MENUMBUHKAN KARAKTER GEMAR MEMBACA MELALUI STRATEGI SAMISATE DAN SABUSOTO

N. Supriati

MTsN I Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia

E-mail: yetisupriatiahmad@gmail.com

 

Abstract

The distance between teachers and students during distance learning during the current Covid-19 pandemic makes it increasingly difficult to cultivate character. Teachers must have tips and tricks to insert efforts to cultivate student character on the sidelines of learning. This study aims to comprehensively describe the cultivation of a character who likes to read during distance/online learning that the author uses the SAMISATE (One Week One Theme) and SABUSOTO (One Month One Character) method. This study uses a descriptive qualitative research design with data collection techniques from 124 students, covering students' responses to reading assignments and their learning outcomes in Indonesian subjects for two semesters. The results showed that the SAMISATE and SABUSOTO methods had an impact on increasing students' active participation in reading activities as evidenced by the increasing number of students who submitted reports on their reading results to the teacher, reaching 95% of the total number of students. In addition, it also has an impact on increasing Indonesian language learning outcomes in semester tests which reach an average of 90 compared to the previous semester's score of 83. This is because the increase in reading habits has an impact on increasing students' literacy competence which is closely related to the ability to understand exam question. The research findings indicate that the SAMISATE and SABUSOTO methods can be used to instill the character of reading fondness in students.

Keywords: character, love to read, SAMISATE and SABUSOTO

 

Abstrak

Berjaraknya antara guru dan siswa ketika pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19 sekarang ini membuat semakin sulitnya penanaman karakter. Guru harus memiliki tips dan trik untuk menyisipkan upaya penanaman karakter siswa di sela-sela pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara komprehensif mengenai penanaman karakter gemar membaca saat pembelajaran jarak jauhdaring yang penulis lakukan dengan menggunakan strategi SAMISATE (Satu Minggu Satu Tema) dan SABUSOTO (Satu Bulan Satu Orang Tokoh). Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data dari 124 siswa, meliputi respon siswa terhadap tugas membaca dan hasil belajar mereka dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia selama satu semester. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi ini berdampak pada meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam kegiatan membaca. Selain itu juga berdampak pada peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pada ulangan harian dan ulangan semester. Kompetensi siswa dalam menulis pun meningkat. Temuan penelitian mengindikasikan strategi SAMISATE dan SABUSOTO  dapat digunakan untuk menanamkan karakter gemar membaca pada siswa.

Kata kunci: karakter, gemar membaca, SAMISATE dan SABUSOTO


 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 yang sudah melanda dunia kurang lebih satu setengah tahun ini menimbulkan dampak pada  banyak sektor dan terpaksa harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, termasuk yang terjadi pada dunia Pendidikan. Tatanan kehidupan mengalami perubahan besar, sesuatu yang tadinya dianggap tidak mungkin menjadi mungkin, banyak hal yang tadinya tidak terbayangkan  menjadi kenyataan. Pembelajaran online atau daring salah satu contohnya,  merupakan perubahan dari pembelajaran tatap muka di kelas antara murid dan guru secara langsung. Pembelajaran daring sebagai solusi efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, physical distancing (menjaga jarak aman) juga menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut (Maria et al., 2021). Pembelajaran daring, tentu saja berbeda dengan pembelajaran tatap muka yang selama ini dilaksanakan. Strategi pembelajaran yang antara lain berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran pun berbeda. Inovasi dalam berbagai hal perlu dilakukan guru supaya tujuan pembelajaran tercapai walaupun situasinya berbeda. Dalam hal ini inovasi muncul karena suatu keadaan yang membuat seseorang menyelesaikan suatu permasalahan di lingkungan sekitarnya yang diharapkan berjalan secara adaptif mengikuti perkembangan zaman agar proses pembelajaran tidak tertinggal dan berjalan secara kompleks (Kulsum & Husnul, 2021). Ada satu hal yang sangat menonjol dalam pelaksanaan pembelajaran daring, yaitu pemanfaatan teknologi komunikasi sebagai media. Ketergantungan pada gawai atau laptop tidak bisa terbantahkan lagi. Sampai saat ini hanya alat itulah yang dianggap mampu menjembatani jarak fisik antara guru dan siswa dalam pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu, dunia pendidikan mau tidak mau harus berubah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Harus diakui  banyak masalah yang dirasakan siswa, guru, dan orang tua siswa dalam pembelajaran daring. Di antara  hal yang menjadi masalah dalam pembelajaran daring ini adalah tentang bagaimana dan siapa yang bertanggung jawab dalam pembinaan karakter siswa. Pembinaan karakter dalam dunia pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Hal ini mengingat tujuan dari pendidikan itu sendiri seperti tertuang dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dalam rumusan tujuan tersebut tergambar bahwa harapannya penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dapat melahirkan generasi penerus bangsa Indonesia yang cerdas dan berkarakter. Jadi, membina karakter siswa supaya menjadi manusia yang baik sama pentingnya dengan membimbing siswa untuk menjadi manusia yang cerdas. Sejalan dengan ini, (Dalyono & Enny Dwi Lestariningsih, 2017) sepanjang sejarahnya, di seluruh dunia ini, pendidikan pada hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar (smart), dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good).

Ketika pembelajaran jarak jauh dilaksanakan secara daring yang membuat siswa berada di rumah selama pembelajaran berlangsung, apakah ini berarti tanggung jawab guru dalam membina karakter sepenuhnya diambil alih oleh orang tua siswa? Kenyataannya tidak seperti itu, guru tidak bisa begitu saja mengalihkan tanggung jawabnya pada orang tua siswa. Hal ini dikarenakan bahwa pendidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value yang mana peran guru sangat dibutuhkan dan tidak dapat digantikan dengan teknologi secanggih apapun (Srigati, 2020). Guru  diharapkan memiliki trik dan tips untuk menyisipkan pembinaan karakter siswa di sela-sela pembelajaran yang dilakukan secara daring. Kemendikbud merumuskan 18 nilai karakter yang harus ditanamkan dalam diri siswa sebagai upaya membangun karakter bangsa, di antara karakter-karakter tersebut ada gemar membaca. Karakter gemar membaca harus ditumbuhkan sejak dini mengingat membaca merupakan kegiatan yang berdampak langsung  pada peningkatan SDM. Sehingga, kegiatan membaca sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Selain itu, kegiatan membaca juga diperlukan untuk semua pekerjaan. Pekerjaan apa pun saat ini hampir tak bisa dilepaskan dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, untuk bisa bersaing dan sukses dalam dunia kerja,  membaca mutlak diperlukan. Membaca pun bisa digunakan untuk mencari  hiburan, melepas penat, dan mengisi waktu luang. Begitu pentingnya membaca dalam kehidupan bahkan memiliki posisi istimewa dalam agama Islam. Bukankah wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW berkaitan dengan perintah membaca? Selain dari yang dipaparkan di atas, membaca merupakan salah satu kemampuan literasi dasar yang harus terus ditumbuhkan selain 5 (lima) literasi lainnya, yaitu literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya (Zakaria & Maulida, 2021).

Kalau dilihat dari pengertian, gemar, menurut KBBI diartikan dengan suka sekali (akan), sedangkan membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Jadi, gemar membaca  mengandung arti suka sekali membaca. Kata gemar membaca  sering kali disamakan dengan minat baca. Kata minat sendiri dalam KBBI diartikan dengan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Jadi, minat baca berarti kecenderungan hati yang tinggi untuk membaca. Melihat pengertiannya, kata gemar membaca dan minat baca merupakan kondisi yang sama-sama menunjukkan keinginan yang tinggi untuk selalu membaca. Umumnya orang yang gemar membaca atau memiliki minat membaca akan menganggap kegiatan membaca merupakan suatu hal yang menyenangkan, bukan sebagai keterpaksaan.

Mengingat dengan membaca orang bisa menambah pengetahuan dan wawasan, bisa mengembangkan potensi dirinya yang sebelumnya mungkin tidak disadarinya, maka menumbuhkan minat membaca perlu dilakukan sejak dini. Tetapi sayangnya dari berbagai penelitian lembaga-lembaga internasional menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih rendah, bahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga pun masih jauh tertinggal. Banyak alasan orang malas membaca, dari mulai sibuk, harga buku mahal, buku tidak menarik karena tidak ada gambar, dan sebagainya. Semua alasan itu muncul karena membaca belum dijadikan sebagai kebiasaan atau belum menjadi habit. Sesuai dengan bunyi peribahasa, “Ala bisa karena biasa”. Sesuatu akan bisa dan mudah dilakukan kalau sudah biasa. Tumbuhnya minat baca sejalan dengan kebiasaan membaca.

Kegiatan membiasakan membaca sebetulnya bisa dilakukan sejak dini di rumah bahkan jauh sebelum seorang anak bersekolah.   Orang tua yang memiliki kebiasaan membaca, maka dengan sendirinya akan membentuk anak-anak yang juga suka membaca. Tetapi, tidak banyak orang tua di Indonesia yang melakukan hal itu. Umumnya orang tua masih menganggap menumbuhkan minat membaca merupakan tugas guru di sekolah.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan minat baca, salah satunya yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu program GLS (Gerakan Literasi Sekolah), caranya antara lain dengan membaca 15 menit sebelum mulai KBM. Gerakan ini banyak melahirkan terobosan-terobosan di sekolah, misalnya dengan menyediakan pojok baca dan hari wajib kunjung perpustakaan. Tetapi, semua program tersebut tidak bisa lagi dilaksanakan seiring diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 di sekolah. Walaupun pembelajaran dilaksanakan jarak jauh, tetapi menumbuhkan karakter gemar membaca harus tetap dilakukan oleh guru sebagai penanggung jawab pendidikan di kelas.

Yang menjadi persoalan adalah bagaimana caranya guru menumbuhkan karakter gemar membaca pada siswa di tengah pembelajaran daring? Harus diakui,  menumbuhkan  karakter gemar membaca dalam pembelajaran daring tingkat kesulitannya melebihi ketika pembelajaran dalam situasi normal, tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan kalau metode yang dipakai tepat.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang metode yang digunakan dalam menanamkan karakter gemar membaca, metode yang dipilih oleh para peneliti tersebut berbeda-beda, ada yang menggunakan metode one day one dongeng (Zakaria & Maulida, 2021), ada yang menggunakan pojok baca (Nugroho et al., 2016), ada yang menggunakan program literasi sekolah (Priasti & Suyatno, 2021), dan ada yang menggunakan pembacaan buku cerita (Saepudin et al., 2020). Atas dasar itu, maka masih diperlukan penelitian terkait penanaman karakter gemar membaca berikutnya khususnya dalam kerangka pembelajaran jarak jauh/daring yang lebih mudah dilakukan oleh siswa.  Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan secara komprehensif mengenai penanaman karakter gemar membaca saat pembelajaran jarak jauh/daring dengan menggunakan strategi SAMISATE (Satu Minggu Satu Tema) dan SABUSOTO (Satu Bulan Satu Orang Tokoh) pada jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. SAMISATE merupakan akronim dari Satu Minggu Satu Tema, metode ini bertujuan menumbuhkan karakter gemar membaca siswa dengan cara setiap minggu  siswa memilih dan membaca satu artikel (dengan memperhatikan rambu-rambu yang ditetapkan guru) dari media online, dibuat rangkumannya sekreatif mungkin (menggunakan canva atau lainnya). Sedangkan SABUSOTO merupakan akronim dari Satu Bulan Satu Orang Tokoh, metode ini bertujuan menumbuhkan karakter gemar membaca siswa dengan cara setiap bulan siswa memilih biografi satu tokoh (dengan memerhatikan rambu-rambu yang ditetapkan guru) dari media online, dibuat rangkumannya (sesuai kerangka yang sudah ditetapkan) sekreatif mungkin (menggunakan canva atau lainnya).

Pemilihan strategi ini didasarkan pada kemudahan dan kepraktisan bagi siswa karena bahan bacaan yang mereka baca bisa diakses melalui gawai. Hal ini mengingat selama pembelajaran  jarak jauh siswa umumnya menggunakan gawai sebagai media pembelajaran. Bahan bacaan berupa artikel dari media online yang bisa didapatkan dengan mudah oleh siswa melalui gawai masing-masing, tidak perlu membeli buku baru, tidak perlu ke luar rumah untuk mendapatkannya. Artikel dari media online akan mampu menumbuhkan karakter gemar membaca siswa karena isinya tidak terlalu panjang apabila dibandingkan dengan buku, bisa dibaca kapan saja dan di mana saja dari gawai masing-masing, lebih praktis dan tidak merepotkan untuk dibawa-bawa.

Di samping itu, umumnya siswa sangat senang ketika diminta memaparkan hasil bacaan mereka ke dalam bentuk rangkuman/mind map menggunakan aplikasi daripada ditulis dengan tangan. Siswa umumnya lebih antusias kalau tugas yang harus mereka kerjakan memanfaatkan IT.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka penelitian ini dapat memberikan alternatif  bagi para guru dalam menumbuhkan karakter gemar membaca khususnya dalam kerangka pembelajaran jarak jauh/daring.

 

METODE

Berdasarkan tujuan penelitian, maka peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif. Kehadiran peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data secara langsung. Penelitian dilakukan satu semester, yaitu pada semester genap tahun pelajaran 2020-2021. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX sebanyak 4 kelas. Data penelitian sepenuhnya dari siswa, yaitu dari bukti laporan hasil bacaan siswa dan nilai ulangan semester genap.

Data penelitian didapatkan melalui observasi dan dokumen. Subjek penelitian berjumlah 124 orang siswa kelas IX. Observasi dilakukan untuk melihat tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan membaca dan melaporkan hasil bacaan mingguan (SAMISATE) dan bulanan (SABUSOTO). Dokumentasi terkait bentuk laporan hasil bacaan siswa. Lokasi penelitian di MTsN I Kota Tangerang Selatan. Proses penggalian data dilakukan dalam bentuk yang bervariasi, yaitu peneliti mengamati respon siswa ketika menerima tugas membaca artikel dan biografi tokoh, kemudian peneliti mengamati laporan hasil bacaan siswa (mingguan dan bulanan) beserta perkembangannya dari bulan ke satu sampai akhir semester genap, setelah itu, peneliti mengamati proses pembelajaran Bahasa Inonesia dan hasil ulangan semester setelah penerapan metode SAMISATE dan SABUSOTO dengan membandingkan perolehan hasil ulangan semester berlangsung dengan semester sebelumnya.

Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis triangualasi data berdasarkan beberapa langkah, yakni peneliti mengumpulkan data melalui sumber primer dan sekunder  terhadap implementasi metode SAMISATE dan SABUSOTO dalam menerapkan karakter gemar membaca, kemudian peneliti mereduksi data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian, selanjutnya peneliti menyajikan data yang telah didapatkan serta mengambil kesimpulan setelah adanya proses analisa data. Proses pengecekan keabsahan hasil penelitian melalui diskusi peer review bersama teman sejawat serta adanya teknik triangulasi sumber data.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strategi SAMISATE (Satu Minggu Satu Tema)  dan SABUSOTO (Satu Bulan Satu Orang Tokoh) diterapkan peneliti di MTsN I Kota Tangerang Selatan dengan cara sebagai berikut:     

1.        Di awal program, guru mensosialisasikan SAMISATE dan SABUSOTO kepada seluruh kelas yang guru ampu pada waktu pembelajaran daring (sesuai jam pelajaran yang sudah dijadwalkan). Dalam sosialisasi ini juga siswa diberi motivasi untuk terus meningkatkan budaya membaca dengan memberikan gambaran manfaat membaca dan sosok tokoh-tokoh yang sukses karena memiliki kebiasaan membaca.

2.        Untuk SAMISATE, setiap minggu siswa  mencari, memilih, dan membaca satu artikel dari media online, artikel yang boleh dipilih harus memenuhi salah satu  syarat berikut ini.

a.      Tentang ilmu pengetahuan, ilmu agama, kecakapan hidup.

b.      Motivasi, tips yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

c.       Informasi dari peristiwa yang terjadi di seluruh belahan dunia.

d.     Penemuan-penemuan penting dalam riset dan teknologi.

Untuk menghindari kesalahan pemilihan artikel, siswa diberi kesempatan untuk berkonsultasi dulu dengan guru via WhatsApp (WA) Setelah artikel tersebut dibaca dan dipahami, kemudian siswa merangkum isi artikel tersebut dengan bahasanya dan caranya sendiri (menggunakan canva atau lainnya). Hasil pekerjaan mereka dikirimkan via email kepada guru untuk dinilai.

3.        Pada  minggu berikutnya, guru memberikan timbal balik (feedback) secara umum dari  hasil pekerjaan siswa dan diumumkan nama siswa dengan hasil pekerjaan terbaik. Guru memberikan pujian/apresiasi kepada tiga orang  siswa dengan karya yang terpilih menjadi karya terbaik dari setiap kelas.  Pemberian penghargaan/reward berupa pujian ini sangat penting guna menumbuhkan  motivasi siswa untuk mengerjakan tugas yang lebih baik pada minggu-minggu selanjutnya. Reward dalam proses pembelajaran penting terutama sebagai faktor eksternal dalam memengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa, reward memiliki pengaruh positif dalam kehidupan siswa (Faidy & Arsana, 2014). Seperti yang dijelaskan oleh Sardiman (dalam Faidy and Arsana 2014) reward dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (a) pemberian angka atau nilai, (b) pemberian hadiah berupa barang, (c) pemberian pujian. Pemilihan ketiga macam reward tersebut bisa dilakukan guru dengan menyesuaikan situasi dan kondisi. Apabila memungkinkan, tidak ada salahnya ketiga-tiganya dilakukan oleh guru. Berdasarkan uraian tersebut, maka di samping pujian, guru memberikan tambahan poin kepada  siswa yang mengirimkan hasil karyanya. Untuk siswa yang mengumpulkan tugas SAMISATE mendapat tambahan poin 1 sedangkan untuk tiga siswa yang berhasil menjadi yang terbaik dari setiap kelasnya mendapat tambahan poin 2. Poin-poin tersebut akan diakumulasi pada akhir semester dan akan menjadi tambahan nilai rapor pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya untuk nilai keterampilan. Hasil pekerjaan siswa yang dianggap terbaik tersebut ditayangkan pada waktu PJJ online. Guru menunjukkan kelebihan dan keunggulan hasil karya tersebut agar dapat menjadi contoh bagi siswa yang lain. Trik reward seperti ini diharapkan bisa menumbuhkan rasa bangga atas prestasi yang sudah diraih dan memotivasi untuk terus membuat karya yang lebih baik sehingga secara tidak disadari siswa terpacu untuk terus membaca dan mencari bahan bacaan yang bermutu, pada akhirnya diharapkan karakter gemar membaca akan tumbuh pada setiap siswa.

4.        Untuk SABUSOTO, setiap bulan siswa memilih, membaca tulisan dari internet tentang satu orang tokoh yang memenuhi salah satu dari  kriteria berikut ini.

a)        Pahlawan nasional

b)        Negarawan

c)         Ilmuwan

d)       Tokoh agama

e)        Tokoh yang berjasa untuk kemajuan bangsa dan negara

f)         Tokoh muda inspiratif

Yang harus dicari informasi dari tokoh yang dipilih tersebut meliputi riwayat hidupnya, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan/karir, jasa/pemikiran, dan keteladanannya. Setelah itu, siswa diminta merangkum hasil bacaannya (menggunakan canva atau lainnya) sekreatif mungkin. Rangkuman tersebut dikirim ke email guru untuk dinilai.

5.        Pada awal bulan berikutnya guru memberikan komentar secara umum mengenai karya SABUSOTO siswa. Secara umum bentuk reward yang diberikan guru pada siswa dalam SABUSOTO sama dengan SAMISATE, yaitu memberikan tambahan poin dan pujian.  Tambahan poin yang diberikan sebagai  apresiasi untuk tiga siswa yang karyanya dianggap terbaik dari setiap kelas adalah 4 dan Tambahan poin 2 bagi siswa yang mengumpulkan karyanya. Tambahan poin yang diberikan dalam SABUSOTO lebih besar dibandingkan dengan SAMISATE karena tingkat kesulitan SABUSOTO lebih kompleks dibandingkan dengan SAMISATE. Dalam SABUSOTO, siswa harus memaparkan biografi satu orang tokoh (meliputi riwayat hidupnya, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan/karir, jasa/pemikiran, dan keteladanannya), berbeda dengan SAMISATE yang hanya merangkum isi artikel yang dibacanya. Tambahan poin tersebut akan diakumulasi pada akhir semester untuk tambahan nilai rapor mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama untuk penilaian keterampilan.  Sama dengan SAMISATE,  guru juga memberikan pujian bagi karya SABUSOTO terbaik dari setiap kelas  dan ditayangkan waktu PJJ online, ditunjukkan kelebihannya supaya bisa dicontoh oleh siswa lain. Pemberian reward berupa pujian dan tambahan poin ini diharapkan menumbuhkan motivasi siswa untuk membuat karya yang lebih baik lagi. Pada akhirnya siswa terpacu untuk lebih banyak lagi membaca, mencari tema bacaan yang lebih menarik, dan tertarik untuk mencari tema tulisan yang sedang menjadi trending. Kalau  sudah dalam kondisi seperti ini berarti karakter gemar membaca sudah mulai tumbuh dalam diri siswa.

Hasil yang dicapai dari penerapan strategi SAMISATE dan SABUSOTO di MTsN I Kota Tangerang Selatan - Banten telah memberikan dampak positif dalam menumbuhkan karakter gemar membaca siswa, dengan bukti sebagai berikut.

1.        Hasil yang paling terlihat adalah siswa antusias untuk bertanya kepada guru mengenai boleh tidaknya tema yang mereka pilih untuk dijadikan bahan bacaan dalam SAMISATE dan SABUSOTO. Biasanya sesi tanya jawab tentang program ini dilakukan dalam PJJ setelah guru mengumumkan tiga karya terbaik dari setiap kelas dan menayangkan tiga karya terbaik tersebut. Antusiasme siswa dalam mengikuti SAMISATE dan SABUSOTO menunjukkan sudah munculnya ketertarikan membaca. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan di tengah segala keterbatasan pembelajaran daring. Selain itu, keaktifan dan peran serta siswa dalam mengikuti program ini terus meningkat. Sebagai gambaran peningkatan keaktifan dan peran serta siswa dalam program SAMISATE dan SABUSOTO sebagai bukti meningkatnya keaktifan mereka dalam membaca bisa dilihat dari Tabel 1.

 

Tabel 1. Data Keaktifan Gemar  Membaca Siswa dalam SAMISATE dan SABUSOTO Semester Genap Tahun Pelajaran 2020-2021

Bulan

Jumlah Siswa

Partisipasti Siswa

Aktif %

Tidak Aktif %

Januari

124 orang

80 orang

(64,5 %)

44 orang

(35,5 %)

Februari

124 orang

92 orang

(74,2 %)

32 orang

(25,8 %)

Maret

124 orang

105 orang

(84,7 %)

19 orang

(15,3 %)

April

124 orang

118 orang

(95 %)

6 orang

(5 %)

Sumber: Hasil penelitian

 

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah siswa yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan SAMISATE dan SABUSOTO semakin bertambah dari bulan ke bulan. Diawali dari bulan Januari ketika program ini dimulai, dari 124 orang siswa ada 80  orang (64,5%) yang aktif mengirimkan hasil bacaannya berupa rangkuman/mind map yang dikirim kepada guru melalui e-mail, sisanya ada 44 orang (35,5%) tidak mengikuti program SAMISATE dan SABUSOTO ini. Bulan berikutnya, yaitu Februari, jumlah siswa yang aktif berpartisipasi meningkat menjadi 92 orang (74,2%), sedangkan yang belum ikut berpartisipanya jumlahnya berkurang menjadi 32 orang (25,8%). Pada bulan ketiga dikenalkannya program SAMISATE dan SABUSOTO, yaitu bulan Maret, siswa yang aktif berpartisipasi berjumlah 105 orang (84,7%), siswa yang belum ikut berpartisipasi jumlahnya tinggal 19 orang (15,3%). Jumlah siswa yang aktif berpartisipasi terus meningkat pada bulan April,  95% dari 124 orang siswa (118 orang)  sudah berpartisipasi, sisanya hanya 6 orang (5%) yang belum ikut partisipasi. Hal ini menjadi harapan pada pertumbuhan karakter gemar membaca di kalangan siswa walaupun harus dipancing dahulu dengan reward berupa tambahan poin bagi yang ikut partisipasi dan pujian.

2.        Minat siswa untuk membaca dan menambah pengetahuan dan wawasan semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin beragamnya tema (SAMISATE) yang dipilih siswa. Pada awal pemberlakuan program SAMISATE, umumnya siswa memilih tema tentang ilmu agama (misalnya tentang shalat, puasa sunnah, dzikir) dan tentang karakter mulia (misalnya disiplin, kejujuran, tanggung jawab), tetapi semakin lama tema yang dipilih sudah semakin beragam.

3.        Kompetensi literasi membaca siswa pun meningkat seiring dengan tumbuhnya karakter gemar membaca, bisa dilihat dari semakin baiknya hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Peningkatan hasil belajar antara lain bisa disebabkan oleh semakin baiknya pemahaman siswa terhadap soal-soal  PH (Penilaian Harian) dan soal-soal PAT (Penilaiann Akhir Tahun)  dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia (Tabel 2) karena materi pelajaran Bahasa Indonesia selalu dikaitkan dengan macam-macam teks. Meningkatnya kemampuan memahami teks yang dibaca merupakan salah satu indikasi meningkatnya kemampuan literasi membaca.

 

Tabel 2. Perbandingan Rata-Rata Nilai PH dan PAS Semester Ganjil dengan Rata-Rata Nilai PH dan PAT Semester Genap  Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2020-2021

Nilai Rata-rata Penilaian Harian

Nilai Rata-rata PAS/PAT

Smt Ganjil

Smt Genap

PAS

PAT

87

92

83

90

Sumber: Buku Nilai Guru

 

4.        Hasil lain yang dirasakan dengan SAMISATE dan SABUSOTO adalah meningkatnya kemampuan menulis pada siswa. Kegiatan membaca memang berbanding lurus dengan kemampuan menulis. Seperti yang dikatakan Thahar, mustahil seseorang terampil menulis tanpa pengalaman yang luas dari hasil membaca (Martavia et al., 2016).  Semakin banyak membaca, semakin luas pengetahuan dan wawasannya, sehingga memudahkan untuk menulis karena referensinya cukup dan tidak akan kehabisan ide untuk tulisannya. Sejak dilaksanakan SAMISATE dan SABUSOTO siswa yang memiliki kemampuan menulis semakin banyak, bisa dilihat dari semakin banyaknya tulisan siswa yang mengisi EMTIEM (majalah sekolah MTsN I Kota Tangerang Selatan).

 

KESIMPULAN

Karakter gemar membaca merupakan salah satu karakter yang harus ditumbuhkan mengingat penting sekali membaca dalam semua aspek kehidupan. Ketika diberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19,  menumbuhkan karakter gemar membaca menjadi persoalan tersendiri, bagaimana  strategi guru mengingat segala keterbatasan dalam PJJ.  Metode SAMISATE dan SABUSOTO merupakan salah satu  metode yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkan karakter gemar membaca dalam masa Pembelajaran Jarak Jauh. Hal ini karena berdasarkan hasil penelitian,   metode tersebut mampu meningkatkan minat siswa dalam kegiatan membaca yang dibuktikan dengan tingginya persentase  partisipasi aktif siswa.  Selain itu, dengan semakin meningkatnya persentase keaktifan siswa dalam membaca melalui metode SAMISATE dan SABUSOTO berdampak pula pada peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan hasil Penilaian Akhir Semester (PAS) dan Penilain Akhir Tahun PAT). Hal ini karena meningkatnya minat membaca berdampak pada meningkatnya kompetensi literasi membaca sebagai modal dalam memahami soal-soal mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis teks. Dengan meningkatnya minat siswa dalam membaca,  selain kompetensi literasi membaca yang meningkat,  kompetensi  literasi menulis pun meningkat, dibuktikan semakin banyaknya tulisan karya siswa yang mengisi EMTIEM (majalah sekolah MTsN I Kota Tangerang Selatan).


 

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, B., & Enny Dwi Lestariningsih. (2017). Implementasi penguatan pendidikan karakter di sekolah. Bangun Rekaprima, 3(3), 33–42.

Faidy, A. B., & Arsana, I. M. (2014). HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP Ahmad Bahril Faidy I Made Arsana Abstrak. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan, 2(2), 454–468.

Kulsum, S., & Husnul, S. (2021). Pemanfaatan Media Pembelajaran , Inovasi di Masa Pandemi Covid-19. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 2149–2158.

Maria, R., Rifma, R., & Syahril, S. (2021). Efektivitas Pembelajaran dan Pembinaan Karakter di Masa Pandemi Covid-19. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1503–1512.

Martavia, R. F., Thahar, H. E., & Asri, Y. (2016). Hubungan Minat Baca dengan Keterampilan Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(2), 363–369.

Nugroho, A., Puspitasari, R., & Puspitasari, E. (2016). Implementasi Gemar Membaca Melalui Program Pojok Baca Dalam Mata Pelajaran Ips Pada Siswa Kelas Viii Di Smpn 2 Sumber. Edueksos, 5(2), 187–206.

Priasti, S. N., & Suyatno, S. (2021). Penerapan Pendidikan Karakter Gemar Membaca Melalui Program Literasi di Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 7(2), 395. https://doi.org/10.33394/jk.v7i2.3211

Saepudin, E., Damayani, N. A., & Komariah, N. (2020). Pembentukan Karakter Anak Gemar Membaca. 9008(21), 271–279.

Srigati, D. (2020). Membentuk Karakter Siswa Di Masa Pandemi Covid-19. 1–12.

Zakaria, Z., & Maulida, U. (2021). Penanaman Karakter Gemar Membaca Melalui One Day One Dongeng Pada Masa Pandemi Covid-19. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 8(1), 66. https://doi.org/10.24252/auladuna.v8i1a6.2021