CHARLILI (MENCHARGE LILIN LITERASI) SAAT PANDEMI BERBUAH BUKU ANTOLOGI
CERPEN
Wahyuni Budi Hastuti
Madrasah Tsanawiyah Negeri 34 Jakarta,
Indonesia
E-mail: yunifayuka@gmail.com
Abstract
This study aims to describe literacy
development strategies through writing culture to produce an anthology of short
stories. The movement to write books with students is an effort to motivate
students to write about their learning experiences during the pandemic. With
the activity of writing books for students at MTs Negeri 34 Jakarta, it is
hoped that it can increase the literacy movement of madrasa residents. The
methodology used in this paper is descriptive qualitative by describing the
mentoring activities in the project of making an anthology book. The activity
of writing an anthology book with students is carried out in several stages,
namely (1) the implementation stage in the form of providing understanding,
motivation; (2) the implementation stage, students join the WhatsApp group,
providing signs for writing distance learning experiences; (3) the completion
stage in the form of activities sending manuscripts, editing manuscripts by
each student, sending manuscripts to publishers, editing manuscripts sent from
publishers, printing processes, promotions and responses from students after
receiving their books. Writing books can give students flexibility in exploring
their experiences, developing vocabulary, providing strengthening character education.
So that the final result to be achieved is a project-based learning product,
namely an anthology of short stories with an ISBN.
Keywords:
charging, literacy, pandemic, anthology books
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan stategi pengembangan literasi melalui budaya menulis untuk menghasilkan buku antologi cerpen. Gerakan menulis buku bersama siswa ini sebagai upaya untuk memotivasi siswa untuk menulis tentang pengalaman belajar selama pandemi. Dengan adanya kegiatan menulis buku, siswa di MTs Negeri 34 Jakarta diharapkan dapat meningkatkan gerakan literasi warga madrasah. Metodologi yang digunakan pada penulisan ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggambarkan kegiatan pendampingan pada proyek membuat buku antologi. Kegiatan menulis buku antologi bersama siswa dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: (1) tahap pelaksanaan berupa kegiatan pemberian pemahaman, motivasi; (2) tahap pelaksanaan, siswa bergabung dalam grup WhatsApp, pemberian rambu-rambu penulisan pengalaman pembelajaran jarak jauh; (3) tahap penyelesaian berupa kegiatan pengiriman naskah, edit naskah oleh masing-masing siswa, pengiriman naskah ke penerbit, edit naskah yang dikirim dari penerbit, proses cetak, promosi dan tanggapan dari siswa setelah menerima buku hasil karya mereka. Menulis buku dapat memberikan keleluasan siswa dalam mengeksplor pengalamannya, mengembangkan perbendaraan kata, memberikan penguatan pendidikan karakter. Sehingga hasil akhir yang dicapai adalah sebuah produk pembelajaran berbasis proyek yaitu sebuat buku antologi cerpen ber-ISBN.
Kata kunci: men-charge, literasi, pandemi, buku antologi cerpen
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses bimbingan yang mempunyai
dasar dan tujuan yang terencana dengan jelas. Keterkaitan antara dasar sebagai
landasan dan tujuan sebagai target yang akan dicapai, menjadikan proses
bimbingan tersebut terangkum sebagai rangkaian aktivitas yang terbentuk dalam
suatu sistem. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan sebagai sistem terangkai
oleh berbagai komponen pendukung yang antara satu sama lain tergantung, saling
berhubungan dan saling menentukan.
Di era globalisasi saat ini sumber-sumber pembelajaran
mudah diperoleh karena pesatnya kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi. Namun keberadaan guru sebagai tenaga pengajar sangat
dominan dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Tugas guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan
saja, melainkan juga membantu siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mendukung program
pemerintah Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Senada
dengan yang dikatakan oleh Budiharto, dkk yang dikutip oleh IAM Medasuwari menyatakan bahwa Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya untuk
meningkatkan minat baca siswa. Gerakan literasi sekolah merupakan suatu
kegiatan yang bersifat partisipasif dengan menggunakan seluruh warga sekolah,
akademisi, penerbit, media massa, masyarakat dan pemangku kepentingan untuk terlibat di
dalamnya (Made, 2020)
Menurut Lilianti, dkk faktor psikologis siswa dalam belajar
perlu diperhatikan dan menjadi konsen guru dalam memahami siswa dalam belajar. Sebab tekanan kondisi
psikologi ketika siswa dalam belajar akan mempengaruhi semua kondisi mental
maupun kondisi sosioemosional siswa. (Lilianti, Adam, Asrul, 2020). Sehingga guru harus
menggunakan pendekatan psikologi berdasarkan tingkat perkembangan emosi siswa pada proses
pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran ini tidak dapat
digantikan oleh teknologi apapun walaupun sumber-sumber pembelajaran
banyak tersedia untuk diperoleh baik melalui media cetak maupun media
elektronik (Karomah, 2018).
Salah satu diantaranya adalah memberikan pembelajaran
tentang literasi. Literasi merupakan salah satu modal utama dalam membangun
sebuah tatanan kehidupan yang maju. Kegiatan membaca dan menulis merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Membaca dan menulis merupakan
keterampilan dasar bagi setiap orang. Jika siswa dapat membaca bacaan, maka
siswa itu tidak akan kehabisan ide untuk menulis, dan jika siswa bisa menulis
isi fikirannya maka pasti bisa membaca. Kegiatan menulis dapat memberikan
banyak manfaat bagi siswa. Menulis dapat melatih kreativitas siswa, siswa juga
dapat menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan (Safitri & Dafit, 2021). Dengan
demikian literasi sangat penting
karena merupakan pondasi dasar seseorang untuk bisa berinteraksi dengan dunia,
mendidik diri sendiri, dan untuk berkontribusi kepada masyarakat.
Disadari ataupun tidak,
literasi mempunyai manfaat sangat besar bagi kita. Secara umum sangat jelas
sekali bahwa dengan memiliki kemampuan literasi maka sesorang tentunya akan
dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki, karena dengan membaca tentu akan
mempunyai banyak informasi yang akan diperoleh.
Dengan literasi dapat
meningkatkan pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang
diterima. Hal ini mengandung makna bahwa dengan memiliki kemampuan
literasi maka seseorang akan lebih berhati-hati dalam memilih kata atau
kalimat yang tepat saat menerima informasi, sehingga jika akan meneruskan atau
menyampaikan informasi dapat mengemas dengan bahasa yang baik dan efektif
akhirnya informasi dapat diterima dengan baik tanpa mengurangi esensi yang
sesungguhnya.
Menurut Oktariani dalam
Susanto (2013) berpikir kritis
merupakan usaha yang sengaja
dilakukan secara aktif, sistematis,
dan mengikuti prinsip
logika serta
mempertimbangkan berbagai sudut pandang
untuk mengerti dan mengevaluasi suatu
informasi dengan tujuan apakah
informasi itu diterima, ditolak atau
ditangguhkan penilaiannya. Dan hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam
literasi, dengan literasi yang dilakukan seperti membaca atau menyimak
informasi atau cerita, maka individu dapat menemukan cara dalam menyelesaikan
masalah, sehingga individu akan melakukan analisis dari permasalahannya
tersebut, sehingga pada akhirnya akan membentuk karakter atau pribadi yang
kritis (Oktariani & Ekadiansyah, 2020).
Menurut AA Mardiyah dalam seminar nasional penelitaian
menyatakan bahwa budaya literasi memilki peran yang
sangat penting dalam membentuk
kemampuan berpikir kritis siswa. Peserta didik
yang memiliki kemampuan
literasi yang tinggi
akan memiliki kemampuan
yang tinggi pula dalam menerima, mengolah, dan menyikapi informasi yang
diterima, sehingga peserta didik dapat mengambil
keputusan dengan tepat
ketika menghadapi masalah
yang yang dialaminya sehari-hari (Mardliyah, 2019). Sehingga dengan memiliki kemampuan literasi yang baik dapat menjadikan
seseorang memiliki cara berpikir kritis.
Budaya literasi menyangkut
aktivitas dan kebiasaan seseorang dalam membaca dan menulis sehingga siswadapat
menuangkan berbagai ide,
pengetahuan, pengalaman, maupun pemikiran kedalam tulisan . Layaknya badan kita supaya bugar maka tubuh
perlu olah raga. Demikian juga otak kita, olah raga bagi otak adalah dengan
cara melatih otak untuk berpikir positif. Salah satunya adalah dengan cara
menuangkan gagasan, pengalaman, pengetahuan dalam sebuah tulisan. Dengan menulis ternyata dapat membuat seseorang
menjadi pribadi yang baik. Dalam kegiatan menulis pengalaman selama
pembelajaran jarak jauh ini, guru bertindak sebagai pendamping. Siswa menulis pengalamannya secara mandiri di
rumah. Siswa juga dilatih melalui penyetoran tulisan ke email pendamping,
sehingga siswa harus belajar tentang literasi digital. Siswa juga diminta untuk
membaca kembali tulisannya setelah dirapikan oleh pendamping, maka penguatan
karakter kesabaran dan ketelitian dapat dimiliki oleh siswa.
Permasalahan yang
dialami oleh siswa MTs Negeri 34 Jakarta. kebanyakan siswa malas untuk membaca
informasi yang disampaikan oleh guru saat Pembelajaran Jarak Jauh. Mereka bisa
berlama-lama memegang ponsel, namun enggan membaca informasi terkait
pembelajaran.
Berdasar permasalahan tersebut maka pada saat pandemi
tak menyurutkan penulis dan beberapa
siswa MTs Negeri 34 Jakarta untuk berkolaborasi menghasilkan sebuah karya
literasi berupa buku antologi. Bagaimana cara menggali kemampuan literasi menulis peserta didik di saat
pandemi? Penulis berusaha mendobrak anggapan bahwa anak
milenial tidak memahami makna literasi. Tujuan dari
kegiatan ini adalah menggali kemampuan literasi menulis peserta didik di saat pandemi. Harapan dari penulis kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi peserta didik dapat menggali kemampuan literasi menulis untuk
menghasilkan buku antologi di saat pandemi. Maka penulis dan peserta didik bersama-sama berupaya memahami
makna literasi dasar yaitu dalam hal membaca dan menulis untuk menghasilkan
sebuah karya bersama.
Menulis
buku oleh siswa dapat dilakukan mulai dari menulis berbagai ide, gagasan, pemikiran
ataupun pengalaman. Menulis dapat membantu siswa merefleksikan pengetahuan dan
pengalaman untuk selanjutnya diaplikasikan melalui sikapnya yakni menuangkan
berbagai hal yang ada dalam pikirannya.
Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ida Ayu Made Wedasuwari menyimpulkan
bahwa literasi dapat membantu siswa untuk tidak malas membaca sehingga pengetahuan siswa semakin
bertambah. Siswa semakin aktif di kelas dalam merespon
pertanyaan-pertanyaan guru dan
terlatih untuk menggunakan waktu secara efisien (Made, 2020). Maka penulis melakukan gerakan menulis bersama sebagai upaya
memotivasi siswa pengalaman belajar
selama pembelajaran jarak jauh
sehingga menghasilkan sebuah karya buku antologi cerpen. Dengan adanya
gerakan menulis buku bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan gerakan literasi bagi warga sekolah.
Langkah
nyata, yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat menulis yaitu dengan adanya
kegiatan budaya literasi di madrasah .
Permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah "Bagaimana strategi
pengembangan literasi melalui budaya menulis untuk menghasilkan karya antologi
cerpen?"
METODE
Metodologi yang digunakan pada penulisan ini adalah deskriptif
kualitatif dengan
menggambarkan kegiatan pendampingan pada proyek buku antologi.
Kegiatan
pendampingan dilakukan tiga orang guru. Untuk proses editing, pengurusan ISBN
dan penggandaan buku dibantu oleh penerbit Diandra. Sasaran dari kegiatan menulis
bersama merupakan
wujud kepedulian penulis untuk memberikan motivasi guna memaksimalkan
keberanian dan keyakinan diri masing-masing siswa
untuk menuangkan tulisannya
sehingga menghasilan sebuah buku antologi. Tahap-tahap (Gambar 1) untuk mengolah data
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1.
Tahap
Perencanaan
a. Memberikan pemahaman literasi
kepada siswa kelas IX
b. Memberikan motivasi untuk menghasilkan
karya literasi berupa buku antologi cerpen
c. Mengajak siswa kelas IX yang siap menulis untuk bergabung dalam grup
WA
2.
Tahap
Pelaksanaan
a. Kegiatan dilaksanakan pada
saat siswa kelas IX selesai melaksanakan Ujian Madrasah
b. Penulis membuat grup WA dengan judul Pernak
Pernik Pembelajaran Jarak Jauh
c. Siswa diminta untuk memberikan
respon kesiapan belajar tentang literasi
d. Penulis memberikan rambu-rambu
membuat artikel populer tentang PJJ
e. Siswa mulai menulis pengalaman
PJJ secara mandiri
3.
Tahap Penyelesaian
a. Siswa mengirim artikel
b. Penulis melakukan editing
c. Pengiriman naskah ke penerbit
d. Proses editing
e. Proses cetak
f. Proses penjualan buku
g. Penulis memberikan link
googleform tanggapan siswa tentang karya yang sudah dihasilkan
Gambar 1.
Alur Penyusunan Buku Antologi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan menulis buku bersama siswa pertama kali
dilakukan di MTs Negeri 34 Jakarta. Mengajak siswa untuk belajar menulis tentu
bukan merupakan hal yang mudah. Pemberian pemahaman tentang belajar menulis,
penguatan keyakinan dapat menghasilkan tulisan penulis lakukan. Ketika ada satu
orang siswa mau mengundurkan diri dari kegiatan menuli tetap diberi pengertian
dan diberi motivasi untuk tetap bisa melanjutkan seberap mampu dia tuliskan
pengalamnnya.
Literasi
tidak hanya berkaitan dengan aktivitas seputar membaca, melainkan juga
berkaitan erat dengan cara berpikir, proses penuangan ide dalam menulis.
Disamping itu kemampuan menulis adalah kemampuan menangkap dan
mengabadikan setiap perubahan yang terjadi terhadap kejadian yang dialami. Gerakan menulis diharapkan dapat
menjadikan peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Gerakan literasi sekolah melalui program menulis buku yang
dillaksanakan secara terencana, sistematis dan berkelanjutan, diharapkan dapat
memberikan dampak dan keleluasaan pengetahuan siswa dari apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan menulis buku bagi siswa di MTs Negeri 34
Jakarta sangat mendukung program literasi siswa.
Gerakan menulis buku di MTs Negeri 34 Jakarta merupakan program yang digagas oleh tiga orang pendidik yaitu Dwi Ning
Wahyuni Budi, M.Sc, Usup Sidik, S.Ag, dan Wahyuni Budi Hastuti, M.Pd,. Tujuan
kami bertiga mencoba membuat buku bersama siswa adalah wujud kepedulian madrasah
dalam memajukan budaya literasi tanah air tercinta.
Melalui program ini, kami ingin mengajak siswa dan guru untuk dapat merasakan pengalaman
menulis hingga
menghasilkan sebuah karya antologi meskipun masih sangat sederhana.
Sasaran
kegiatan ini adalah siswa kelas sembilan dengan pertimbangan siswa akan segera
meninggalkan MTs Negeri 34 Jakarta. Sambil menunggu saat pengumuman kelulusan
siswa dapat memanfaatkan waktu untuk menghasilkan sebuah karya. Mereka dapat
belajar menuangkan pengalamannya selama mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
menjadi sebuah karya buku antologi cerpen. Memanfaatkan waktu senggang
untuk memberikan pendidikan penguatan
karakter kepada mereka seperti disiplin, rasa percaya diri dan bangga sebagai
siswa MTs Negeri 34 Jakarta. Selain itu
mereka dapat memberikan kenang-kenangan kepada madrasah yang sudah tiga
tahun mendidiknya.
Kemampuan literasi para siswa MTs Negeri 34 Jakarta masih tergolong di bawah standar. Hal ini terlihat pada saat
Pembelajaran Jarak Jauh, kebanyakan siswa enggan membaca instruksi yang
diberikan oleh gurunya, sehingga apa yang siswa kerjakan kadang tidak sesuai
dengan yang diminta oleh gurunya. Belum lagi permaslahan lain yang mengiringi
perjalanan pembelajaran daring, yaitu kebosanan siswa.
Dalam
konsep merdeka belajar, antara guru dan murid merupakan subyek di dalam sistem
pembelajaran. Artinya guru bukan dijadikan sumber kebenaran oleh siswa, namun
guru dan siswa berkolaborasi sebagai penggerak dan mencari kebenaran (Sudaryanto
et al., 2020). Berangkat dari konsep tersebut
penulis mencoba untuk menerapkan konsep merdeka belajar dengan melibatkan siswa
dalam pembelajaran yaitu memberi
kebebasan kepada siswa untuk menuangkan pengalaman belajar selama pandemi dari
sudut pandangan masing-masing siswa. Jadi siswa diberi kebebasan menceritakan
apa yang dialami, pengalaman pahit, manis, suka cita selama pembelajaran
daring. Selain itu juga diajak membuat kesepakatan kapan naskah harus
dikumpulkan. Hal lain yang tak lepas dari upaya memberikan kemerdekaan belajar
yaitu, siswa diminta untuk mengoreksi tulisannya sendiri kemudian mengirimkan
kembali tulisan yang sudah dikoreksi. Hal ini mencerminkan mau melakukan
refleksi.
Saat pandemi tak menyurutkan penulis dan siswa untuk
sama-sama berusaha menuliskan pengalaman selama Pembelajaran Jarak Jauh
ditinjau dari sudut pandang masing-masing penulis. Untuk lebih mengefektifkan
dan mengoptimalkan waktu, maka penulis membuat jadwal pengaturan waktu agar tulisan selesai
sesuai rencana sesuai
dengan timeline pada Gambar 2.
Gambar 2. Timeline Penulisan Buku Antologi
Berdasarkan Gambar 2 timeline penulisan
buku, maka dikelompokkan menjadi empat kegiatan, yaitu :
1.
Persiapan
2.
Penulisan (menuangkan
ide atau gagasan)
3.
Pengiriman naskah,
revisi dan pengajuan ISBN
4.
Penggandaan, promosi
dan distribusi
Persiapan
Kegiatan ini diawali observasi berupa tanya jawab atau
obrolan ringan dengan beberapa siswa kelas sembilan. Saat observasi beberapa
siswa ditanya pernah mengarang tidak dan mereka menjawab pernah di pelajaran
Bahasa Indonesia, walaupun masih setingkat proses pembelajaran tingkat kelas.
Namun ternyata mereka tidak menyadari bahwa sejatinya mereka sudah bisa
menulis. Kemudian mereka diberi penjelasan bahwa pada dasarnya semua orang bisa
menulis. Selanjutnya ditawarkan ke
mereka untuk lebih serius membuat tulisan (karangan) dan dijelaskan bahwa hasil
tulisan dari beberapa siswa dapat dijadikan sebuah buku.
Guru
perlu menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa tidak merasa terbebani.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, (2017) mengungkapkan bahwa seorang guru harus professional. Guru harus mampu menyampaikan materi
sealami dan senyaman mungkin bagi siswa, agar siswa tidak frustasi karena tidak
segera mengerti tentang apa yang dibahas oleh guru, di sini muncullah joyful and meaningful teaching. Sebuah pembelajaran idealnya menyenangkan dan penuh
makna (Jaya & Idhayani, 2021). Para siswa
menyambut dengan gembira. Akhirnya penulis mengajak siswa kelas sembilan dengan
pertimbangan waktu belajar kelas sembilan hanya tinggal sebentar atau akan
segera lulus, maka siswa yang berminat bergabung dalam sebuah grup WA dengan
nama Pernak Pernik PJJ, dimana anggota grup seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Grup WA penulis
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, tujuan,
sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk belajar. Menurut
Susanti & Mulyani (2015), pemberian motivasi kepada siswa dalam kegiatan
interaksi belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan
terangsangnya motivasi siswa, maka siswa akan lebih giat belajar sehingga
diharapkan siswa belajar dengan baik (Akidah & Mansyur,
2019). Sebelum menulis, melalui grup WA siswa diberikan
motivasi tentang hikmah belajar menulis. Beberapa motivasi diberikan kepada
siswa diantaranya:
a.
Menulis itu bukan
bakat, jadi setiap orang punya peluang untuk bisa menulis asal ada kemauan
untuk mencoba.
b.
Pengalaman selama
Pembelajaran Jarak Jauh dapat dituliskan dalam sebuah tulisan sehingga dapat
menghasilkan sebuah karya buku antologi.
c.
Berikan kenangan
yang baik bagi madrasah sebelum kalian meninggalkan madrasah untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d.
Menulis dalam sebuah
karya antologi semoga dapat memotivasi untuk belajar menulis sehingga
kedepannya dapat menghasilkan karya antologi lain maupun buku solo.
Penulisan (Menuangkan Ide/Gagasan)
Menurut M Monika, kemampuan berkomunikasi sangat penting dalam proses
pembelajaran. Berkomunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis.
Komunikasi yang dilakukan secara tertulis harus didukung dengan keterampilan menulis. Lebih lanjut M Monika mengatakan
kemampuan siswa dalam
menulis puisi tidak muncul secara
tiba-tiba. Oleh sebab itu,diperlukan latihan
yang terus-menerus, motivasi dari
lingkungan belajar, dan
model pembelajaran yang
tepat untuk mencapai tujuan (Monika, 2020).
Pada
hakikatnya menulis karangan narasi adalah sebuah kegiatan dimana peserta didik
menuangkan gagasan atau ide yang dimiliki ke dalam sebuah tulisan yang
didalamnya menceritakan tentang sebuah peristiwa atau serentetan kejadian yang
dimaksudkan agar pembaca dapat mengambil hikmah dari tulisan tersebut (Mahmur et al., 2021). Sehingga kegiatan menulis sejatinya adalah menuangkan ide/gagasan yang dimiliki dapat berupa
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari secara jelas dan rinci ke dalam sebuah tulisan, sehingga siswa mampu mengorganisasikan dan merangkai ide atau gagasan tersebut untuk
diungkapkan dalam bentuk tulisan yang mudah dibaca dan dipahami pembaca, yang pada akhirnya siswa mampu mengambil makna atas ide dan
gagasan yang disampaikannya.
Sebuah
tulisan atau karangan umumnya mengandung dua hal yang sangat penting, yakni isi
dari tulisan dan cara pengungkapan atau penyajian dari penulis. Kedua hal
tersebut mempengaruhi nilai dan kualitas sebuah tulisan. Dengan menulis,
seseorang dilatih untuk mengungkapkan gagasannya secara sistematis, jelas,
logis, dan komunikatif sesuai dengan konsep dan konteks. Selain itu, gagasan
yang diungkapkan diharapkan dapat memberikan manfaat untuk orang lain.
Diawali dengan pendahuluan yang berfungsi sebagai penyampai
informasi awal untuk menarik minat pembaca, siswa diberi
bimbingan untuk menuliskan awal terjadinya pandemi Covid-19 yang selanjutnya
diberlakukannya kebijakan pemerintah pembelajaran online yang disebut dengan
Belajar Dari Rumah (BDR) ataupun
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan dilengkapi beberapa hal yang dirasakan
oleh siswa atas kebijakan tersebut, termasuk kesiapan sarana, koneksi internet
dan lain-lain.
Setelah selesai bagian pendahuluan maka dilanjutkan
dengan unsur isi atau materi berfungsi mengarahkan
perhatian pembaca dengan menjelaskan secara rinci ide/gagasan yang ingin disampaikan. Pada bagian ini
siswa diminta menuangkan pengalaman selama mengikuti PJJ baik pengalaman
belajar pada beberapa mata pelajaran tertentu yang menurut siswa mempunyai
kesan khusus baik dari tugas yang
diberikan guru dengan kondisi harus di rumah saja atau juga bisa ditambah
pengalaman siswa yang berhubungan dengan permasalahan di rumah seperti koneksi
internet, ketersediaan perangkat, pendampingan belajar dari rumah oleh orang
tua, dan lain-lain. Pada bagian ini siswa mempunyai keleluasaan untuk
menuangkan serta menceritakan pengalamannya selama pembelajaran daring.
Pengalaman yang dituangkan boleh kesan khusus terhadap mata pelajaran pada
umumnya atau mata pelajaran tertentu. Jadi siswa bebas mengungkapkan apa yang
dirasakan selama pembelajaran jarak jauh.
Bagian penulisan berikutnya adalah bagian penutup. Pada unsur penutup siswa memberi kesimpulan dari tulisan yang
telah diuraikan atau dapat juga merangkum inti pesan yang ingin disampaikan terhadap pengalaman
yang dialami selama mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) serta
harapan-harapan mereka di masa berikutnya.
Pengiriman, Revisi dan Pengajuan ISBN
Kami bertiga berbagi tugas, yaitu bagian kodefiksai,
pengaturan layout dan editing. Naskah dari siswa dan guru dilengkapi dengan
foto dan biodata yang diletakkan pada halaman
akhir dengan ukuran kertas A4, huruf time
new roman 12, spasi 1,5 dan terdiri 4 halaman tidak termasuk biodata
dikirim via email, kemudian Ibu Dwi Ning melakukana kodefikasi, naskah digabung
menjadi satu file. Setelah selesai kemudian dirapikan layout yang meliputi
susunan kalimat, paragraf, pengaturan halaman, kata pengantar dan daftar isi
dilakukan oleh Wahyuni Budi Hastuti. Untuk meminimalisir kekurangan maka bapak
Usup Sidik mengecek kembali dengan cara membaca ulang naskah. Setelah proses
kodefikasi dan pengaturan layout selesai maka naskah dikirim ke penerbit, kami
bekerjasama dengan penerbit DIANDRA.
Tahap
revisi tulisan ini membutuhkan keuletan baik dari penulis maupun pendamping dalam hal ini guru dalam mengarahkan dan memotivasi penulis (siswa) untuk tidak bosan dalam membaca ulang kembali hasil tulisannya. Dalam kegiatan ini
dapat menanamkan pendidikan karakter kepada siswa untuk lebih teliti, sabar dan
disiplin.
Naskah yang sudah dikirim akan dilakukan editing kembali
oleh penerbit, kemudian akan dikembalikan ke penulis untuk diedit kembali. File
hasil edit dari penerbit disampaikan ke penulis melalui grup WA, dan setiap
penulis harus mengecek masing-masing tulisannya. Jika ada yang harus direvisi
maka siswa langsung melaporkan di grup WA dengan cara menuliskan kesalahan yang
dijumpai, halaman berapa, baris ke berapa kemudian diikuti yang seharusnya.
Catatan dari siswa akan ditindaklanjuti untuk dilakukan pembetulan. Proses
editing selesai maka file hasil edit akan dikirim kembali ke penerbit.
Langkah berikutnya adalah pengajuan ISBN (International Standard Book Number) yang dilakukan oleh
penerbit DIANDRA. Proses penerbitan sebuah
buku ber-ISBN menjadi sesuatu hal yang sangat penting. Dimana angka yang ada
pada bagian belakang buku dapat menjadi barcode atau sistem identifikasi
unik pada setiap buku-buku yang diterbitkan di seluruh dunia. Nomor ISBN pada
umumnya terletak di bagian cover buku halaman belakang atau pada cover lembar halaman kedua. Badan yang berwenang mengeluarkan ISBN di
negara Indonesia adalah Perpustakaan Nasional Indonesia.
ISBN bukan hiasan
semata, fungsi dan manfaat ISBN pada sebuah buku, ternyata sangat penting,
diantaranya :
a.
Memberikan
identitas pada satu judul buku
b.
Membantu
menambah jumlah penulis yang menerbitkan buku agar bukunya bisa teridentifikasi dengan baik.
c.
Membantu
kelancaran arus distribusi buku. Dari sekian banyak buku yang terbit
kemungkinan ada yang memiliki kemiripan judul atau bahkan ada yang sama, isi
yang tidak jauh berbeda, terbit di penerbit yang sama, dan lain-lain. Maka
dengan adanya ISBN dapat mencegah terjadinya kekeliruan dalam pemesanan buku
d. Menjadi sarana
promosi penerbit buku. Fungsi dan manfaat ISBN, tidak hanya
dirasakan oleh penulis buku, namun juga oleh
penerbit buku. Karena, informasi pencantuman ISBN oleh penerbit dan
Perpusnas RI, disebarluaskan baik oleh Badan Nasional ISBN di Jakarta, maupun
Internasional di Berlin, Jerman. Pada halaman iv buku
“Satu Asa Menggapai Cita” tertulis Cetakan 1, Juli 2021 Xii+162
halaman; 14 x 20 cm
ISBN Cetak : 978-623-240-106-8
ISBN Digital : 978-623-240-107-5
Penggandaan, Promosi dan Distribusi
Sebelum buku digandakan maka terlebih
dahulu disepakati tentang desain sampul buku, kemudian akan dilanjutkan dengan
proses penggandaan. Proses penggandaan
buku antologi “Satu Asa Menggapai Cita” disamping menjadi tanggungjawab
penulis, alhamdulillah mendapat dukungan dari madrasah.
Pada saat proses penggandaan buku
berlangsung maka dengan percaya diri
kami melakukan promosi untuk penjualan buku ke pihak lain. Promosi kami lakukan
di dalam madrasah dan di luar madrasah dengan tujuan buku tulisan kami dapat
dinikmati oleh pembaca di dalam maupun di luar MTs Negeri 34 Jakarta dengan
harapan dapat memberikan motivasi dan menginsipirasi.
Gambar
4. Promosi buku antologi
di WA grup
Sasaran promosi buku antologi “Satu Asa
Menggapai Cita” adalah bapak ibu guru
MTs Negeri 34 Jakarta dan bapak ibu guru di luar MTs Negeri 34 Jakarta.
Propmosi buku antologi juga dilakukan di grup Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Ilmu Pengetahuan Alam tingkat kotamadya (Jakarta Timur), tingkat provinsi (DKI Jakarta), dan komunitas
Belajar Menulis Online (BMO) seperti pada Gambar 4.
Diawali niat masih belajar dan berupaya
memperkenalkan hasil karya siswa, kurang lebih selama dua minggu dilakukan
promosi delapan orang guru dari dalam dan
luar MTs Negeri 34 Jakarta turut berpartisipasi memberikan
sambutan yang hangat untuk dapat memiliki buku antologi “Satu Asa Menggapai
Cita”.
Setelah dipastikan jumlah pemesan buku
maka langkah berikutnya adalah menghubungi pihak penerbit untuk menyampaikan
jumlah buku yang akan digandakan. Kemudian tinggal menunggu buku jadi dan siap
dikirim ke penulis, yang dalam hal ini dibawah koordinasi ibu Dwi Ning Wahyuni
Budi, M.Sc. Pada minggu kedua bulan Juli 2021 buku sudah siap untuk
didistribusikan kepada penulis dan pemesan. Pendistribusian dibawah koordinasi
Wahyuni Budi Hastuti.
Pendistribusian buku antologi berjalan lancar. Teknis pendidstribusian buku dibagi
menjadi dua yaitu dengan cara dikirim via jasa paket untuk pemesan dari luar
MTs Negeri 34 Jakarta. Pemesan dari dalam yaitu guru dan siswa
MTs Negeri 34 Jakarta harus diambil sendiri dengan penjadwalan dan mengikuti
protokol kesehatan.
Saat siswa datang mengambil hasil
karyanya, terlihat wajah senang. Ketika ditanya apakah kalian senang dapat
menghasilkan sebuah karya bersama? Merekapun menjawabnya sangat senang. Rasa
senang, bahagia dan kelanjutan setelah menghasilkan sebuah karya terekam
melalui isian googleform yang mereka
isi.
Salah satu siswa memberikan respon yang
cukup membuat haru. Saat menjawab pertanyaan :
“Bagaimana
perasaan kalian saat akan memulai menulis ?”
“Di
awal proses penulisan, saya tidak cukup yakin untuk dapat menyelesaikan tulisan
saya. Rasanya memang mudah menceritakan pengalaman pribadi. Namun yang sulit
adalah bagaimana caranya menuangkan kata-kata menjadi sebuah tulisan.”
“Bagaimana
perasaan kalian setelah menerima buku antologi Satu Asa Menggapai Cita?”
“Merasa
bangga dengan diri sendiri karena menang untuk melawan rasa takut dan malas.
Meskipun tulisan saya masih sangat sederhana, dengan pengetahuan bahasa yang
sangat minim. Namun saya sangat bersyukur bisa mengetahui bagaimana rasanya
menghasilkan suatu karya.”
“Untuk
selanjutnya apakah kalian ingin mencoba menulis lagi?”
“Ya,
saya ingin belajar menulis lagi.”
“Berikan
kesan kalian terhadap kegiatan menulis bersama sehingga menghasilkan sebuah
buku Antologi PJJ!”
“Setelah
sekian lama hanya bisa membaca hasil karya dari penulis terkenal, akhirnya
untuk pertama kalinya saya membaca hasil karya dari tulisan saya sendiri. Saya
selalu ingat perkataan ibu saya ketika saya merasa tidak yakin untuk
menyelesaikan tulisan ini, beliau berkata "PD aja dulu, jangan ngerasa
jelek. Tulisan yang baik itu tulisan yang selesai. Sebagus apapun tulisan,
kalau nggak diselesain ya nggak akan jadi karya."
Dengan dihasilkannya karya antologi pengalaman belajar (Gambar 5) selama
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memberikan
motivasi tersendiri bagi para guru dan siswa untuk terus berupaya dan
berinovasi agar dapat menghasilkan karya yang lain.
Gambar 5. Buku Antologi ber-ISBN karya siswa MTs Negeri 34 Jakarta
Gerakan menulis bersama
yang dilakukan oleh guru dan siswa MTs Negeri 34 Jakarta merupakan sumbangsih
yang berukuran mikro atau bahkan nano dalam rangka mendukung gerakan literasi
nasional sebagai upaya menyiapkan generasi
emas Indonesia pada tahun 2025, yaitu dengan cara meningkatkan minat belajar,
kompetensi, produktivitas karya dan gagasan, serta kepedulian melalui penanaman
budaya literasi yaitu membaca, berpikir dan menulis.
Buku
antologi cerpen yang berisi pengalaman pembelajaran jarak jauh yang dialami
siswa selama satu tahun. Pengalaman unik yang dialami siswa ditinjau dari sudut
pandang masing-masing. Perbedaan sudut pandang namun merasakan hal yang sama
bahwa mereka merasa ingin segera kembali bisa belajar bersama dengan
teman-temannya dan bertemu denga bapak
ibu guru di madrasah. Mereka dapat mangangkat ide yang ada dalam pikirannya,
serta melatih sikap obyektif karena menunagkan pengalamannya sendiri.
Gerakan menulis buku di
MTs Negri 34 Jakarta adalah salah satu dari sekian banyak program pengembangan
pengetahuan, kompetensi, dan kualitas karakter siswa melalui penguatan budaya
literasi.
Jika masa depan
Indonesia gemilang adalah cita-cita, maka
caranya adalah dengan mengembangkan budaya literasi, sedangkan upaya
nyata bersama dalam meraih cita-cita adalah dengan melaksanakan program gerakan
menulis buku.
Gerakan siswa menulis ini membawa pengaruh yang sangat besar
terutama dalam membangun kepercayaan
diri siswa untuk dapat menulis dan menuangkan berbagai ide dan pemikirannya
dalam sebuah buku. Buku memberikan ruang informasi yang mudah dan sesuai dengan
yang mereka inginkan. Kolaborasi guru dan siswa dalam sebuah karya dapat
menjadi kebanggaan bagi guru, siswa juga madrasah atas karya yang mereka
hasilkan.
Guru mempunyai banyak pengalaman. Namun, seringkali
memiliki waktu yang terbatas. Sedangkan bagi siswa berlaku sebaliknya.
Pengalamannya belum banyak, tapi waktu, ide, dan energi yang dimiliki seolah
tak terbatas. Guru dan siswa dapat berkolaborasi dengan menulis buku. Siswa menuliskan
pengalaman, gagasan, dan pemikiran gurunya. Dengan begitu, seorang siswa bisa
mendapatkan ilmu lebih banyak dari gurunya yang sebelumnya tidak dibagikan kepada orang lain.
Dengan membiasakan menulis maka peserta didik
dapat dikatakan merupakan bagian dari sejarah perkembangan madrasah. Karya
tulisan mereka diharapkan dapat menjadi pelaku sejarah itu sendiri.
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan
kualitas karakter, kompetensi, dan kesejahteraan hidup seseorang adalah dengan
menanamkan budaya literasi yang meliputi membaca, menulis, berpikir, dan
berkreasi sejak dini. Terlebih di masa pandemi Covid-19.
Pandemi dapat dijadikan momen bagi peserta
didik untuk meningkatkan semangat berliterasi. Waktu yang banyak dimiliki siswa
saat pandemi dapat diefektifkan dengan cara membangkitkan semangat membaca dan
menulis.
Kegiatan menulis bersama guru dan siswa sangat
bersifat positif, dan layak untuk diapresiasi. Hal ini merupakan salah satu
terobosan yang cemerlang untuk meningkatkan kualitas sumber daya peserta
didik.
Peserta didik yang bergabung dalam gerakan
menulis akan menjadi aset-aset penting madrasah dan masyarakat. Dengan semangat
milenial, para peserta didik MTs Negeri 34
diharapkan dapat memiliki efek multiplier yang dapat memberikan pengaruh
baik pada kegiatan yang lain.
Pada akhirnya besar
harapan akan lahir karya tunggal ataupun antologi berikutnya. Geliat literasi
madrasah di MTs Negeri 34 Jakarta merupakan salah satu sumbangsih madrasah
terhadap program pemerintah pada kegiatan literasi. Kepala madrasah, guru,
serta peserta didik akan bersama-sama menghidupkan lilin literasi dengan harapan akan dapat membuka, membaca
dan mengetahui jendela dunia
Berdasarkan
kegiatan menulis buku bersama
guru dan siswa MTs Negeri 34 Jakarta
dapat diambil simpulan. Pertama, kegiatan menulis memberikan keleluasan siswa dalam mengeksplor pengalamannya. Hal ini terbukti dari antusias mereka dalam menyelesaikan tulisannya. Kedua, kegiatan menulis dapat mengembangkan
perbendaraan kata, kalimat, serta pengetahuan dan pengalaman baru bagi siswa. Ketiga,
gerakan menulis buku antologi memberikan manfaat pada penguatan pendidikan karakter yaitu keberanian menuangkan
pengalaman dalam tulisan dan rasa percaya diri. Keempat, gerakan menulis buku antologi sejatinya telah menerapkan prinsip merdeka
belajar diantaranya melibatkan siswa, adanya kerjasama atau kolaborasi antar
siswa maupun antara siswa dengan guru. Kelima,
gerakan menulis buku
antologi siswa mempunyai keleluasaan menuangkan pengalaman kedalam sebuah
tulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Akidah, I., & Mansyur, U. (2019).
Pengaruh motivasi belajar terhadap keterampilan menulis berita mahasiswa. Jurnal
Ilmiah Kependidikan, XIII, 71–78.
Jaya, H. N., & Idhayani, N. (2021). Manajemen
pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar menyenangkan di masa new normal.
5(2), 1566–1576. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.911
Karomah, N. N. (2018). Mendidik,
Suritauladan, Proses Belajar. 11(1), 61–70.
Lilianti, Adam, Asrul, A. (2020).
Penanganan kesulitan belajar siswa dengan pendekatan psikologi belajar di SMA
negeri 3 Kendari. Didaktis: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan, 20(1).
https://doi.org/10.30651/didaktis.v20i1.4164
Made, I. A. W. (2020). Penerapan gerakan
lierasi sekolah di SMP Dharma Praja. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Undiksha, 8(1), 35–46.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/23548/14372
Mahmur, M., Hasbullah, H., & Masrin, M.
(2021). Pengaruh minat baca dan penguasaan kalimat terhadap kemampuan menulis
narasi. Diskursus: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 3(02),
169. https://doi.org/10.30998/diskursus.v3i02.7408
Mardliyah, A. A. (2019). Budaya literasi
sebagai upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis di era industri revolusi
4.0. Prosiding SNP2M (Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat)
UNIM, 0(1), 171–176.
http://snp2m.unim.ac.id/index.php/snp2m/article/view/334
Monika, M. (2020). Kemampuan menulis
puisi siswa. https://doi.org/10.21009/JPD.011.24
Oktariani, O., & Ekadiansyah, E.
(2020). Peran literasi dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis. JURNAL
PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K), 1(1), 23–33.
https://doi.org/10.51849/j-p3k.v1i1.11
Safitri, V., & Dafit, F. (2021). Peran
Guru Dalam Pembelajaran Membaca Dan Menulis Melalui Gerakan Literasi Di Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1356–1364.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.938
Sudaryanto, S., Widayati, W., & Amalia,
R. (2020). Konsep merdeka belajar-kampus merdeka dan aplikasinya dalam
pendidikan bahasa (dan sastra) Indonesia. Kode: Jurnal Bahasa, 9(2).
https://doi.org/10.24114/kjb.v9i2.18379