sudah
siap belajar ketika mereka pergi kerja.
Berdasarkan data yang
diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas siswa, catatan lapangan kolaborator
pada video conference dan hasil tes kemampuan penguasaan konsep, dapat
diketahui bahwa pada siklus I belum terlihat peningkatan kemampuan penguasaan
konsep terhadap materi pola bilangan dan barisan. Hal ini dikarenakan belum
semua subjek penelitian mencapai nilai minimal KKM pada tes akhir siklus I.
Begitu pun dengan jumlah siswa yang aktif dan menguasai kemampuan pemahaman
konsep yang ditargetkan belum mencapai 75%.
Berdasarkan refleksi siklus I, guru menyederhanakan konteks dalam modul
dan memastikan bahwa siswanya telah siap belajar, khususnya pada pertemuan
tatap maya. Pada siklus II, siswa membuka kembali Google Classroom yang didalamnya
sudah terdapat modul mengenai barisan dan deret. Siswa berdiskusi melalui
aplikasi video conference yang memudahkan mereka untuk melakukan tanya jawab
antar anggota kelompok. Berdasarkan hasil diskusi diketahui dari 8 kelompok
yang dibentuk, semua siswa atau 32 orang yang aktif berdiskusi dan mengumpulkan
tugas, hanya ada 2 kelompok yang telat dalam mengumpulkan tugas. Berdasarkan
data tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dalam berdiskusi sudah
mengalami peningkatan.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penguasaan
konsep siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan hasil
pengamatan dan diskusi antara guru dan siswa pada setiap pertemuan melalui
video conference diketahui dari tiap kelompok sudah ada 2-3 orang siswa yang
dapat menguraikan dan menyimpulkan konsep barisan dan deret berdasarkan
indikator kemampuan penguasaan konsep. Hal ini diperkuat dengan catatan
kolaborator melalui google meet yang menuliskan bahwa walaupun tidak semua
siswa hadir, tetapi jumlah siswa yang aktif bergabung lebih dari 90% dengan 1%
keterlambatan bergabung.
Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep barisan dan
deret, siswa diberikan tes yang terdiri dari 6 butir soal uraian. Rekapitulasi
hasil tes disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No |
Uraian |
Hasil Siklus II |
1 |
Nilai rata-rata tes formatif |
77,19 |
2 |
Jumlah siswa yang tuntas belajar |
26 |
3 |
Persentase ketuntasan belajar |
81,25% |
Sedangkan
prosentase pencapaian indikator kemampuan pemahaman konsep matematis sudah
mengalami peningkatan menjadi 83,035%.
Gambar 7 merupakan
kutipan jawaban siswa pada soal tes siklus II.
Gambar
7. Kutipan Jawaban Siswa pada Soal Tes Siklus II No.
1
Soal nomor 1 menanyakan tentang perbedaan konsep
barisan dan deret. Dengan penggunaan modul berbasis numerasi yang disajikan
dalam bentuk angka dan gambar, siswa dibiasakan untuk memahami dan menguasai
konsep melalui contoh-contoh dan keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa literasi numerasi adalah
kemampuan merepresentasikan simbol menjadi sebuah angka untuk memahami suatu
hubungan kuantitatif (Cahyaningtyas, 2019).
Gambar 8 diketahui bahwa siswa sudah dapat menyatakan ulang konsep dengan
menjelaskan perbedaan antara barisan dan deret sekaligus memberikan contoh dan
bukan contoh dari masing-masing konsep.
Gambar
8. Kutipan Jawaban Siswa Pada Soal Tes Siklus II No. 2
Soal nomor 2 menanyakan tentang jumlah penonton
yang dapat ditampung dalam sebuah gedung pertunjukkan dengan aturan banyak
kursi tiap baris yang dapat diduduki mengikuti pola tertentu Gambar 8 dapat
diketahui bahwa siswa dapat menerapkan konsep secara algoritma Selain itu,
siswa juga dapat memahami bahwa adanya aturan duduk berselang satu menyebabkan
jumlah orang yang menduduki kursi
setengah dari jumlah kuris yang tersedia Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan modul berbasis literasi numerasi membiasakan siswa untuk melakukan
literasi berhitung yang baik Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian (Poernomo et al., 2021)
menemukan bahwa literasi matematika dan literasi berhitung memiliki hubungan
yang erat jika dilihat dari ruang lingkup konteks, kompetensi, dan konten.
Gambar
9. Kutipan Jawaban Siswa Pada Soal Tes Siklus II No. 3
Pada soal nomor 3, siswa sudah dapat memahami
konteks bahwa permasalahan yang diberikan terkait dengan barisan aritmatika
Siswa tidak hanya diminta untuk menentukan jumlah burung yang bermigrasi masuk
dan keluar, tetapi juga menentukan persentase dari selisih jumlah burung yang
bermigrasi Pada gambar 3 dapat diketahui bahwa siswa sudah dapat mengaitkan
berbagai konsep matematika secara internal atau eksternal.
Soal nomor 4 menanyakan tentang banyaknya
pemotongan yang harus dilakukan agar menghasilkan jumlah potongan kertas yang
sesuai dengan jumlah siswa. Gambar 10 dapat diketahui bahwa siswa sudah dapat
menyajikan konsep dalam bentuk berbagai representasi Pola barisan geometri 1,
2, 4,
128 yang ditemukan berawal dari percobaan pemotongan kertas sehingga
ditemukan data bahwa suku-n pada barisan tersebut adalah 128 dengan suku
pertama 1 dan rasio 2 Konsep perhitungan suku ke-n barisan geometri di atas
juga menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menerapkan algoritma secara konsep.
Gambar
11. Kutipan Jawaban Pada Soal Tes Siklus II No. 5
Soal nomor
5 menanyakan tentang jumlah orang yang tertular virus setelah berinteraksi
dengan tiga orang lainnya dalam waktu 3 hari berturut-berturut. Gambar 11
menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menentukan syarat perlu dan syarat cukup
untuk menghitung banyak orang yang terkena virus dalam jangka waktu tertentu
Hanya saja, ia kurang teliti dalam memahami konteks sehingga jumlah orang
tertular yang dihitung sampai pada hari ke-5.
Gambar 12. Kutipan Jawaban
Siswa Pada Soal Tes Siklus II No. 6
Soal nomor 6 menanyakan panjang ukuran tali menurut
deret geometri yang digunakan untuk membuat 2 buah kreasi. Gambar 12
menunjukkan bahwa siswa sudah memahami konsep barisan geometri. Hal ini dapat
dilihat dari ukuran-ukuran tali yang terbentuk mengikuti pola barisan geometri.
Hanya saja, ia kurang teliti dalam memahami konteks dimana ada dua kreasi yang
harus dibuat dengan pola ukuran tali yang sama.
Secara umum, kemampuan pemahaman konsep siswa sudah
baik pada siklus II. Adapun yang perlu diperbaiki adalah ketajaman siswa dalam
memahami konteks permasalahan berbentuk literasi numerasi. Beberapa variasi
soal pun harus diperjelas sehingga tidak menimbulkan makna yang berbeda dengan
apa yang diharapkan. Data yang diperoleh dari
lembar pengamatan aktivitas siswa, catatan lapangan kolaborator pada video conference
dan hasil tes kemampuan
pemahaman konsep menunjukkan bahwa pada siklus
II sudah terlihat peningkatan
kemampuan
pemahaman konsep pola bilangan dan barisan. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang aktif dan jumlah siswa
yang menguasai kemampuan pemahaman konsep yang
ditargetkan sudah lebih dari 75%.
Berdasarkan hasil refleksi diketahui bahwa
aktivitas siswa dalam diskusi sudah terlihat dan beberapa indikator pemahaman
konsep pun sudah tercapai. Penambahan variasi dan penyederhanaan penyajian
permasalahan berbasis numerasi pada modul menjadikan kegiatan diskusi menjadi
lebih hidup. Selain itu, untuk memaksimalkan jumlah siswa yang hadir dalam
pertemuan tatap muka, maka guru menggunakan google meet sebagai media video
coference yang dianggap lebih ekonomis dan lebih mudah diakses oleh siswa
serta melakukan koordinasi dengan wali kelas, koordinator kelas, dan wali murid
untuk memastikan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lembar
pengamatan aktivitas siswa, catatan lapangan kolaborator pada video
conference dan hasil tes kemampuan penguasaan konsep, dapat diketahui bahwa
pada siklus II sudah terlihat peningkatan aktivitas dan kemampuan penguasaan
konsep pada materi Pola Bilangan dan Barisan. Hal ini dikarenakan telah terjadi
peningkatan nilai rata-rata dibandingkan dengan siklus I. Selain itu, jumlah
siswa yang aktif dan jumlah siswa yang menguasai kemampuan penguasaan konsep
juga mengalami peningkatan dan melebih target 75%.
KESIMPULAN
Sebagai
upaya peningkatan kemampuan pemahaman konsep maka digunakanlah modul berbasis
literasi numerasi. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep dilihat dari
peningkatan prosentase tiap indikator kemampuan pemahaman konsep pada setiap
siklus. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dan prosentase ketuntasan
belajar siswa. Nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
pada tes akhir siklus I adalah 63,90 dengan prosentase ketuntasan belajar
53,125%. Sedangkan pada tes akhir siklus II nilai rata-rata tes kemampuan
pemahaman konsep 77,19 dengan prosentase ketuntasan belajar 81,25. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan modul berbasis literasi numerasi
direkomendasikan sebagai salah satu media pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa
Temuan
penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa
penggunaan modul berbasis literasi numerasi dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penelitian
ini hanya mengukur kemampuan pemahaman konsep pada materi Pola Bilangan dan
Barisan. Dengan keterbatasan peneliti, aktivitas belajar siswa pun belum
teramati dengan baik. Perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan kemampuan
matematis yang lain dan aktivitas belajar siswa terkait dengan penggunaan modul
yang terintegrasi literasi numerasi yang pada materi matematika yang berbeda.
Albana, L. F. A. N. F. (2020). Efektivitas Modul
Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai Sumber Belajar Siswa SMK. SAP (Susunan
Artikel Pendidikan), 5(1). https://doi.org/10.30998/sap.v5i1.6623
Anwar, M. K., Laasiliyah, M. L.,
Ayun, N., & Romdhoni, V. A. (2021). Kajian Teoritis Integrasi Literasi
Numerasi dalam Modul IPA SMP. Proceeding of Integrative Science Education
Seminar Beranda, 1(1), 6069.
Cahyaningtyas, F. (2019). Pengembangan
E-Book Retelis dalam Literasi Numerasi di Sekolah Dasar. University of
Muhammadiyah Malang.
Daryanto, D. (2013). Menyusun
modul bahan ajar untuk persiapan guru dalam mengajar. Gava Media.
Depdiknas, D. P. (2008). Penulisan
Modul. Direktorat Jendral PMPTK.
Dewi, P. Y. A., & Primayana,
K. H. (2019). Effect of Learning Module with Setting Contextual Teaching and
Learning to Increase the Understanding of Concepts. International Journal of
Education and Learning, 1(1), 1926.
https://doi.org/10.31763/ijele.v1i1.26
Ekowati, D. W., Astuti, Y. P.,
Utami, I. W. P., Mukhlishina, I., & Suwandayani, B. I. (2019). Literasi
Numerasi di SD Muhammadiyah. ELSE (Elementary School Education Journal) :
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 3(1), 93. https://doi.org/10.30651/else.v3i1.2541
Erman Suherman. (2003). Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer, Edisi Revisi. In (Bandung: JICA UPI,
2003). Bumi Aksara.
Fiangga, S., M. Amin, S.,
Khabibah, S., Ekawati, R., & Rinda Prihartiwi, N. (2019). Penulisan Soal
Literasi Numerasi bagi Guru SD di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Anugerah, 1(1),
918. https://doi.org/10.31629/anugerah.v1i1.1631
Fitrianingsih, A. (2021). Modul
ragam literasi dalam konteks evaluasi pembelajaran biologi abad 21 [UIN
Raden Intan Lampung]. http://repository.radenintan.ac.id/15031/
Han, W., & Santoso, D., D.
(2017). Materi Pendukung Literasi Numerasi. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Harmini, T. (2019). Efektivitas
penggunaan modul berbasis differentiated instruction untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika mahasiswa. Jurnal Didaktik Matematika,
6(2), 136148.
Kemdikbud, T. G. (2017). Literasi
Digital (Gerakan Literasi Nasional). Sekretariat TIM GLN Kemdikbud.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. (2017). Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9). Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kusuma, R. S. (2019). Pengaruh
Penggunaan Animasi Gambar Terhadap Pemahaman Konsep Pecahan Siswa. Ar-Risalah:
Media Keislaman, Pendidikan Dan Hukum Islam, 17(2), 176186.
Milles, M. B., & Hubberman, A.
M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi.
UI Percetakan.
Poernomo, E., Kurniawati, L.,
& Atiqoh, K. S. N. (2021). Studi Literasi Matematis. ALGORITMA: Journal
of Mathematics Education, 3(1), 83100.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/algoritma/article/view/20479
Rhilmanidar, R., Ramli, M., &
Ansari, B. I. (2020). Efektivitas Modul Pembelajaran Berbantuan Software
GeoGebra pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Didaktik Matematika,
7(2), 142155. https://doi.org/10.24815/jdm.v7i2.17915
Sadia, H. (2021). Analisis
kemampuan literasi numerasi ditinjau dari pengetahuan metakognisi siswa dalam
menyelesaikan soal PISA Konten Space and Shape. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Suraji, S., Maimunah, M., &
Saragih, S. (2018). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV). Suska Journal of Mathematics Education, 4(1),
9. https://doi.org/10.24014/sjme.v4i1.5057
Tessy, P. P. . (2020). Analisis
Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Pola Bilangan Pada
Siswa Kelas VIII3 SMP Pertiwi 2 Padang. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Wahyuningtyas, D. T., &
Shinta, R. N. (2017). Penggunaan Modul Pembelajaran Penjumlahan Dan Pengurangan
Bilangan Bulat Dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan (Teori Dan Praktik), 2(1), 12.
https://doi.org/10.26740/jp.v2n1.p12-20
Wardani, I. K. (2016). Pengaruh
Pemahaman Konsep Matematika Vektor Mahasiswa FMIPA UNIPDU Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Mekanika. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 5(2),
215. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v5i2.254