PROFIL
DEMOGRAFI PESERTA PELATIHAN JARAK JAUH ONLINE
BALAI
DIKLAT KEAGAMAAN JAKARTA
Asip
Balai Diklat
Keagamaan Jakarta, Indonesia
E-mail: asip_sayurradi@yahoo.co.id
Abstract
This study aims to describe
demographic aspects of the Distance Training (PJJ) participants at the Balai DIklat Keagamaan
Jakarta (Jakarta Religious Education and Training Office). The demographic
aspect includes geography, age, gender, employment status, education level, employment
rank, employment position, and work. For this purpose, ex post facto research
has been carried out to analyze participants 2018 until 2021 data base downloaded
from Learning Management System (LMS). The research was conducted in October
and September. Descriptive statistic was used to see the demographic trends. The
results showed that there were trends in the demographic aspect of the
participants. Firstly, the number of PJJ participants has continued to increase
in the last four years. Secondly, the highest number of participants came from
DKI, Banten and West Kalimantan respectively. Thirdly participants age was
mostly in the range of 40-50 years. Fourthly, PJJ participants were far more
female than male. Fifth participants with an undergraduate education level were
very dominant. Sixth, the number of PNS participants is much higher than
non-PNS. Seventh, the most participants positions are orderly teachers, religion
counselor, education supervisors, madrasah heads, penghulu and administrative
officials. Eighth, the most PNS PJJ participants are group of III/c to III/d
level. Nineth PJJ participants came from all offices but the most were from
madrasahs. Researcher recommends conducting supporting research to explain the
implied motives; and to consider findings to formulate policies on PJJ improvement
program in the following year.
Keywords: PJJ participants, demografi,
BDK Jakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter demografi peserta
Pelatihan Jarak Jauh (PJJ)
di Balai Diklat Keagamaan Jakarta. Karakter demogafi yang dimaksud adalah geografi, usia, jenis kelamin,
status kepegawaian, tingkat
pendidikan, pangkat, jabatan, dan instansi. Untuk tujuan tersebut
telah dilakukan penelitian ex post facto dengan sumber data base peserta yang ada dalam Learning Management
System (LMS) tahun 2018 sampai
2021. Penelitian dilakukan bulan Oktober dan September. Data
yang diperoleh diolah menggunakan statistik deskriptif sehingga terlihat kecenderungan-kecenderungan
karakter demografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan-kecenderungan pada aspek
demografi peserta. Pertama jumlah peserta PJJ terus meningkat pada empat tahun terakhir. Kedua jumlah peserta
terbanyak secara berurutan berasal dari DKI, Bantn dan Kalbar. Ketiga usia peserta
terbanyak pada rentang
40-50 tahun. Keempat peserta PJJ perempuan jauh lebih banyak
dari pada laki-laki. Kelima peserta dengan tingkat pendidikan S1 sangat dominan. Keenam jumlah peserta PNS jauh lebih banyak
dari pada non-PNS. Ketujuh,
urutan peserta terbanyak dari jabatan guru, penyuluh, pengawas, kepala madrasah,
penghulu dan pejabat administratif.
Kedelapan, golongan PNS terbanyak yang engikuti PJJ bergolongan III/c sampai III/d. Kesembilan asal peserta PJJ berasal dari seluruh instansi
dan peserta terbanyak dari madrasah. Hasil penelitian baru menghasilkan data kuantitatif sehingga direkomendasikan untuk melakukan penelitian pendukung agar dapat menjelaskan motif-motif yang tersirat.
Meskipun begitu data-data kuantitatif sudah ada yang dapat digunakan sebagai landasan untuk pertimbangan membuat kebijakan perbaikan penyelenggarakan PJJ di tahun depan.
Kata kunci:
peserta PJJ, demografi, BDK Jakarta
PENDAHULUAN
Balai Diklat Keagamaan Jakarta (BDK Jakarta) sudah
menyelenggarakan Diklat
Jarak Jauh (PJJ) Online
sejak tahun 2012. Model
yang dikembangkan adalah Diklat fully online dimana
seluruh peserta mengikuti kegiatan kediklatan mulai dari pendaftaran (registrasi), mengikuti kegiatan belajar, mengerjakan tugas dan penilaian dilakukan melalui jaringan internet. Melalui model Diklat ini pegawai Kementerian Agama
yang berada di wilayah kerja
BDK Jakarta yaitu DKI Jakarta, Banten dan Kalimantan
Barat memiliki kesempatan
yang lebih banyak untuk mengikuti diklat. Selain itu, melalui model Diklat ini pegawai
dapat mengikuti Diklat tanpa harus
meninggalkan tempat tugas.
Model Diklat ini telah memberi
kontribusi terhadap peningkatan kuantitas, kualitas, efesiensi dan efektifitas layanan kediklatan di BDK Jakarta. Dari segi
kuantitas secara keseluruhan telah terjadi peningkatan jumlah kelas dan jumlah alumnus setiap tahun. Dari segi kualitas memiliki banyak kelebihan. Diantaranya materi diklat disajikan sampai ke tataran
praktik. Dalam rentang waktu 20 sampai 30 hari peserta dipandu untuk menguasai pengetahuan dan latihan menerapkannya dalam pekerjaan nyata sampai ke tahap
produk berbentuk dokumen, video atau benda. Berbeda dengan DTS yang hanya 6 hari dimana materi
pelatihan lebih banyak tidak sampai
kepada produk namun baru sampai
pada tataran latihan penerapan.
Keunggulan PJJ online dirasakan
pada era pandemi Covid-19. Karakter
PJJ Online dapat menyajikan
pembelajaran asinkronus sehingga dapat dibuka peserta kapan saja dan dari mana saja menjadikan model ini bukan hanya sekedar
alternatif melainkan sebagai sebuah solusi.
Namun demikian disamping sisi baik tersebut masih
ditemukan banyak kekurangannya. Beberapa kekurangan diantaranya masih minimnya jenis diklat, materi
yang kurang dalam, tampilan LMS masih kaku, media kurang beragam, masih terjadi keterlambatan layanan tutor dan admin dan sajian
kegiatan pembelajaran kurang beragam dan kreatif sehingga mungkin menyebabkan kebosanan.
Sebagai sebuah inovasi yang memiliki prospek strategis PJJ Online
di BDK Jakarta terus dikembangkan.
Pengembangan dimulai dari pengumpulan informasi melalui berbagai penelitian. Beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya disertasi mengenai pengembangan
sistem pembelajaran online materi penilaian hasil belajar (Setiawati, 2014), upaya meningkatkan jumlah lulusan melalui revisi desain instruksional (Suryadi, 2017), desertasi dengan tema penerapan experiential
learning pada DJJ di Balai Diklat
keagamaan Jakarta (Asip, 2019), (Asip & Wibawa, 2019), pengukuran mutu DJJ mengggunakan ESS (Asip et al., 2019), analisis kesulitan belajar pada DJJ (Setiawati, 2020) dan evaluasi formatif desain instruksional DJJ (Suryadi, 2020).
Hasil penelitian telah memberikan informasi untuk mengembangkan inovasi di bidang instruksional seperti perbaikan sruktur kurikulum, materi, media dan prosedur penyeleggaraan.
Namun demikian, hasil penelitian tersebut belum lengkap karena belum menyentuh faktor peserta. Banyak faktor kepesertaan yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar online pada
orang dewasa. Beberapa faktor diantaranya, kemandirian belajar, pengalaman belajar, kesiapan belajar dan motivasi internal (Cercone, 2008), (Pozdnyakova &
Pozdnyakov, 2017), (Ng & Baharom,
2018).
Faktor lain yang berpengaruh
pada pembelajaran orang dewasa
adalah faktor demografis yaitu geografis, gender, ras, status perkawinan, dan keberadaan anak (Rockinson-Szapkiw
J. et al., 2019). Mengutip pernyataan Bates (2016), seorang ahli pembelajaran online dari Kanada menegaskan
bahwa “No institution can now afford to ignore
demographics in its strategic planning, and in no area is this more true than
in plans for online learning” (Bates,
2016). Bates menjelaskan bahwa faktor demografis
pada pembelajaran orang dewasa
tidak bisa diabaikan.
Balai Diklat Keagamaan Jakarta belum memiliki informasi yang komprehensif mengenai profil demografi tersebut sehingga belum memiliki landasan empiris untuk mengembangakn program PJJ
yang lebih ramah peserta. Penelitian-penelitian
yang dilakukan lebih banyak mengambil fokus pada desain instruksional dalam bentuk disertasi dan article jurnal yang ditulis Asip, Suryadi dan Setiawati (2014), Suryadi (2017), Asip ( 2019), Asip & Wibawa (2019); Asip et al. ( 2019), Setiawati (2020), Suryadi (2020).
Berdasarkan kebutuhan tersebut dilakukan sebuah penelitian yang dapat merekam profil
demografi peserta PJJ secara komprehensif. Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut: Bagaiman profil demografi peserta PJJ BDK
Jakarta? Yang dimaksud dengan
profil demografi dalam penelitian ini adalah keragaman
wilayah/geografi, usia, status
kepegawaian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jabatan, pangkat, golongan dan instansi.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan telaah terhadap data base peserta
PJJ pada 4 tahun terakhir. Informasi hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai landasan dalam membuat kebijakan
penyelengaraan PJJ khususnya
di BDK Jakarta dan umumnya dalam
penyelenggaraan pelatihan online
sejenis.
METODE
Penelitian
bersifat ex post facto menggunakan
pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan bulan September dan Oktober 2021. Data yang dikaji adalah daftar peserta DJJ/PJJ
yang mendaftar secara mandiri melalui fasilitas registrasi online yang teredia dalam LMS. Data diunduh dari LMS BDK Jakarta tahun 2018-2021. Alasan pengambilah data 4 tahun terakhir karena data tahun sebelumnya kurang lengkap sehingga tidak memberikan informasi yang komprehensif.
Data
diolah menggunakan statsitik deskriptif. Data dikelompokkan berdasarkan ragam demografi kemudian disajikan dalam grafik atau
tabel untuk dibandingkan dan diinterpretasikan.
Penelitian dimulai dengan menyusun rancangan penelitian, mengumpulkan data, verifikasi
data, mengolah data, meyajikan
data dalam bentuk tabel dan grafik, membahas, merumuskan kesimpulan dan menyusun laporan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Peneliti mengunduh data dari LMS DJJ/PJJ tahun 2018 sampai 2021. Pengolahan data menggunakan statistik deskiptif dengan Microsoft Excel mulai
pertengahan September sampai
minggu kedua Oktober 2021.
Data
yang diperoleh tidak sempurna pada setiap keragaman demografi. Data yang digunakan hanya data yang lengkap saja sehingga
jumlah peserta untuk setiap keragaman
demografi berbeda-beda. Misalnya jumlah peserta yang datanya lengkap pada keragaman gender berjumlah 500, tapi jumlah peserta yang datanya lengkap mengenai golongan hanya 450. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik pada setiap keragaman demografi berikut.
1.
Jumlah Peserta
Setiap Tahun
Jumlah peserta PJJ bertambah
setiap tahun. Dinamika perubahan dapat dilihat dalam
Gambar 1.
Gambar 1 Grafik Dinamika
Jumlah Peserta 4 Tahun Terakhir
2. Peserta
Per Wilayah
Apabila dilihat per wilayah perbandingan jumlah peserta setiap tahun terlihat memiliki pola yang statis dimana jumah peserta
dari DKI Jakarta selalu
paling banyak diikuti
Banten dan terakhir Kalimantan Barat seperti tergambar dalam Gambar 2.
Gambar 2 Diagram Jumlah Peserta per Provinsi
Apabila disajikan dalam bentuk persentase maka dapat dirangkum
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan Jumlah
Peserta 4 Tahun Terakhir
|
2018 |
2019 |
2020 |
2021 |
Rata-rata |
Banten |
41.24 |
43.41 |
32.88 |
37.86 |
38.85 |
DKI |
43.54 |
50.33 |
54.48 |
52.97 |
50.33 |
Kalbar |
15.22 |
6.26 |
12.64 |
9.17 |
10.82 |
3. Usia
Usia peserta dikelmpokkan kedalam enam kelompok dimulai
dari usia kurang dari 20 tahun sampai usia
lebih dari 60 tahun. Persentase kelompok usia stiap
tahun dapat dilihat dalam Tabel
2.
Tabel 2 Peserta Berdasarkan
Usia
Rentang |
Jumlah |
Rata- rata |
|||
2018 |
2019 |
2020 |
2020 |
||
<20 |
0.39 |
0.33 |
0.00 |
0.09 |
0.20 |
21-30 |
41.04 |
6.23 |
42.62 |
19.06 |
27.24 |
31-40 |
47.98 |
33.06 |
31.93 |
25.82 |
34.70 |
41-50 |
10.40 |
49.47 |
12.51 |
38.16 |
27.64 |
51-60 |
0.19 |
10.91 |
12.95 |
16.64 |
10.17 |
>60 |
1.00 |
0.00 |
0.00 |
0.22 |
0.30 |
Data dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa peserta terbanyak pada kelompok usia antara
31 sampai 40 tahun.
4. Jenis Kelamin
Dari aspek keragaman jenis kelamin setiap tahun wanita selalu
lebih banyak dari pada laki-laki seperti pada Gambar 3.
Gambar 3 Jenis kelamin
peserta
Secara keseluruhan rata-rata persentase laki-laki dan perempuan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Peserta Berdsarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin |
Rata-rata % |
Laki-laki |
37.14 |
Perempuan |
62.86 |
5. Tingkat
Pendidikan
Data mengenai tingkat pendidikan peserta kurang lengkap karena banyak peserta yang tidak mencantumkan gelar, atau memang
belum memiliki gelar. Untuk mengakomodasinya
kelompok ini dikelompokkan kedalam katogori Tanpa Gelar. Persentase jumlah setiap tingkat
pendidikan dan setiap tahun dapat dilihat
dalam Tabel 4.
Tabel 4 Peserta Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan |
Jumlah |
Rata-rata |
|||
2018 |
2019 |
2020 |
2021 |
||
Tanpa Gelar |
0.72 |
5.55 |
5.84 |
6.22 |
4.58 |
S1 |
77.17 |
76.75 |
70.32 |
74.02 |
74.57 |
S2 |
22.10 |
17.54 |
23.41 |
19.76 |
20.70 |
S3 |
0.00 |
0.16 |
0.43 |
0.00 |
0.15 |
Data dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
peserta didominasi oleh S1 sebanyak 74% dan selanjutnya S2 sebanyak 20.70 %. Sedangkan S3 hanya 0.15%.
6. Status
Kepegawaian
Database menunjukkan keragaman peserta dalam hal
status kepegawaian. Jumlah
Non-PNS sudah megikuti pelatihan sejak 2018, bahkan sebelumnya. Porsinya semakin meningkat meskipun belum konsisten seperti pada Gambar 4.
Gambar 4 Jumlah Berdasarkan
Status Kepegawaian
Apabila dirata-ratakan secara keseluruhan persentase peserta dengan status non-PNS sebanyak 18% seperti terlihat dalam Gambar 5.
Gambar 5 Persentase Berdasarkan
Status Kepegawaian
7. Jabatan
PJJ ditawarkan untuk berbagai jabatan di yang ada di
Kementerian Agama baik jabatan
structural maupun fungsional.
Berdasarkan database teridentifikasi
sejumlah 10 jabatan yang mendaftar meskipun tidak semua pelatihan
pada jabatan tersebut dapat dilaksanakan. Seperti misalnya untuk jabatan Tutor dan Widyaiswara. Resume jumlah peserta berdasarkan jabatan dapat dilihat
dalam Tabel 5.
Tabel 5 Peserta Berdasarkan
Jabatan
No |
Jabatan |
Jumlah |
|||
2018 |
2019 |
2020 |
2021 |
||
1 |
Dosen |
0 |
0 |
0 |
2 |
2 |
Guru |
491 |
1132 |
1178 |
1849 |
3 |
Kamad |
5 |
28 |
52 |
88 |
4 |
Pengawas |
2 |
31 |
39 |
140 |
5 |
Penghulu |
2 |
6 |
13 |
69 |
6 |
Pjt. Struktural |
2 |
1 |
0 |
0 |
7 |
Penyuluh |
20 |
0 |
61 |
362 |
8 |
Staf |
1 |
22 |
30 |
3 |
9 |
Tutor |
0 |
0 |
0 |
1 |
10 |
Widyaiswara |
0 |
0 |
0 |
1 |
Jumlah |
523 |
1220 |
1373 |
2515 |
Data dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah peserta
didominasi oleh guru.
8. Golongan
Sebagian besar peserta adalah PNS dengan berbagai golongan dan pangkat. Pada database
peserta tahun 2018 tidak ditemukan data mengenai golongann dan pangkat sehingga tidak dapat disajikan.
Resume jumlah peserta
berdasarkan golongan dan pangkat dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah Peserta
Berdasarkan Golongan
No |
Pangkat/ Golongan |
Jumlah |
||
2019 |
2020 |
2021 |
||
1 |
Pengatur Muda - II/a |
4 |
1 |
3 |
2 |
Pengatur Muda Tk. I - II/b |
3 |
2 |
2 |
3 |
Pengatur - II/c |
0 |
6 |
1 |
4 |
Pengatur Tk. I - II/d |
2 |
4 |
3 |
5 |
Penata Muda - III/a |
93 |
289 |
476 |
6 |
Penata Muda Tk. I - III/b |
231 |
145 |
173 |
7 |
Penata - III/c |
308 |
309 |
394 |
8 |
Penata Tk. I - III/d |
212 |
302 |
307 |
9 |
Pembina - IV/a |
140 |
200 |
315 |
10 |
Pembina Tk. I - IV/b |
18 |
20 |
54 |
11 |
Pembina Utama Muda IV
/c |
0 |
0 |
2 |
12 |
Pembina Utama Madya
IV/d |
0 |
0 |
1 |
Jumlah |
1011 |
1278 |
1731 |
Data dalam Tabel 6 menunjukkan bahwa peserta didominasi
oleh pegawai dengan golonga III/a sampai IV/a dengan jumlah tertinggi
pada golongan III/c.
9. Instansi
Kelompok
peserta berdasarkan instansi dapat dikelompokkan kedalam 17 kelompok. Seperti yang telah terlihat pada kelompok berdasarkan jabatan bahwa peserta
terbanyak berasal dari jabatan guru dan jumlah terbanyak diduduki oleh guru MTs dan Guru MAN.
Tabel 7 Jumlah Peserta
Berdasarkan Instansi
Instansi |
2018 |
2019 |
2020 |
2021 |
|
1 |
Kanwil/Kan Kemenag |
12 |
37 |
52 |
172 |
2 |
Kemenag Pusat |
0 |
0 |
0 |
5 |
3 |
KUA |
28 |
6 |
72 |
389 |
4 |
Madrasah Diniyah |
0 |
0 |
0 |
34 |
5 |
Majlis Talim |
0 |
0 |
0 |
5 |
6 |
MAN |
174 |
224 |
254 |
407 |
7 |
MAS |
24 |
48 |
24 |
105 |
8 |
MIN |
21 |
100 |
131 |
154 |
9 |
MIS |
73 |
176 |
118 |
143 |
10 |
MTsN |
162 |
295 |
437 |
604 |
11 |
MTsS |
34 |
92 |
119 |
247 |
12 |
Pergutuan tunggi |
0 |
0 |
0 |
2 |
13 |
RA |
4 |
184 |
81 |
100 |
14 |
SD |
3 |
30 |
56 |
63 |
15 |
Sekolah Luar
negeri |
1 |
0 |
4 |
0 |
16 |
SMA/SMK |
0 |
15 |
11 |
14 |
17 |
SMP |
1 |
16 |
23 |
56 |
Data
dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat guru Agama yang bertugas
di sekolah umum (SD, SMP,
SMA dan SMK) yang mengikuti PJJ. Bahkan
terdapat guru dari sekolah di luar negeri.
Pembahasan
1. Jumlah Peserta
Jumlah peserta PJJ di BDK Jakarta meningkat
setiap tahun. Terlebih lagi pada masa pandemi Covid-19 terjadi peningkatan hampir dua kali lipat dari tahun 2020 ke 2021.
Peningkatan jumlah peserta per tahun dipengaruhi tiga hal utama.
Pertama jumlah Angkatan
yang disediakan dalam anggaran; kedua jumlah pendaftar; ketiga semakin tingginya pegawai yang melek digital. Ada kemungkinan
juga terdapat pengaruh regulasi pada sistem kepegawaian nasional bahwa pada setiap jabatan fungsional ASN membutuhkan angka kredit untuk naik ke golongan/pangkat
yang lebih tinggi.
Berdasarkan catatan statistik jumlah peserta PJJ mulai tahun 2013 terjadi lonjakan peserta mulai tahun
2019. Lonjakan jumlah peserta tersebut lebih cenderung disebabkan oleh jumlah pendaftar mandiri yang menggambarkan kebutuhan pelatihan dan peningkatan literasi digital. Sedangkan lonjakan berikutnya dari tahun 2019 ke 2020 dan 2021, selain dipengaruhi oleh peningkatan kebutuhan dan literasi digital,
juga karena 75% pelatihan disajikan secara online sehingga memaksa para pegawai untuk mengikuti
pelatihan online.
Untuk melayani pelatihan online pada
masa Pandemi Covid-19 (2020-2021), BDK Jakarta dipaksa untuk meningkatkan
jumlah kapasitas bandwidth
hampir 10 kali lipat sehingga dapat melayani peserta yang lebih banyak. Kapasitas
tersebut memungkinkan akan dapat melayani
jumlah peserta PJJ meskipun masa pandemi berakhir.
2. Peserta Per Wilayah
Persentase jumlah peserta dari Banten dan Kalbar tidak
linier dengan peningkatan peserta setiap tahun. Persentase jumlah peserta dari Banten lebih kecil pada tahun 2020 dan 2021 dibanding dengan pada tahun 2019 dan 2018. Persentase jumlah peserta dari Kalbar lebih pada tahun 2019 dan 2021 lebih sedikit dari tahun
2018 dan 2020. Bahkan cenderung
mengalami penurunan persentase karena tahun 2018 mencapai 15.22% sedangkan tahun 2021 hanya 9.17%.
Sebagai gambaran umum berdasarkan
data pada SIMPEG Kementerian Agama tahun 2020 jumlah PNS per wilayah dan persentase
setiap wilayah dapat dilihat dalam Tabel
8 (Kemenag, 2020).
Tabel 8 Jumlah PNS Banten-DKI-Kalbar
Wilayah |
Jumlah |
% |
Banten |
5903 |
35.10 |
DKI |
7335 |
43.62 |
Kalbar |
3578 |
21.28 |
Jumlah |
16816 |
|
Jumlah tersebut belum menggambarkan ASN non-PNS namun sebagai gambaran umum masih memadai
sebagai representasi keseluruhan.
Tabel 9 Perbandingn Persentase
Jumlah Pegawai dan Jumlah Peserta PJJ
Wilayah |
2021 |
Rata-rata (2018-2021) |
Banten |
37.86 |
38.85 |
DKI |
52.97 |
50.33 |
Kalbar |
9.17 |
10.82 |
Apabila dibandingkan antara keterwakilan persentase pegawai secara keseluruhan dengan pegawai yang mengikuti PJJ dapat terlihat kesenjangan yang cukup lebar pada wilayah Kalbar yang seharusnya
pegawai yang mengikuti PJJ sekitar 21.28 % namun baru 10.82% saja pada rata-rata keseluruhan selama 4 tahun terakhir. Bahkan di tahun 2021 yang seharusnya berlipat malah menurun sampai
9.17% saja.
3. Usia
Usia peserta terebanyak pada rentang 41-50 (38.16%) dan renang
usia 31-40 (25.82%). Data tersebut
dapat dipahami bahwa pada usia tersebut pegawai berada pada usia produktif. Namun demikian terdapat kesenjangan representasi ketika dibandingkan dengan persentase pegawai Kementerian
Agama secara keseluruhan
pada beberapa rentang usia. Untuk memahaminya
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbandingan Persentase
Jumlah Pegawai dan Jumlah Peserta PJJ
Peserta Pelatihan |
Pegawai 3 Provinsi |
|||
Rentang |
% |
Rentang |
% |
|
<20 |
0.09 |
<24 |
0.11 |
|
20-30 |
19.06 |
24-29 |
2.57 |
|
31-40 |
25.82 |
30-39 |
13.85 |
|
41-50 |
38.16 |
40-49 |
42.20 |
|
51-60 |
16.64 |
50-57 |
38.72 |
|
>60 |
0.22 |
>57 |
2.56 |
|
Data
pada Tabel 10 mengindikasikan
beberapa hal. Pertama, pegawai rentang usia 50-57 tahun yang seharusnya 38.72% hanya terwakili oleh 16.64%. Beberapa kemungkinan rendahnya pegawai pada rentang usia tersebut
yang yang mengikuti PJJ pertama sudah memiliki
jabatan penting di satuan kerjanya sehingga sibuk. Kedua, banyak pegawai
yang mendekati purnabakti sehingga tidak bersemangat untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri. Ketiga, karena kurang ramah terhadap
teknologi digital atau gagap teknologi. Hal itu terjadi juga pada rentang usia >57 tahun.
Fenomena positif terjadi pada pegawai rentang usia 20-30 dan 31- 40 tahun. Secara keseluruhan jumlah pegawai pada rentang usia tersebut
jumlahnya hanya 2.57% dan 13.85%
namun keterlibatan mereka dalam PJJ masing-masing
19% dan 26%. Data tersebut menunjukkan
bahwa pegawai berusia muda aktif
mengikuti pengembangan diri. Mereka adalah
generasi millennial yang akrab
dengn teknologi digital.
Pegawai
pada usia 41-50 tahun mendominasi persentase peserta pelatihan sesuai dengan persentase
jumlah keseluruhan pada rentang usia tersebut
meskipun persentase keterwakilannya dalam PJJ lebih rendah. Hal ini berindikasi bahwa tidak semua
pegawai pada rentang usia tersebut tertarik
mengikuti PJJ karena alasan kesibukan, kurang motivasi atau gagap teknologi.
4. Jenis Kelamin
Secara keseluruhan peserta pelatihan didominasi oleh perempuan. Data tersebut menunjukkan kesenjangan keterwakilan antara pegawai laki-laki dan perempuan apabila dibandingkan dengan persentase jenis kelamin secara keseluruhan di Banten, DKI Jakarta dan Kalbar. Kesenjangan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Perbandingan Persentase
Jumlah Pegawai dan Peserta PJJ
Jenis Kelamin |
Peserta |
Pegawai |
Laki-laki |
37.14% |
48.82% |
Perempuan |
62.86% |
51.18% |
Berdasarkan data
dalam Tabel 11, persentase pegawai laki-laki Kemenag di provinsi Banten-DKI-Kalbar sebesar
48.82% tetapi perwakilan pegawai yang mengikuti PJJ hanya 37.14%. Sebaliknya, pada persentase jumlah pegawai perempuan keseluruhan 51.18% namun perwakilan yang mengikuti 62.86%.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam keikutsertaan
pada PJJ jumlah pegawai perempuan lebih besar daripada laki-laki.
Fenomena ini penting untuk
ditelaah lebih lanjut agar dapat dijelaskan alasan dan latar belakang perempuan lebih banyak yang tertarik untuk mengikuti PJJ dari pada laki-laki.
5. Tingkat Pendidikan
Dilihat dari tingkat pendidikan
peserta PJJ didominasi oleh
pegawai dengan tingkat pendidikan S1 dengan persentase rata-rata
74.57%. Persentase tersebut
lebih kecil dari pada persentase jumlah pegawai dengan tingkat pendidikan S1 secara keseluruhan di Banten-DKI-Kalbar sebesar
77.25%. Berbeda dengan pegawai dengan tingkat pendidikan S2. Persentase jumlah pegawai yang mengikuti PJJ sebesar 20.7% sedangkan persentase jumlah pegawai yang di Banten-DKI-Kalbar yang tingkat
pendidikannya S2 sebesar
10.10%. Sedangkan peserta
DJJ yang tingkat pendidikannya
S3 (0.15) linier dengan jumlah
pegawai Banten-DKI-Kalbar (0.14).
Data
tersebut menujukkan bahwa jumlah pegawai
yang mengikuti PJJ dengan tingkat pendidikan S1 kurang terwakili. Berbeda dengan pegawai dengan tingkat pendidikan S2. Diprediksi bahwa pegawai dengan tingkat pendidikan S2 memiliki motivasi lebih baik dan tingkat literasi digital yang lebih baik dari
pada pegawai dengan tingkat pendidikan S1.
6. Status Kepegawaian
Dalam
Surat Kepustusan Kepala
Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama Nomor 67 tahun
2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelatihan (Balitbang-Diklat-Kemenag, 2021) diatur bahwa peserta
pelatihan di Kementerian dapat
terdiri dari PNS Kemenag dan Non Kemenag, PPPK,
PNPASN dan masyarakat. Dalam
aturan tersebut, tidak tertulis persentase jumlah peserta PNS dan non-PNS dalam satu Angkatan. Penentuan persentase PNS dan non-PNS dalam pelatihan di BDK Jakarta disesuaikan
dengan kebutuhan. Bahkan dalam PJJ, peserta PNS dan non-PNS mendaftar
secara mandiri secara online sehingga tidak dibatasi. Setiap pendaftar mandiri yang memenuhi syarat administratif maka berhak mengikuti
pelatihan.
Belum
ada data lengkap mengenai persentase jumlah PNS dan non-PNS yang bekerja
di Kementerian Agama. Sebagai gambaran
dapat dilihat persentase jumlah PNS dan non-PNS
berdasarkan hasil survei pada 60 madrasah negeri di Banten, DKI dan Kalbar. Jumlah pendidik (guru) PNS (70.24%)
lebih besar dari pada guru non-PNS 29.76%. Sedangkan,
tenaga pendidikan PNS
(37.07%) lebih kecil dari pada non-PNS (62.93%).
Data
pada database peserta PJJ perbandingan
persentase PNS dan non-PNS adalah
82% berbanding 18%. Data tersebut
menunjukkan bahwa non-PNS belum terwakili dalam PJJ. Diprediksi kemungkikan besar karena non-PNS tidak tertarik mengikuti pelatihan karena tidak ada tuntutan
untuk memenuhi angka kredit pengembangan
diri untuk kenaikan pangkat/golongan. Ada kemungkinan juga karena mereka belum
mengetahui bahwa PJJ dan pelatihan lainnya dapat diikuti oleh non-PNS.
7. Jabatan
Berdasarkan database,
dari segi jabatannya peserta PJJ didominasi oleh guru, diikuti
oleh penyuluh, pengawas, kepala madrasah dan penghulu. Peserta
tersebut menduduki jabatan fungsional. Sedangkan pegawai struktural (administrasi) masih jarang yang mengikuti PJJ.
Beberapa penyebab diantaranya pertama, karena jenis PJJ yang disajikan terkait pengembangan kompetensi administratif belum banyak. Kedua,
pegawai fungsional dituntut untuk mengembangkan kompetensinya dan harus memenuhi tuntutan angka kredit untuk kenaikan
golongan.
8. Golongan
Berdasarkan
golongannya, peserta PJJ didominasi oleh golongan III/a sampai IV/a. Rata-rata peserta
paling banyak dari golongan III/C diikuti III/,
III/d dan IV/a. Fenomena tersebut
nyaris konstan pada 3 tahun terakhir kecuali tahun 2021 golongan III/a memuncaki jumlah peserta PJJ.
Fenomena
banyaknya pegawai golongan III/c sampai III/d disebabkan karena persentase pegawai bergolongan III di tiga provinsi menduduki jumlah terbanyak antara 65-75%. Selain itu menandakan bahwa pegawai terebut
sedang pada usia produktif dan memiliki semangat untuk berprestasi dan berkontribusi. Namun. mulai golongan
IV/a peserta menurun drastis karena jumlah PNS golongan IV/b tidak banyak (15-30%). Selain itu, pegawai
tersebut mulai berusia mulai dan semangat mulai menurun.
Terjadi
fenomena lonjakan peserta bergolongan III/a pada
PJJ tahun 2021. Diprediksi karena meningkatnya pegawai generasi milenial yang digitally literate dan merasa nyaman dengan
belajar mandiri secara online.
9. Instansi
Instansi asal peserta sudah
merepresentasikan seluruh instansi yang ada di wilayah kerja BDK Jakarta mulai dari instansi pusat
sampai, perguruan tinggi, KUA dan madrasah, SMP/SMA/SMK. Bahkan
beberapa peserta dari istansi pemerinta
yang ada di luar negeri seperti guru agama di sekolah luar negeri. Namun demikian, peserta terbanyak berasal dari madrasah dan peserta berasal dari MTsN
memuncaki jumlah peserta.
Jumlah
peserta berdasarkan instansi yang masih minim adalah dari Kankemenag
Pusat dan perguruan tinggi
agama. Pada instansi pusat sampai tahun 2020 masih didominasi oleh jabatan administratif sedangkan jumlah PJJ bidang tersebut masih sedikit. Rendahnya pegawai pemegang jabatan administasi di perguruan tinggi yang mengikuti PJJ alasannya sama dengan pada instansi pusat. Sedangkan rendahnya jumlah pegawai jabatan fungsional dosen disebabkan karena belum ada PJJ untuk
jabatan tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil kajian di atas ditemukan beberapa kecenderungan yang khas pada karakter demografi peserta PJJ di BDK
Jakarta. Kecenderungan dimaksud
adalah sebagai berikut.
Pertama jumlah
peserta PJJ meningkat dari tahun ke
tahun. Peningkatan dipengaruhi oleh jumlah program
yang disajikan. Selain itu diprediksi karena semakin tingginya kebutuhan peningkatan kompetensi sebagai dampak dari tuntutan regulasi
kepegawaian dan peningkatan
literasi digital pegawai.
Kedua, persentase
keterwakilan pegawai dari provinsi Kalbar yang mengikuti PJJ lebih kecil dibandingkan dengan provinsi lainnya. Bahkan di tahun 2021 yang seharusnya berlipat karena jumlah PJJ yang disajikan bertambah tetapi malah menurun.
Ketiga, pegawai
usia 41-50 tahun mendominasi persentase peserta pelatihan sesuai dengan persentase
jumlah keseluruhan pada rentang usia tersebut.
Fenomena positif terjadi pada pegawai rentang usia 20-30 dan 31- 40 tahun. Persentase jumlah keseluruhan pegawai pada usia tersebut lebih kecil namun persentase
jumlah yang mengikuti PJJ lebih besar. Data tersebut menunjukkan bahwa pegawai berusia
muda aktif mengikuti pengembangan diri. Mereka adalah
generasi millenial yang akrab dengan teknologi
digital.
Keempat, persentase
keterwakilan perempuan dalam PJJ lebih tinggi dari pada laki-laki.
Kelima, peserta
PJJ dengan tingkat pendidikan S1 mendominasi keseluruhan peserta sesuai dengan jumlah
keseluruhannya. Ditemukan fenomena menarik bahwa persentase keterwakilan peserta dengan pendidikan S2 lebih tinggi dari
jumlah seluruhnya. Diprediksi bahwa pegawai dengan tingkat pendidikan S2 memiliki motivasi dan tingkat literasi digital
yang lebih baik dari pada pegawai dengan tingkat pendidikan S1.
Keenam, PNS yang mengikuti PJJ jauh lebih banyak dari
non-PNS. Diprediksi karena
non-PNS tidak dituntut untuk memenuhi syarat pengembangan diri. Selain itu,
ada kemungkinan juga karena mereka belum
mengetahui bahwa PJJ dapat diikuti oleh non-PNS.
Ketujuh, peserta
PJJ didominasi oleh jabatan
fungsional guru, diikuti
oleh penyuluh, pengawas, kepala madrasah dan penghulu. Sedangkan
pegawai struktural (administrasi) masih jarang yang mengikuti PJJ.
Kedelapan, PNS yang mengikuti PJJ terbanyak dari golongan III/c sampai III/d sesuai dengan persentase jumlah keseluruhan pegawai. Terjadi fenomena lonjakan peserta bergolongan III/a pada
PJJ tahun 2021. Diprediksi disebabkan karena pegawai angkatan baru berasal dari
generasi milenial yang digitally
literate dan merasa nyaman
dengan belajar mandiri secara online.
Kesembilan, peserta
PJJ berasal dari seluruh instansi yang ada di wilayah kerja BDK Jakarta mulai dari instansi
pusat, perguruan tinggi, KUA madrasah, dan SMP/SMA/SMK. Bahkan
beberapa peserta berasal dari instansi
yang ada di luar negeri. Namun demikian peserta terbanyak berasal dari madrasah. Sedangkan jumlah peserta yang masih minim adalah dari Kemenag
Pusat, Kanwil dan peruruan tinggi.
Hasil
penelitian ini menyajikan data kuantitatif mengenai karakter demografi peserta PJJ pada empat tahun terakhir.
Data ini membutuhkan penjelasan komprehensif mengenai motif-motif yang tersirat
di belakangnya. Oleh karena
itu direkomendasikan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk tujuan tersebut.
Untuk data-data
yang sudah dapat dijadikan landasan perbaikan maka peneliti merekomendaiskan agar
data digunakan untuk membuat kebijakan peningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil PJJ. Misalnya, mengenai masih rendahnya peserta PJJ dari pegawai struktural dan administratif karena kurangnya jumlah jenis PJJ yang disajikan, maka kebijakan segera yang dapat dilakukan adalah menyajikan jenis PJJ administratif di tahun berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Asip. (2019). Pengembangan Diklat Jarak
Jauh (DJJ) Online Berbasis Experiential Learning. Universitas Negeri
Jakarta.
Asip, A., Wibawa, B., & Idris, A.
(2019). Implementing E-Learning System Success to Measure Quality of Online
Training in Jakarta Religion Ministry Affair Training Center. 303,
277–285. https://doi.org/10.2991/icpeopleunnes-18.2019.56
Asip, & Wibawa, B. (2019). Experiential
Learning Based Online Learning Development in The Jakarta Religion Affair
Training Center. International Journal of Innovative Technology and
Exploring Engineering, 8(6 C2), 18–25.
Balitbang-Diklat-Kemenag. (2021). SK
Kabadan No 1209 Tahun 2016.pdf. Balitbang Diklat Kemenag.
Bates, T. (2016). Demographics and
Online Learning. Online Learning and Distance Education Resources. https://www.tonybates.ca/2016/08/13/demographics-and-online-learning/
Cercone, K. (2008). Characteristics of
Adult Learners with Implications for Online Learning Design. Association for
the Advancement of Computing In Education Journal, 16(2), 137–159.
http://www.editlib.org/index.cfm/files/paper_24286.pdf?fuseaction=Reader.DownloadFullText&paper_id=24286
Kemenag. (2020). Buku Statistik Aparatur
Sipil Negara Kementerian Agama RI 2020. In Laporan (Vol. 2, Issue 3
(59)). https://simpeg.kemenag.go.id
Ng, H. Z., & Baharom, S. S. (2018). An
analysis on adult learners’ satisfaction in online education programmes. International
Journal of Interactive Mobile Technologies, 12(7), 70–85.
https://doi.org/10.3991/ijim.v12i7.9665
Pozdnyakova, O., & Pozdnyakov, A. (2017).
Adult Students’ Problems in the Distance Learning. Procedia Engineering,
178, 243–248. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2017.01.105
Rockinson-Szapkiw J., manda, Holmes, J., & Stephens, J. S.
(2019). Identifying significant personal and program factors that predict
online EdD students’ program integration. Online Learning Journal, 23(4),
313–335. https://doi.org/10.24059/olj.v23i4.1579
Setiawati, M. (2014). Pengembangan
Sistem Pembelajaran Online untuk Diklat Penilaian Hasil Belajar di Balai DIklat
Keagamaan Jakarta. Universitas Negeri Jakarta.
Setiawati, M. (2020). Analisis Kesulitan
Peserta dalam Menyusun Proposal PTK pada DJJ PTK bagi Guru Madrasah Tsanawiyah
di BDK Jakarta. Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta,
1, 64–71.
Suryadi, A. (2017). Pengembangan Jumlah
Lulusan Melalui Revisi Instruksional pada DJJ Online PTK di BDK Jakarta. Wawasan:
Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta, 1(1), 10–14.
Suryadi, A. (2020). Evaluasi Formatif
Desain Instruksional Diklat Jarak Jauh Penelitian Tindakan Kelas. Wawasan:
Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta, 1(1), 1–12.