PEMBELAJARAN AKTIF PADA PELATIHAN GURU
MATEMATIKA
MADRASAH IBTIDAIYAH
Asih
Aryani
Balai
Diklat Keagamaan Bandung,
Indonesia
E-mail: asiharyani@yahoo.com
Abstract
This study aims to
determine the impact MIKiR active learning method in training
of Madrasah Ibtidaiyah mathematics teachers training. The
research is Pre experimental design using one class as an experiment without a
control class with a sample of 30 people.
The data collection methods
are observation and test. Data were analyed through
descriptive statistics. The results showed that after using the
MIKiR methode the average
score of affective is89.60, the average score of knowledge is 90.17 and the
average score of skillsis 89.88. Overall,
an average of 89.94 was obtained. Researcher recommends conducting
further research to measure the effectiveness of the method.
Keywords: training, teachers, active learning, MIKiR methode.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pembelajaran aktif MIKiR pada Pelatihan Guru Matematika Madrasah Ibtidaiyah. Jenis penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental
Design dengan menggunakan satu kelas sebagai
eksperimen tanpa kelas kontrol dengan
sampel sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengamatan dan tes. Tteknik analisis
data yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan rata-rata dan prosentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran aktif MIKiR berhasil meningkatkan kompetensi peserta pelatihan aspek sikap dengan
rata-rata 89,60, pengetahuan dengan
rata-rata 90,17 dan keterampilan dengan
rata-rata 89,88. Secara keseluruhan
diperoleh rata-rata 89,94. Selanjutnta direkomendasikan untuk menguji metode
ini secara experiment.
Kata kunci:
pelatihan, guru, pembelajaran aktif MIKiR
PENDAHULUAN
Kegiatan mengajar merupakan
salah satu bentuk kegiatan memberikan layanan pada peserta didik yang didasari dan direncanakan serta dipersiapkan oleh seorang guru (Gani, Abd., 2021). Sebagai sentral
dari kegiatan pembelajaran, maka guru harus selalu memperhatikan
kompetensi yang akan dicapai pada setiap pembelajarannya, karena keberhasilan pencapaian kompetensi pada kegiatan proses belajar mengajar di satuan pendidikan tergantung kepada beberapa aspek yaitu kurikulum,
sarana dan prasarana, guru,
peserta didik dan metode/strategi (Kadariah, 2018) dan (Abdullah, 2017). Penggunaan strategi dalam kegiatan proses pembelajaran sangat diperlukan, karena untuk mempermudah pencapaian hasil pembelajaran yang optimal.
Peran guru sebagai desainer
diharapkan mampu merancang dan memenej apa yang distandarkan menjadi pembelajaran yang berhasil dan efektif. Guru Sebaiknya mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna dan pada akhirnya dapat menumbuhkan motifasi pada pembelajar-pembelajar
untuk mau dan mampu menerapkan ilmu yang disajikan oleh gurunya (Saefuddin, 2014).
Proses pembelajaran merupakan
pemberian stimulus
kepada peserta didik, kesiapan peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran akan menimbulkan respons, sehingga hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi
lebih baik kalau mampu menghasilkan hal-hal yang menyenangkan (Suprapto, 2018).
Prinsip pembelajaran adalah
segala kondisi yang selalu ada pada setiap proses belajar, berbagai teori pembelajaran mengatakan bahwa setiap proses pembelajaran seharusnya memiliki suatu prinsip tertentu (Novianingsih, 2016), sehingga seorang
guru dipastikan memiliki
salah satu prinsip tersebut. Tiga aspek penting dalam
pembelajaran
yang saling terkait,
yaitu materi pembelajaran, proses pembelajaran serta hasil dari proses pembelajaran tersebut (Hidayat, 2020). Guru harus memiliki
cara atau strategi yang akan dipakainya dalam memberikan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran
adalah salah cara untuk membantu
suksesnya proses pembelajaran,
karena pada strategi pembelajaran
terdapat desain atau rancangan yang bertujuan mencapai tujuan pendidikan secara menyeluruh (Yuanita, 2020). Seorang pendidik (guru) semestinya memiliki ide atau kreatifitas dalam mengetahui permasalahan peserta didiknya, terkadang harus menggunakan pendekatan individual untuk memotivasi belajar peserta didik, memberi sangsi bagi peserta
didik yang melakukan kesalahan agar menjadi lebih teliti
dan berhati-hati dalam melakukan tindakan dan memberikan bimbingan pada peserta didik yang masih belum faham dengan pelajaran yang telah diberikan (Yuanita, 2020).
Keaktifan seorang peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran
akan mempengaruhi interaksi yang tinggi antara pendidik dengan peserta didik atau peserta
didik dengan peserta didik lainnya
pada kelas tersebut, sehingga akan terjadi
komunikasi yang multi arah.
Pada pelaksanaan pembelajaran
dengan strategi pembelajaran
aktif, peserta didik akan
diarahkan untuk aktif belajar melalui
sentuhan (touching), merasakan (feeling)
dan melihat (looking) secara
langsung serta mengalami sendiri sehingga pembelajaran akan lebih bermakna
dan cepat dimengerti oleh peserta didik (Effendi, 2013). Pendidik (guru) akan selalu dituntut untuk memberikan motivasi setiap peserta didik dan memberikan arahan serta menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap.
Khotimah dkk
(2018) mendefinisikan
pembelajaran aktif sebagai pendekatan mengajar (approach to teaching) yang dipakai bersama metode tertentu disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif sehingga
peserta didik merasa mudah menyerap
pengetahuan dan keterampilan
yang diajarkan dan merasa lebih tertarik untuk belajar (Khotimah, 2018). Definisi lainnya
adalah pembelajaran yang menuntut peran serta siswa secara
aktif dalam mengikuti setiap tahapan proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang optimal (Kurniawan, 2020), bertujuan untuk memperkuat dan memperlancar
stimulus serta respon peserta didik dalam
proses kegiatan pembelajaran,
sehingga pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan (Rosida, 2011), menggambarkan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterima secara luas di seluruh dunia sebagai praktik terbaik (best
practice) (Elfrianto,
2020) merupakan suatu
cara dalam menyampaikan materi pembelajaran dari seorang guru dengan menggunakan salah satu metode pembelajaran sesuai materi pada topik tertentu yang melibatkan seluruh peserta didik secara
aktif dan kreatif (Hidayat, 2020).
Sesuai tuntutan kurikulum, pembelajaran aktif menjadi penting
untuk diimplementasikan
oleh para pengajar disebabkan
beberapa hal: a) paradigma pembelajaran bukan lagi berpusat
pada guru (teacher oriented), tetapi harus berpusat
pada peserta didik (student oriented) (Yakob, M., dan Sari, 2019),
b) implementasi pembelajaran
aktif di beberapa sekolah masih kurang
maksimal (Elfrianto, 2020), c) beberapa
guru di madrasah kurang mempunyai
strategi mengajar, kebanyakan
masih menggunakan pembelajaran tradisional (Yuanita, 2020), dan d) dominasi guru atas peserta didikmasih
kuat, sehingga kurang memberikan peluang pada peserta didik untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapi (Suprapto, 2018).
Salah satu strategi
pembelajaran yang dianggap mampu mengaktifkan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran aktif MIKiR, yang merupakan singkatan dari mengalami, interaksi, komunikasi dan refleksi. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian pada penggunaan strategi pembelajaran ini, diantaranya adalah Elfirianto dkk (2020) yang menunjukkan bahwa; a) kegiatan pendampingan dikatakan berhasil dengan keterlibatan peserta yang antusias dan sangat aktif, b) layanan konsultasi dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh peserta, c) pelaksanaan ujian online dapat terlaksana dengan baik meskipun terbatas.
Balai Diklat Keagamaan
Bandung, sebagai salah satu
lembaga pelatihan pada
Kementerian Agama, dengan wilayah kerja
seluruh kota dan kabupaten di Jawa Barat, memiliki
kewajiban untuk ikut mensosialisasikan dan mengimplentasikan semua hal yang berkaitan dengan strategi pembelajaran aktif kepada seluruh
peserta pelatihan.
Salah satu
bentuk implementasi yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran aktif MIKiR ini, dengan
rumusan masalah; “Bagaimanakah
implementasi pembelajaran aktif MIKiR pada Pelatihan Guru Matematika
Madrasah Ibtidaiyah?”.
METODE
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pembelajaran aktif MIKiR pada Pelatihan Guru Matematika
Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan
di Balai Diklat Keagamaan Bandung. Subjek penelitian adalah peserta pelatihan yang merupakan utusan dari lima wilayah, yaitu Kota
Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten
Sumedang dengan jumlah total sebanyak 30 orang.
Jenis
penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental
Design, dengan menggunakan
satu kelas sebagai eksperimen tanpa kelas kontrol.
Rancangan penelitiannya digambarkan pada Gambar 1.
Keterangan: X =
perlakuan yang diberikan (Pendekatan MIKiR) O =
hasil perlakuan yang diberikan
(Pendekatan MIKiR) X O
Gambar
1 Desain Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengamatan. Teknik analisis data yang digunakan diolah
secara deskriptif dengan menggunakan rata-rata dan prosentase, dengan kriteria pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria
Kompetensi
Kriteria |
Rentang Skor |
Sangat Kompeten |
92,10 - 100 |
Kompeten |
84,10 – 92,09 |
Cukup Kompeten |
76,00 – 84, 09 |
Kurang Kompeten |
0 – 75,99 |
Sumber:
Pusdiklat, 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembelajaran
pada pelatihan ini berlangsung dari tanggal 4 – 9 Oktober 2021, dengan mata pelatihan
yang sudah ditentukan dari Kurikulum dan Silabus yang diterbitkan oleh Pusdiklat, yaitu sebagai berikut: a) Materi Esensial Aspek Bilangan 24 jp, b) Materi Esensial
Geometri dan Pengukuran 10 jp, c) Materi Esensial
Aspek Statistika dan Peluang, 10 jp. Sehingga jumlah total materi esensial sebanyak 44 jp.
Pendekatan
pembelajaran dengan menggunakan Strategi MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi), dengan langkah seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Alur Pembelajaran
Secara
rinci, alur pembelajarannya adalah sebagai berikut;
Pada kegiatan ini
dijelaskan kepada peserta pelatihan tentang seluruh proses pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tiap mata pelatihan.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh peserta pelatihan adalah mengamati, melakukan eksperimen, berwawancara dan menyelesaikan proyek. Pada penerapan unsur
mengalami ini, dilakukan dengan aktifitas peserta melakukan pengamatan dan percobaan, kegiatan ini bertujuan agar peserta mengalami dan merasakan sendiri secara langsung semua proses pembelajaran. Hampir seluruh indra (melihat, meraba, mencium, mendengar dan merasakan) dilibatkan pada kegiatan ini, sehingga pemahaman
konsep akan lebih mengena. Pada kegiatan ini diharapkan
pelibatan peserta dapat meningkatkan kreatifitas dan berfikir kritis.
Dari kegiatan mengamati yang dilakukan peserta, widyaiswara memberikan respon dengan: (1) memperhatikan peserta secara individu maupun kelompok selama berlangsung kegiatan dengan memastikan pengamatan dan percobaan yang dilakukan peserta sudah benar
dan tepat, (2) mengajukan pertanyaan yang sifatnya terbuka (open ended) sebagai pancingan untuk membangun kemampuan peserta dalam mengembangkan pola berfikirnya, dan (3) memberikan komentar serta penguatan terhadap hasil pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan.
2. Interaksi
Pada proses ini, kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta pelatihan adalah berdiskusi diantara anggota kelompok, bertanya atau mempertanyakan, memberikan komentar dan bekerja dalam kelompok
untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah diperoleh pada tahap mengamati atau mengalami.
Kegiatan interaksi
ini diwujudkan widyaiswara dalam bentuk menginstruksikan peserta untuk berdiskusi
dalam kelompok yang sebelumnya sudah dibentuk melalui permainan sekaligus ice breaking, satu
kelompok maksimal 5 orang peserta. Pada kegiatan ini diharapkan
terbangun interaksi yang positif dan produktif dalam
memecahkan dan menemukan hal-hal baru dari
kegiatan yang mereka lakukan.
Pengamatan yang dilakukan widyaiswara pada kegiatan interaksi ini adalah: (1) ketika peserta sedang melaksanakan kegiatan diskusi, peserta dipersilahkan untuk saling bertanya, memberikan komentar atau menyanggah,
mengemukakan ide-ide yang relevan,
(2) ketika diskusi selesai, salah satu anggota kelompok menjelaskan hasil kerja mereka, dan anggota kelompok yang lainnya memperhatikan, menyimak serta memberikan masukan atau tambahan yang dirasakan masih kurang.
3. Komunikasi
Pada proses ini, kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta pelatihan adalah mendemonstrasikan, menjelaskan, mengemukakan pendapat, atas temuan-temuan yang sudah didiskusikan dengan anggota kelompoknya, yang memungkinkan akan didapatkan hal-hal baru bersadarkan masukan-masukan dari kelompok lainnya, pada tahap ini akan
terjadi komunikasi multi arah, yaitu komunikasi
antar anggota kelompok.
Pada kegiatan komunikasi ini, pengamatan yang dilakukan widyaiswara adalah; (1) meminta peserta untuk mempresentasikan
dan mendemonstrasikan hasil
diskusi yang sudah dilakukan di kelompok
masing-masing di depan semua
peserta dari semua kelompok secara bergiliran, sesuai kesepakatan yang sudah dilakukan, (2) kelompok yang tidak sedang presentasi diharuskan menyimak, menanggapi atau juga bisa menambahkan dari ide-ide lainnya yang mereka temukan.
4. Refleksi
Pada proses ini, kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta pelatihan adalah memikirkan kembali hasil pekerjaannya,
baik dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Pada akhir kegiatan refleksi ini, hal
yang terpenting adalah penguatan dari pengajar (widyaiswara). Penguatan ini berfungsi
untuk meluruskan kembali hal-hal yang memungkinkan peserta pelatihan salah memahami konsep.
Hasil akhir
yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran, sebagai wujud pemahaman
peserta dari implementasi pembelajaran MIKiR yang dilakukan ini adalah dihasilkannya
skenario atau desain pembelajaran yang berorientasi MIKiR (mengamati, interaksi, komunikasi dan refleksi), yang akan mereka implementasikan
kembali sepulang mereka dari pelatihan
ini. Sedangkan proses evaluasi akhir dilakukan dengan memberikan tugas mandiri kepada
peserta untuk menyusun skenario/desain pembelajaran.
Desain pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan minat masing-masing peserta dari seluruh
mata pelatihan yang diberikan. Hasil dari tugas mandiri ini
menjadi acuan bahwa peserta pelatihan
telah menguasai kompetensi yang diajarkan.
Tabel 2 merupakan skenario/desain pembelajaran yang dikirimkan peserta pelatihan melalui googleform.
Tabel 2 Skenario Pembelajaran
Materi Esensial Aspek |
Jumlah yang Dihasilkan |
Prosentase |
Bilangan |
18 |
60,00 |
Geometri dan Pengukuran |
5 |
16,67 |
Statistika dan Peluang |
7 |
23,33 |
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tugas-tugas yang dikumpulkan
oleh peserta pelatihan, diperoleh hasil pada Tabel 3, 4 dan 5.
Tabel 3 Nilai Aspek Sikap
Nilai |
F |
% |
Kualifikasi |
92,10
- 100 |
3 |
10 |
Sangat Kompeten |
84,10
– 92,09 |
27 |
90 |
Kompeten |
Sumber:
Data Diolah
Aspek sikap diambil
dari respon peserta pelatihan dalam mengikuti proses pembelajaran, kedisiplinan dalam kehadiran dan berpakaian. Aspek sikap ini diambil
sebanyak 20% untuk digabungkan dengan kompetensi pengetahuan dan aspek keterampilan. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh rata-rata keseluruhan untuk aspek sikap
ini adalah 89,60 (delapan Sembilan koma enam puluh).
Tabel 4 Nilai Aspek Pengetahuan
Nilai |
F |
% |
Kualifikasi |
92,10
- 100 |
9 |
30 |
Sangat Kompeten |
84,10
– 92,09 |
21 |
70 |
Kompeten |
Sumber:
Data Diolah
Aspek pengetahuan diperoleh
dari nilai pretest dan
posttest, tes lisan yang diikuti selama proses pembelajaran, serta tugas akhir berupa
skenario/desain pembelajaran dengan pendekatan MIKiR yang mereka kerjakan dan dikirimkan melalui googleform. Nilai pengetahuan ini diambil sebanyak
40% untuk digabungkan dengan kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan. Nilai rata-rata keseluruhan
untuk kompetensi pengetahuan ini adalah 90,17 (Sembilan puluh koma tujuh belas).
Tabel
5 Nilai Aspek Keterampilan
Nilai |
F |
% |
Kualifikasi |
92,10 - 100 |
6 |
20 |
Sangat Kompeten |
84,10 – 92,09 |
24 |
80 |
Kompeten |
Sumber: Data Diolah
Aspek keterampilan diperoleh
dari aktifitas peserta pelatihan dalam mengerjakan tugas-tugas, baik secara individu maupun kelompok, presentasi dalam kelas, keaktifan dalam mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan ketika kelompok yang lain presentasi. Nilai keterampilan diambil sebanyak 40% untuk digabungkan dengan kompetensi sikap dan kompetensi pengetahuan .
Nilai rata-rata keseluruhan 89,88 (delapan sembilan koma delapan delapan).
Gambar 2 Grafik Nilai Rata-rata Tiap Aspek
Berdasarkan
Grafik 1 di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata peserta pelatihan, tertinggi pada aspek pengetahuan, yaitu sebanyak 90,17. Hal ini diperoleh berdasarkan
tugas akhir yang dikumpulkan peserta pelatihan, yaitu menyusun skenario/desain pembelajaran, dengan menggunakan pendekatan MIKiR (mengamati, interaksi, komunikasi dan refleksi).
Tabel 6 Nilai Keseluruhan
Nilai |
F |
% |
Kualifikasi |
92,10 - 100 |
6 |
20 |
Sangat Kompeten |
84,10 – 92,09 |
24 |
80 |
Kompeten |
Sumber: Data Diolah
Nilai keseluruhan
adalah gabungan dari kompetensi sikap sebanyak 20%, kompetensi pengetahuan sebanyak 40% dan kompetensi keterampilan sebanyak 40%, sehingga total keseluruhan 100%. Berdasarkan table di atas, dari 30 peserta pelatihan, 6 orang berpredikat sangat kompeten, dan sisanya 24 orang berpredikat kompeten. Rata-rata nilai keseluruhan ini adalah 89,94 (delapan sembilan koma sembilan
empat).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa implementasi pembelajaran aktif MIKiR berhasil
meningkatkan kompetensi peserta pelatihan aspek sikap dengan
rata-rata 89,60, pengetahuan dengan
rata-rata 90,17 maupun keterampilan
dengan rata-rata 89,88. Secara
keseluruhan diperoleh
rata-rata 89,94.
Berdasarkan simpulan di atas, maka direkomendasikan kepada:
1. Widyaiswara, untuk
mensosialisasikan dan mengimplementasikan
pembelajaran aktif MIKiR ini pada tiap jenis pelatihan
pendidikan.
2. Berdasarkan pengalaman
peserta dalam mengimplementasikan pembelajaran aktif MIKiR selama
pelatihan dan scenario pembelajaran
yang dihasilkan, maka peserta (guru) diharapkan dapat mengimplementasikan kembali pembelajaran aktif MIKiR ini
di satuan pendidikannya
masing-masing disesuaikan dengan
kebutuhan dan karakteristik
mata pelajaran yang diampunya.
3. Peneliti, untuk
melakukan penelitian experimental
atau penelitian lainnya yang lebih mendalam tentang implementasi pembelajaran aktif MIKiR ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah. (2017). Pendekatan dan Model
Pembelajaran yang Mengatifkan Siswa. Dureligia, 1(1).
Effendi, M. (2013). Integrasi Pembelajaran
Active Learning dan Internet-Based Learning dalam Meningkatkan Keaktifan dan
Kreatifitas Belajar. Nadwa, Jurnal Pendidikan Islam, 7(2).
Elfrianto, D. (2020). Implementasi
Pembelajaran Aktif Berorientasi Mikir (Mengamati, Interaksi, Komunikasi dan
Refleksi) di SD Muhammadiyah 12 Medan. Pelita Masyarakat, 2(1).
Gani, Abd.,
dan M. (2021). Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Saintifik
melalui Rektifikasi Hasil Supervisi Pembelajaran di SMA Negeri 3 Barru Provinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Kewidyaiswaraan, 6(1).
Hidayat, D. (2020). Metode Pembelajaran
Aktif dan Kreatif pada Madrasah Diniyah Takmiliyah di Kota Bogor. Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 9(1).
https://doi.org/10.30868/ei.v9i01.639
Kadariah. (2018). Penerapan Strategi
Pembelajaran Aktif Tipe Everyone is A Teacher Here (ETH) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Inpres BTN Pemda Kota Makasar. JEKPEND Jurnal
Ekonomi Dan Pendidikan, 1(2), 15–22.
Khotimah, D. (2018). Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar Melalui Penerapan Pembelajaran Aktif
Metode Card Short. JPD: Jurnal Pendidikan Dasar, 9(2).
https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD.091.03
Kurniawan, Y. dan. (2020). Implementasi Pak
Buya (Pembelajaran Aktif dan Budaya Baca) Mewujudkan Excelence School di
Sekolah Dasar. ELSE (Elementary School Education Journal), 4(2).
Novianingsih, H. (2016). Pendekatan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dalam Pembelajaran
Matematika Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1),
1–11.
Rosida, S. (2011). Pengaruh Pembelajaran
Aktif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa Kelas 2 SMU. Proyeksi,
6(2), 89–102.
Saefuddin, A. & I. B. (2014). Pembelajaran
Efektif. PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Suprapto, K. dan. (2018). Model
Pembelajaran Active Learning dengan Strategi Pengajuan Pertanyaan untuk
Meningkatkan Kualitas Proses pemnbelajaran PKn. EducatiO, 2(1).
Yakob, M., dan Sari, M. (2019). Peningkatan
Kemampuan Siswa SMP Membaca Puisi dengan Metode Pembelajaran Aktif Kreatif dan
Menyenangkan. Journal of Education, Humanimora and Social Science (JEHSS),
2(1), 93–103.
Yuanita, D. I. (2020). Penerapan Strategi
Pembelajaran Aktif dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Aswaja Siswa di
Madrasah. Bidayatuna, 3(1).